Alisa mulai membuka percakapan. "Jadi, lo lagi sibuk apa sekarang ini?"
"Nggak sibuk apa-apa, paling ngerjain tugas aja," jawab Naufal sambil sesekali melihat Alisa, lalu kembali fokus melihat jalanan.
"Emang nggak sibuk sama proker organisasi di kampus lo?"
"Sibuk, sih. Semalem gue abis bikin financial report. Deadline-nya tadi siang. Selebihnya gue nggak ngapa-ngapain selain tidur dan kuliah," ungkap Naufal. "Jangan omelin gue masalah tidur."
"Dibiasain buat tidur cepet, sih." Alisa mulai bawel. "Nanti kalau kenapa-kenapa gimana? Itu kantung mata lo udah bisa buat nempatin uang koin. Lagian kalau tidur sebentar doang nanti pusing, tau. Terus gue juga baca–"
Tangan kiri Naufal langsung menutup mulut Alisa, agar cewek itu tidak kembali bersuara. "Ssst, udah terbiasa," jawab Naufal pendek.
Alisa hanya bisa geleng-geleng, kemudian menggigit tangan Naufal. Seketika, tangan tersebut langsung ditarik oleh pemiliknya.
"Gue cuma takut lo kenapa-kenapa, Fal," ungkap Alisa.
Naufal mengerti akan ketakutan Alisa selama ini, tangan kirinya pun bergerak mengelus rambut panjangnya. Melihat Alisa, Naufal mencoba menenangkan dengan berkata, "iya, bakal dibiasain untuk tidur cepet, kok."
Alisa tersenyum lega. Pasalnya, Naufal ini bisa nggak tidur selama berhari-hari untuk mengerjakan tugas, entah tugas di kelas maupun tugas organisasi. Jika sudah begini, Naufal akan tertidur di kelas setelahnya. Kebiasaan buruk itu terkadang membuat Alisa heran sekaligus bersyukur, kenapa Naufal bisa tetap mempertahankan IPK di atas 3,80 dan jarang sakit padahal jam tidurnya kacau. Tetapi, kebiasaan buruk Naufal ini terkadang berdampak positif kepadanya. Naufal selalu bisa menjadi tempat untuk berkeluh kesah bagi Alisa, di manapun dan kapanpun.
Mobil berhenti karena lampu merah. Naufal yang berada di kursi pengemudi, memeluk Alisa selama kurang lebih dua menit. Alisa membalas pelukannya.
"Jangan pikirin orang lain terus, pikirin diri lo juga," ucap Naufal pelan.
