Fang pergi berlibur dan terpaksa dia menitpkan beberapa binatang peliharaannya kepada Halilintar. Sayangnya tidak hanya Halilintar saja yang terlibat dengan urusan ini. Keenam adik-adik Halilintar pun jadi terkena akibat adanya binatang-binatang pel...
Fang pergi berlibur dan terpaksa dia menitpkan beberapa binatang peliharaannya kepada Halilintar. Sayangnya tidak hanya Halilintar saja yang terlibat dengan urusan ini. Keenam adik-adik Halilintar pun jadi terkena akibat adanya binatang-binatang peliharaan Fang di rumah mereka.
Disclaimer dan Author Note:
-BUKAN YAOI, BUKAN SHOUNEN-AI.
-Seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta masing-masing kecuali disebutkan berbeda.
-Tidak ada keuntungan materi yang saya dapatkan dari fanfic ini.
-Dalam fanfic ini umur karakter utama adalah sebagai berikut :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fang: 17 tahun.
Boboiboy Halilintar: 17 tahun
Boboiboy Taufan: 17 tahun.
Boboiboy Gempa: 17 tahun.
Boboiboy Blaze: 16 tahun.
Boboiboy Thorn: 16 tahun.
Boboiboy Ice: 15 tahun.
Boboiboy Solar: 15 tahun
.
Chapter 1. Intro
.
Siang itu Taufan nampak kelelahan. Peluh keringat bercucuran hingga membasahi hampir seluruh baju yang dikenakannya. Keinginannya untuk menyeka keringat pun harus ditangguhkan karena kedua tangannya yang terbebani dan tidak mampu banyak bergerak.
"Aku paling malas urusan yang begini," keluh Taufan yang masih berjalan kaki menuju rumah sepulangnya dari acara belanja bulanan. Di kedua tangannya tergantung beberapa kantung plastik yang berisi titipan Gempa. Mulai dari beras, minyak, telur, sampai sabun mandi keenam saudaranya.
Biasanya ia dibantu oleh kakaknya, Halilintar dalam urusan belanja bulanan, namun kali ini Halilintar tidak ikut karena harus jaga rumah. "Aku ada tamu." begitu penjelasan singkat Halilintar
Untunglah Taufan sudah dekat dengan rumahnya. Tidak perlu berlama-lama lagi dibawah terik matahari.
"Aku pulang!" ujar Taufan ketika dian melangkah masuk ke dalam rumah. "Hali? Tolong dong, belanjaan banyak!"
Anehnya Halilintar yang dipanggil namanya tidak kunjung datang. "Halilintar!?" teriak Taufan lagi, memanggil sang kakak tertua yang entah berada dimana.
"Ngapain sih dia-"
Baru saja Taufan hendak merepet ketika ponselnya berbunyi tanda panggilan masuk. Ditaruhnya semua barang belanjaan yang menggantungi kedua tangannya sebelum ia meraih ponselnya. Sebuah nama terlihat di layar ponsel itu. "Halilintar?"
"Ya Hali? Kau dikamar kan? kenapa telepon segala?" Taufan menjawab panggilan telepon di ponselnya.
"Ya, aku di kamar, Fan. Cepat naik ke kamar kita. Taruh saja belanjaanmu di ruang tamu. Nanti kujelaskan."
Belum sempat Taufan bicara ketika Halilintar memutus panggilan teleponnya. "Irit pulsa amat," gerutu Taufan namun diikuti perintah kakak tertuanya itu.
Seluruh keranjang belanjaan diletakan Taufan di atas sofa ruang tamu dengan hati-hati. Baru saja Taufan melintasi ruang tengah ketika ia mendengar sebuah bunyi asing.
-Sreek-.
"Hah? Bunyi apa itu?" gumam Taufan sambil menengok ke belakang dan sekelilingnya. Tidak ada apa-apa. "Ah perasaanku saja ... mungkin."
-Sreksreksrek-
Kembali bunyi itu terdengar. Namun kali ini Taufan bisa merasakan sesuatu yang berbulu menyenggol kakinya.
"Ehapaitukakiku!" Taufan menjerit latah sambil meloncat ke atas sofa ruang tengah. Terlihatlah apa yang baru saja menyenggol kakinya.
"Alamak ... itu ... COMELNYAAA!" pekik Taufan ketika melihat seekor hamster berwarna emas kecoklatan berdiri dengan hidung yang berkedut-kedut.
"Aih ... sini sama Upan," bisik Taufan lembut sambil turun dari sofa dan mengulurkan tangannya hendak meraih hamster yang dilihatnya.
Hamster itu terdiam beberapa saat. Hidungnya yang mungil berkedut-kedut membaui aroma di sekitarnya. Setelah beberapa detik, hamster itu berlari dan naik ke atas telapak tangan Taufan yang terbuka.
"Wah, kamu jinak juga," bisik Taufan lagi sembari menaruh Hamster itu di pundaknya dan berjalan menaiki tanga rumah menuju kamarnya yang berbagi dengan Halilintar.
"Hali, lihat apa yang kutemukan!" pekik Taufan riang ketika memasuki kamarnya.
"Pasti hamster," dengkus Halilintar.
"Iya ... lho kok kamu tahu? Lalu kenapa duduk di ranjang begitu?" Aneh memang bagi Taufan melihat Halilintar duduk meringkuk di tengah-tengah ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Selain Halilintar yang bersikap aneh, Taufan juga melihat adanya lima buah kotak yang tertutup kain berada di dalam kamar itu. Jangan lupakan dua buah akuarium yang pecah juga berada di kamar itu.
"Hamster itu bekas penghuni akuarium yang pecah itu," ujar Halilintar sembari menunjuk pada sebuah akuarium yang pecah.
"Wah Hali ... kamu membeli tujuh ekor hamster untuk kita semua?" Kedua netra biru safir Taufan langsung berbinar dan wajahnya berseri-seri.
"Fan, hamster itu makanan untuk penghuni akuarium satunya lagi, yang pecah juga ...," desis Halilintar.
"Hah? Hamster ini makanan?" Taufan terbengong mendengar perkataan kakaknya. "Memang apa sih isi akuarium ini?" tanyanya lagi sambil mendekati lalu menyibakkan kain yang menutup salah satu dari lima aquarium itu
Halilintar tidak menjawab. Dia hanya menyumbat telinganya dan bersiap diri mendengarkan aksi solo suara vocaloid salah setingan.
Tiga ....
Dua ....
Satu ....
Dan ....
"HIIAAAAA!" Jeritan Taufan yang oktafnya menyaingi Hatsune Miku membahana seantero jagad raya ketika ia menyibak kain penutup akuarium itu dan melihat sesuatu yang langsung berdiri tegak, memamerkan motif kacamata putih di lehernya.