Chapter 5. Solar Irwin ?

2.1K 194 19
                                    

Peliharaan Merepotkan

Chapter 5. Solar Irwin?

.

.

.

"Thorn!" panggil Taufan yang berada di atas ranjang Gempa.

"Ya kak ...?" jawab Thorn dengan suara tercekat.

"Coba kamu loncat-loncat di atas peti itu."

"Thorn ngga berani!" ketus Thorn sambil menggeleng. "Mati Thorn nanti kalau jatuh terus digigit ular."

"Ish, nanti Blaze mati lemas kehabisan udara tuh .... Kamu mau Blaze mati?"

"Ngga! Thorn sayang Blaze!"

"Tunggu apalagi? loncat di atas peti itu."

Thorn pun menuruti arahan sang kakak. Dicobanya meloncat-loncat di atas peti tersebut.

"Thorn!" Teriakan sengau Blaze kembali terdengar. "Aaah! Kupingku!"

-Krak-

Untunglah tutup peti itu berderak retak.

"Terus, Sedikit lagi!" teriak Blaze lagi, menyemangati Thorn.

-Krak!, Brukk!-

Dan akhirnya Thorn berhasil menjebol tutup peti itu dan langsung menyelamatkan Blaze yang terlihat pucat pasi dan berkeringat dingin.

.

.

.

"Jadi ... kita semua terjebak di atas ranjang karena ular peliharaan Kak Fang?" Blaze menyimpulkan rangkuman cerita Taufan mengenai apa yang terjadi.

"Kurang lebihnya begitu ..." jawab Taufan yang duduk bersila di ranjang Gempa dan mengangguk-angguk laksana orang bijak.

"Dan kecerobohan Kak Hali?"

Andai saja lirikan Halilintar bisa membunuh, pastinya Blaze sudah tak bernyawa. "Hey, aku mau dititipi begini juga karena dibayar!" sahut sang kakak tertua dengan ketus.

"Hali, berapapun Fang membayarmu, ngga akan cukup untuk bayar terapi jiwa Thorn .... Lihat tuh dia sampai stress begitu," Tak kalah sengitnya Taufan menunjuk pada Thorn yang masih meringkuk gemetaran dalam dekapan Blaze. "Kalau mau gila pakai aturan, Hali, jangan gilanya sembarangan begini!"

Celotehan Taufan cukup untuk memutus urat sabar Halilintar. Dengan murkanya sang kakak tertua melompat turun dari atas ranjang. Niatnya sudah bulat untuk mencekik Taufan sampai tetes nyawa terakhir.

"Hissss," desis seekor kobra yang langsung menyapa Halilintar. Lengkap dengan leher terkembang dan rahang terbuka dan taring terpampang. Jangan lupakan cairan bening yang menetes-netes dari ujung taring ular itu yang mampu membuat Halilintar mematung dengan wajah tanpa ekspresi. 

Sedetik kemudian bibir Halilintar bergetar seiring dengan hilangnya warna di wajahnya. "Ta-Taufan? Tolong?" Gumam sang kakak yang tidak tahu harus berbuat apa.

"Urus sendiri!" sahut Taufan ketus yang malah rebahan menikmati pemandangan Halilintar sedang ketakutan.

"Derita kakak sendiri!" tambah Blaze. Yap, dia masih dendam dengan Halilintar waktu dia terkunci di dalam peti.

"Semoga dipermudahkan, Kak Hali," bisik Thorn yang langsung mengalihkan muka.

Halilintar meneguk ludahnya ketika si kobra meliukkan kepala ke belakang, seperti hendak menyerang.

"Taufan ... tolong ...," gumam Halilintar. Lebih tepatnya kali ini, rengek Halilintar.

"Balasannya apa?" Oke, Taufan bisa sadis juga, sempat-sempatnya memeras Halilintar yang sedang berhadapan dengan seekor ular kobra yang terlihat tidak ramah.

Peliharaan MerepotkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang