Peliharaan Merepotkan
Chapter 4. Terdampar
.
.
.
-Brug, brug, brug-
"Thooorn ... toloooong, bukaaa." Suara sengau rintihan Blaze kembali terdengar dari dalam peti yang berada di samping ranjang Taufan.
"Thorn, itu tolongin Blaze." Taufan menunjuk pada peti asal suara Blaze. Bukannya tidak mau menolong, tapi Taufan masih ogah berada dekat-dekat dengan kumpulan aquarium yang berada di tengah-tengah kamarnya.
"Ular ...." Thorn menggumam saja, tidak bergeser sedikitpun dari posisi dimana ia duduk memeluk lutut sembari bergoyang maju-mundur seperti orang autis.
"Duh .... Hali, tolong Blaze tuh ...."
"Ogah," jawab Halilintar singkat.
"Hey, cepat sebelum Blaze mati lemas," sahut Taufan sambil menepuk lengan Halilintar.
"Bagus kan, berkurang satu sumber jahil dirumah ini." Dengan cueknya Halilintar malah merebahkan diri di atas kasurnya.
"Hali, aku tahu kau dendam sama Blaze gara-gara botol shampomu diisi sabun piring ... tapi kasihan tuh si Blaze."
"Huh ... derita dia," ketus Halilintar sambil membalik badan membelakangi Taufan.
-Gyuut-
Jempol dan telunjuk Taufan beraksi
"TAUFAN!" Kali ini Halilintar memekik kaget dan mengelus-elus bokongnya yang baru saja dicubit sekuat tenaga oleh kedua jari berkuku agak panjang adiknya.
"Setan kau!" Halilintar menggeram sembari kedua tangannya melingkari batang leher Taufan dan memerasnya seperti kain pel basah.
"Ohok ... Hhaligh ... ighu ... Blaghe," lenguh Taufan diantara cekikan maut Halilintar. "Mathi ... dhia ... nhanthi!"
"Kau sendiri sana tolong si Blaze!" Dengan kakinya, kembali sang kakak sadis mendorong Taufan turun dari ranjang.
"Dasar algojo sinting." gerutu Taufan yang tengah berjalan memutari kumpulan aquarium itu sampai badannya menempel ke tembok.
"Kunci kombinasi," gumam Taufan sambil memeriksa kunci pada peti kandang ular Fang. "Blaze, sabar ya, ini mau kubuka kuncinya!"
"Cepetan kak, sumpek banget, gelap!" sahut Blaze yang semakin ketakutan dari dalam peti
Taufan menengok ke arah Halilintar, "Hey, Hali, berapa kombinasinya?"
"Coba 082."
....
"Ngga bisa."
"125."
....
"Gagal."
"180."
....
"Sama, ngga bisa."
"450."
....
"Ngga juga."
"Oke, aku lupa."
....
"Hah?" Taufan cengo. "Lupa?"
"Aku lupa," jawab Halilintar dengan entengnya sembari mengedikkan bahu.
"Duh ... Blaze! Hali lupa kombinasi kuncinya!"
"Hiaaa! Keluarkan akuuu. Tolong!" Jeritan sengau Blaze kembali terdengar dari dalam peti itu disertai bunyi gedoran dari balik tutup petinya.
"DIAM KAU BLAZE!" bentak Halilintar yang sudah sakit kepala akut. "Mau petinya kulakban sekalian, hah?!"
"Toloooong ..." Jeritan Blaze langsung bertukar menjadi lolongan sumbang.
"Sorry ya, Blaze." Tak bisa menolong lebih lanjut, Taufan beranjak kembali ke ranjang Halilintar. Sejauh mungkin ia membuat jarak dengan aquarium-aquarium terkutuk itu.
-Prang!-
Suara kaca pecah membuat Taufan meloncat kaget.
Dan membuat Halilintar ikutan memucat.
Serta membuat Thorn meringkuk semakin kecil.
"Hissss!" desis seekor ular kobra yang melata keluar dari aquariumnya dan menyapa Taufan yang kebetulan berada di dekatnya.
"HUAAA!" Jeritan cempreng vocaloid rusak Taufan menggema ketika kobra itu berdiri tegak, mengembangkan lehernya, dan menatap ke arahnya.
"TOOLOONG!" pekik Taufan sembari melompat keatas ranjang milik Gempa.
Kini keempat saudara kembar itu saling terpisah seperti sedang bermain The Floor Is Hot Lava, kecuali kali ini mungkin nyawa mereka taruhannya. Dan kecuali Blaze yang masih sesegukan terkunci di dalam peti.
.
.
.
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/189438931-288-k23213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Peliharaan Merepotkan
HumorFang pergi berlibur dan terpaksa dia menitpkan beberapa binatang peliharaannya kepada Halilintar. Sayangnya tidak hanya Halilintar saja yang terlibat dengan urusan ini. Keenam adik-adik Halilintar pun jadi terkena akibat adanya binatang-binatang pel...