warn: narration and (mostly) written in lowercase
[.]
changbin mencoret-coret catatannya dengan gambar-gambar abstrak. otaknya sama sekali tak bisa memproses apa yang tengah disampaikan dosen di depan. isi pikiran changbin penuh dengan felix, penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab yang ingin ia lontarkan kepada felix.
masalahnya adalah, felix sama sekali tak membalas chatnya, telfonnya juga tak pernah diangkat. belum lagi felix yang selalu menghindar saat ia ajak bertemu. meski begitu, changbin berusaha positif. mungkin felix tengah sibuk, mungkin felix sedang ada urusan yang lebih penting dan sebagainya.
changbin mengentak kakinya kasar, sesaat seluruh atensi kelas berpindah kepadanya. ia segera tersenyum canggung dan meminta maaf kepada dosennya, juga kepada yang lain.
ah, persetan dengan mencoba berusaha positif
nyatanya changbin kacau tanpa felix. nyatanya changbin tak bisa berpikir dan bertindak lurus dengan felix yang terus menghindarinya. dan satu lagi yang paling nyata, satu yang meski changbin coba tepis mati-matian tapi tak pernah berkurang apalagi hilang, rindu.
changbin rindu felix. sangat. ia rindu senyum felix, suara felix, waktu-waktu pagi buta dimana ia akan terbangun karena panggilan telfon dari felix, semuanya.
tanpa changbin sadari, dosen di depan sana telah mengakhiri kelas dan segera beranjak pergi, disusul dengan para mahasiswa. changbin pun tak ingin berlama-lama di dalam sini.
setelah memasukkan catatan penuh coretannya ke dalam tas hitam kesayangan, changbin segera melangkah pergi menuju basecamp UKM jurnalistik, tempat dimana seorang felix paling sering ditemukan.
changbin bertekad, ia dan felix harus bicara, luruskan semua benang kusut yang ada di antara mereka.
[.]
"Fel, dicariin tuh." gerakan tangan felix di atas keyboard terhenti sejenak mendengar suara seungmin, ia kemudian mengernyit heran.
"siapa?" tanya felix, karena seingatnya ia tak membuat janji dengan siapapun hari ini.
seungmin terlihat gelisah, matanya bergerak tak tentu arah. ia kemudian melangkah ragu mendekati felix. mulutnya ia bawa sedekat mungkin dengan telinga felix.
"bang changbin, lo dicariin sama dia." bisik seungmin. ia menjauh dan menatap felix, mencoba mencari respon darinya.
seungmin tahu mengenai masalah felix dan yeri, beberapa hari yang lalu felix cerita--sengaja tak cerita ke hyunjin karena felix takut yeri akan dilabrak.
felix sedikit terkejut sejujurnya, ia tak menyangka changbin akan datang menemuinya ke basecamp. benar memang beberapa hari ini changbin mengajaknya bertemu--yang segera ia tolak, tapi tak pernah sampai mendatanginya tanpa persetujuan seperti ini.
"oke deh, lo lanjutin aja tuh buat penutupnya, udah hampir kelar." kata felix sambil berusaha mengulas senyum. ia mencoba meyakinkan seungmin bahwa ia akan baik-baik saja bicara dengan changbin.
"lo gapapa? beneran?"
felix hanya tertawa mendengar pertanyaan seungmin, ia segera berdiri dan pergi menuju pintu keluar, "tenang min, cuma kak changbin ko."
setelah felix melewati pintu basecamp, ia segera disapa oleh pemandangan seorang changbin dengan pakaian serba hitamnya, juga pandangan lega yang sekilas tersirat dari netra kelam changbin.
ah, felix segera disiram rasa aneh yang tak jelas, bercampur dengan seonggok rasa bersalah karena terus menghindari changbin.
nggak, lo udah cukup ngerepotin changbin lix, sadar
KAMU SEDANG MEMBACA
night calls (changlix)
Fanfiction[ Aussie Burik Incoming Call ] ❝Gak bisa tidur lagi?❞ ❝Hehe, iya nih❞ Panggilan tengah malam antara Felix dan Changbin itu awalnya karena deadline tugas, yang lama-lama jadi rutinitas