Rencana Penepatan Janji?

9 0 0
                                    

Aku tidak mendengar suara orang-orang menyeru memanggil namaku lagi, jadi aku rasa mereka berhenti mengikutiku. Aku tidak berlari menuju arah mobilnya Radya, entah kenapa aku tiba-tiba lupa dimana tadi ia memarkirkannya.

Setelah melihat-lihat tempat yang semakin ramai dipenuhi orang-orang aku memilih berdiam pada sebuah gang sempit, remang dan dipenuhi sampah yang telah basah oleh air hujan.

Aku tau, tempat ini menjijikan, sangat bahkan, tapi aku tidak punya pilihan, hanya ini tempat yang tidak dipenuhi orang-orang, walau atmosfer mengerikan mulai melingkupiku.

Tadi aku menghindari mereka, namun aku berharap Radya atau Agatha menemukan ku disini dan segera membawaku pulang.

>>••<<

[ Third Person POV ]

"Eh buset dia kemana dah? Masa ilang?!" Ujar Radya dengan panik, berkali-kali ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal itu.

Mereka telah berkeliling ke sekitar, ke warung dan kios terdekat yang ada disitu namun nihil, mereka tidak menemukan Nadya ada di sana. Namun Radya tidak menyerah begitu saja, dia meninggalkan Agatha yang masih mengatur napasnya untuk kembali mencari gadis yang belum satu hari masuk ke dalam kehidupannya.

"Nadya!!!"

"Hiks.. hiks.."

"Nadya?" Radya menoleh, berusaha mencari sumber suara tangis itu yang ia sangat yakin itu berasal dari seseorang yang sedang dia cari.

Dia berusaha menajamkan telinganya dan mulai melangkah mencari sumber suara. Dia sampai pada tempat yang dirasa kurang layak untuk dikunjungi gadis kaya seperti Nadya. Namun, suara itu memang mengarah kemari.

"Nadya?" Ujar Radya yang terkejut melihat Nadya terduduk lemas sembari menangis sehingga bahunya bergetar hebat di gang sempit seperti itu.

Refleknya yang bergerak cepat membuatnya segera menghampiri Nadya dan mengambil celah sempit untuk dirinya dapat masuk dan reflek saja kedua tangannya menarik tubuh Nadya yang masih bergetar untuk bersandar di dadanya.

"Don't cry, i'm sorry, i'll take you home okay?" Ujarnya lembut sembari mengusap kepala Nadya.

Nadya hanya menganggukkan lemah kepalanya sebagai respon, dan tidak memberikan penolakan sama sekali saat tubuhnya diangkat perlahan oleh Radya dan digiring kembali menuju tempat dimana Radya meninggalkan Agatha sendirian tadi untuk mencarinya.

"Aya?! Astagfirullah lo kemana aja? Gua sama Radya panik tau nyariin lo?" Sahut Agatha saat menemukan Nadya berada di rangkulan Radya dengan mata sembab dan pipi basah.

Tanpa menunggu respon siapapun, Gatha segera menarik kerah leher Radya dan hampir saja mencekiknya jika Radya tidak segera menyingkirkan lengannya dari kerah lehernya.

"Apaan sih lo anjir, lo harusnya berterimakasih karena gua dah nemuin dia."

"Lo apain Nadya anjir?! Sampe nangis gini!" Ujar Gatha kesal, perhatiannya terakhir pada Nadya yang masih tertunduk dan sesenggukan, "Ya, lo oke kan? Si sialan ini kagak ngapa-ngapain lo kan?"

Nadya menggeleng lemah, "Tidak, dia baik."

"Tuhkan, lo sih suudzon."

"Yaudah si maaf, yaudah ya Aya, kita pulang sekarang."

Nadya hanya kembali mengangguk untuk membalasnya, dia tidak menyangka sensasinya untuk kembali merasakan dunia luar yang sudah lama sekali ia tidak rasakan akan membuat dirinya sangat-sangat tidak berdaya seperti ini dan bahkan, merepotkan teman-teman barunya.

Nadya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang