A Small Talk

2 0 0
                                    

- Radya POV -

"Lama banget lo anjir, darimana aja dah?" Ketusku, dia yang menyuruhku menjemputnya tapi malah dia yang membuatku menunggu hampir setengah jam di depan gedung fakultasnya.

"Hehe, biasa gue kan orang sibuk Rad, yaudah yok jalan!" Ujarnya, dengan wajah tanpa dosa masuk mobilku dan memasang seatbelt nya.

"Idih nyusahin mulu, kesian bener ntar yang jadi pacar lo." Aku menyalakan mesin mobil dan memajukan kendaraanku itu, aku sengaja mengerem mendadak agar Agatha terhuyung ke depan, hitung-hitung balas dendam.

"Pake mata nyetir tuh bego!" Kesalnya.

"Peduli monyet gue ama lo, nyusahin mulu sih."

Sepanjang jalan Agatha hanya menggerutu soal tugas-tugas prakteknya yang memerlukan banyak biaya, ya dibandingkan aku secara material, aku lebih mampu darinya. Suatu sangat keajaiban seorang Agatha bisa masuk teknik mesin sehingga menjadi wanita satu-satunya dalam kelasnya itu.

Sebenarnya, aku ingin berbicara empat mata dengan Nadya, tapi sepertinya dia belum mau terbuka untukku, jadi aku harus menggunakan Agatha. Sorry Tha, tapi cuman lo yang bisa bantu gue.

"Eh Tha, btw gue mau minta tolong boleh?" Ujarku di tengah-tengah perjalanan ke rumah Nadya.

"Asal lo kagak nyuruh gue buat gabungin pulau Jawa sama pulau Bali sih okeh, apaan?"

Aku memutar bola mataku, memang ya Agatha ini dari dulu tidak berubah, tetap saja gila seperti biasanya. "Kagak lah anjir, jahat bener gue minta lo gabungin pulau."

"Yaudah terus apaan?"

"Jadi gini, gue pengen mastiin sesuatu, gue mau lo bikin Nadya cerita soal dia sebelum kena phobia."

"Hah? Buat apaan emangnya?"

"Ntar lo tau, pokoknya bantu gue gitu aja dulu, kalau ke gue kayaknya dia nggak bakal mau cerita."

"Dih lo aja sendiri, lagian Nadya kan polos lo tanyain apa aja juga dia jawab, ntu cerita kayaknya pribadi gue nggak berani ah nanyanya, gue kan bukan calon psikolog kek lo."

"Lo tuh kek bunga anggrek di pohon mangga tau nggak sih? Iya cantik, tapi nyusahin mulu, kagak mau dimintain tolong, jahanam emang."

"Ya mending bunga anggrek daripada lo! Boneka Voodo."

"Tha lo milih turun sendiri atau gue dorong ampe keluar mobil?"

__________

Kami telah sampai di rumah Nadya, mamanya menyambut kami lagi lalu pergi entah kemana. Ya aku tidak jadi menurunkan Agatha di tengah jalan karena menyebutku boneka Voodo, kenapa? Hujan deras tiba-tiba saja turun dan dia sudah pasti menggunakannya untuk membujukku.

Setelah memarkirkan mobil, aku masuk dan menemui Nadya baru saja membawa nampan berisi sirup? Aku rasa, dia meletakkannya di meja dan tersenyum padaku.

"Diminum dulu Radya," ucapnya, aku membalas senyumnya itu, senyumnya benar-benar sangat mirip.

Aku hanya menjadi nyamuk saat Agatha mulai berceloteh tentang kucingnya, Sasha yang baru saja melahirkan lagi, yang membuatnya semakin dimarahi orang tuanya karena memiliki terlalu banyak anak kucing.

Lagian, punya kucing bukannya dikandangin biar kucingnya terlindungi dari pergaulan bebas perkucingan.

Dan aku sadar, untuk mencari tahu hal itu lebih jauh, aku harus mencari waktu agar aku dan Nadya memiliki waktu berdua saja. Tapi bagaimana?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nadya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang