Terlalu sering berkumpul dan taruhan berlima, tiba-tiba mereka jadi cs yang tak terpisahkan.
"Woi, ampas. Gue belum makan gado-gadonya! Sabar dikit kek. Wong mau main Uno aja rempong amat lu." Maki Arif, sembari mencampur paksa lontong+tahu+telur+krupuk dalam satu sendok penuh. Maklum, orang barbar yang lapar emang beda.
"Lagian lu sih pakai pesan gado-gado. Ngaret kan. Keburu masuk jamnya Ndoro Gugun." Sambar Koko merujuk pada satu guru Bahasa Indonesia ter-killer di kelasnya. Nggak kebayang kan? Biasanya kan Guru eksak lebih serem daripada apapun. Nah ini, Bahasa Indonesia! Bayangin kalian disuruh mengarang bebas, lalu di samping kalian ada seseorang dengan pecut di tangannya sambil teriak 'kerjakan gak?!'. Yah…meskipun itu cuma analogi, sedikit-banyak begitulah sensasinya.
Aby yang duduk di sebelah Koko, menyeruput tehnya santai. Sama sekali tidak terbawa gejolak semangat si Koko yang hiper taruhan. Sementara itu, Mahendra dan Galih yang duduk bersebelahan lebih sibuk dengan obrolan mereka tentang anime ketimbang menyadari eksistensi tiga orang tokoh figuran lainnya.
"Eh, lu tau Dororo? Versi remake-nya keren, bro." Galih memulai pembicaraan.
"Genre?" Balas Mahendra, melirik Galih. Dia belum menonton anime apapun seminggu terakhir. Dia masih males untuk males-malesan.
"Fantasi. Tapi asli, gue suka jalan ceritanya. Nge-feel dan gak maksa." Kata Galih, excited. Mahendra di dekatnya sampai ikut-ikutan excited gara-gara sikap Galih yang menular. Matanya, batin Mahendra, seolah bersinar ketika dia menjelaskan anime. Itulah mengapa Mahendra selalu suka ketika Galih mulai membicarakan anime kesukaannya. Dasar Mahendra sok melow!
"Gue minta." Mahendra nyengir kuda. Tipe gratis tapi enak ini memang lebih senang minta ketimbang harus download sendiri.
"Minggu ke rumah gue." Suara Galih tiba-tiba merendah. Dia mengucapkannya sepelan yang dia bisa, sekiranya tidak ada yang mendengar selain dirinya dan Mahendra.
Mahendra bukannya tidak sadar dengan hal itu. Dia mengangguk pelan kemudian tersenyum demi mengelabui tiga orang ngontrak yang ada di mejanya.
Galih balas tersenyum tipis. Sejauh ini, hubungannya dengan Mahendra lumayan baik. Sangat. Baik. Sampai dia kadang berpikir, 'oh kayaknya kami bakalan pacaran besok'. Satu harapan yang belum juga terwujud sekalipun dia begitu mengharapkannya. Tidak masalah sih. Selama dia dekat dengan Mahendra, semuanya bisa diatur.
Bel dari kejauhan membuat Arif tersedak, Koko kesal, dan Aby yang selesai dengan es-nya.
"Ah, gagal kan taruhan kita!" Ucap Koko gemas.
"Ganti hari deh." Balas Arif merasa setengah bersalah. "Minggu aja gimana?" Tanyanya.
"Terserah, ngikut." Aby menyambung cuek. Otaknya sudah mengepul gara-gara mapel matematika 4 sks. That's why dia niat banget minum es-nya.
Mahendra melirik Galih, saat Galih meliriknya. Secara kasat mata mereka mulai bertelepati.
"Lu berdua gimana? Ngikut gak?" Tersadar ada dua makhluk lain di pojokan yang sedari awal tidak banyak bicara, Koko pun langsung bertanya ke orangnya.
"Gue gak bisa," ucap Mahendra sembari berpikir alasannya. "Gue ada acara di rumah..." …Galih, tambahnya dalam hati. Galih langsung menyambung ucapan Mahendra. "Rumah gue ada tamu penting hari Minggu, jadi ya, gue harus stay di rumah." Hanya memikirkan kata 'tamu penting' berhasil membuat Mahendra mati-matian menahan tawa. Geli.
"Oh, oke. Berarti gak bisa hari Minggu. Senin istirahat kedua ya?" Kata Koko. Besok, tepatnya hari Sabtu adalah hari rempong kelas mereka karena pelajaran prakarya yang ngerepotin. Tidak ada pilihan lain, taruhannya pun terpaksa diundur tiga hari lamanya.
Entah bagaimana, Galih ingin menyanyikan lagunya We are the Champion-nya Queen setelah berhasil mengelabui Koko dkk dengan begitu mudahnya. Oh yes, hari Minggu ini Mahendra akan main ke rumahnya! Kira-kira snack apa ya yang disukai Mahendra? Dia harus telepon Ibunya nanti.
###
"Ngh…"
Galih tertawa jengah. "Lu gak usah ngikut aktris bokepnya, koplak." Katanya, menarik rambut Mahendra main-main.
Mahendra yang sedari awal agak geli dengan acting pemain film biru milik Galih, membuat gestur meludah. "Film porno ter-lol yang pernah gue tonton." Balasnya, mengambil kripik tempe di pangkuan Galih.
"Hargai kek, dia juga udah usaha keras kali." Galih meremas pundak Mahendra gemas. "Lu tinggal lihat, gratis, masih aja sempat protes."
Mahendra mengusir tangan Galih. Dia juga tak segan mendorong wajah Galih yang semakin dekat setiap menitnya. "Cuk, tau gue yang lagi sange." Sindirnya, melirik organ reproduksi--bernama penis--milik Galih yang mulai menonjol.
Galih nyengir. "Aduh, gak usah diomongin juga kali. Wajar aja kan gue sange. Kan gue lagi nonton bokep bukan ceramah. Yang kurang ajar itu kalau gue nonton ceramah dan gue sange. Bisa-bisa digebukin massa gue. Lu pengen sange juga? Mau gue injek biar cepat berdiri?" Dalih Galih, lagi-lagi panjang lebar kali tinggi.
Mahendra yang mendengarnya hanya mampu melongo, mencerna setiap kata. Begitu semua maknanya berhasil dia pahami, dia tertawa terpingkal-pingkal. Dia pikir julukan Galileo musnah dari balik nama Galih setelah dia bergabung dengan Koko dkk, tapi ternyata…semuanya masih sama. Galih tetap bermulut seribu, tukang nyinyir, satu keunikan yang belum mampu Mahendra tandingi.
"Ada yang lucu?" Galih yang tidak juga mengerti alasan Mahendra tertawa, menyipitkan matanya bingung.
Mahendra masih tertawa, enggan menjawab. Kesimpulannya, hari itu kegiatan mereka diisi dengan 65% tawa Mahendra dan 35% ocehan Galih.
Lumayan…
…gagal.
###
Namun, siapa sangka kalau hubungan keduanya perlahan merekah seperti bunga bangkai yang menggeliat karena rindu lalat. Mahendra dan Galih seolah menjadi duo gambreng yang saling melengkapi satu sama lain, terutama soal yang enak-enak.
Puncaknya, mereka jadian. Bukan jadi-jadian, tapi memang jadian.
Koko yang menyadari gelagat keduanya, mulai mengerti arah peta hubungan mereka. Meski begitu, dia tidak menanyakannya langsung pada dua oknum itu. Nggak perlu, batinnya, mana ada dua cowok normal yang hobi duduk di pojokan sambil ketawa-ketiwi nggak jelas kalau bukan mereka berdua? Disusul Arif yang terpengaruh omongan Koko, dan Aby yang paling tidak peka karena bertanya pada Arif, mereka bertiga akhirnya sama-sama tahu. Mirip Koko, keduanya memilih bungkam dan tetap bahagia seperti biasanya. Mereka menunggu Mahendra atau Galih sendiri yang memunculkan topik itu ke permukaan.
Satu bulan berlalu, setelah menunggu datangnya berita itu sampai berdarah-darah, eh Galih sama Mahendra tiba-tiba berjauhan. Bukannya berhasil mendapatkan kabar gembira, mereka malah mendapatkan kabar duka. Galih dan Mahendra putus. Waduh. Apa ini namanya cinta terlarang? Ditungguin kok malah putus duluan. Lucu, toh?
Masalahnya lagi, pasca putus mereka hampir mirip dengan pasca perang. Begitu kentara dan sulit untuk tidak disadari. Dimulai dari bangku yang semula seperti minyak dan tepung mendadak berubah menjadi Kutub Utara dan Kutub Selatan. Saat main berlima, Mahendra jadi lebih sering mepet Koko—bikin gerah pemilik nama—sedangkan Galih selalu duduk di titik mati pandangan Mahendra. Sampai makan pun, keduanya beda tujuan. Kalau Mahendra beli makan di kantin, pasca putus Galih langganan kopsis.
Sia-sia mengharapkan dua manusia hopeless itu akrab seperti biasa. Boro-boro. Bicara aja ‘najis gue’ kok.
Koko yang paling takut kalau hubungan mereka dapat memengaruhi yang lain, terpaksa buka suara di depan Mahendra. “Ini nih yang gue takutin kalau kalian pacaran, putus, dan sok gak kenal. Yakin lu bakalan kuat kalau reunian?”
Mahendra yang heran darimana Koko tahu tentang hubungan mereka hanya menggeleng. Dia menolak hidup di masa depan. Dia tidak tahu apa yang terjadi kemudian.
Baginya, hidup adalah sekarang. Hari ini. Dia tidak mau memikirkan Galih lagi. Tidak untuk seseorang yang memutuskan hubungan mereka secara sepihak karena alasan ‘aku mau fokus belajar’. Klise. Kayak yang sekolah Galih doang, lainnya numpang ngambil ijazah.
###

KAMU SEDANG MEMBACA
MAH [end]
De Todo[Boyslove] Gimana rasanya jadi tokoh utama sebuah prank karena kalah taruhan? Sabar ya, Mah. Kan taruhan adalah lambang kehormatan laki-laki. Bukti keberanian tak terbantahkan. Tinggal ajakin Galih Galileo ketemu dan ambil satu ciuman basah darin...