B 1

27 4 3
                                    

Ps: tukang nyinyir dilarang masuk. :'v

****

Veroland Pratama,

Gue membaca sekilas nametag yang tertera di atas saku seragam sekolah ini melalui cermin toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue membaca sekilas nametag yang tertera di atas saku seragam sekolah ini melalui cermin toilet. Tiga tahun, gue sekolah di SMA ini.

melihat arloji kecil ini, pukul 10.04. saatnya pulang. Gue mengenakan jaket, lalu bergegas berjalan menyusuri koridor sekolah, dan menuju ke tempat penitipan sepeda motor.

Jika dipandang, Cuaca hari ini lumayan cerah, hanya awan tipis yang menyelimuti atmosfer, gue meluruskan pandangan. Di depan sana ada beberapa cewek yang melihat kearah ku.

Ekhem!.. stay cool.

Tempat penitipan sepeda motor di sekolah ini memang tidak terlalu jauh, hanya berada disebelah salah satu bangunan kelas. Tempatnya mengelilingi sebuah lapangan sepak bola. Yang di sebelah barat lapangan itu terdapat sebuah bangunan, "lab seni" yang baru dibangun dua tahun yang lalu.

Gue mengamati keadaan di lapangan sekolah ini. Cukup disesalkan, karena lapangan ini juga digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan upacara setiap hari senin, terdapat beton berbentuk persegi panjang yang berjejer, digunakan untuk setiap barisan, agar setiap setelah hujan, sepatu mereka tidak kotor saat memasuki kelas.

Oke, alasan itu sebenarnya tidak buruk, tetapi jika dilihat lagi, di sebelah barat lapangan sebelah kiri dan juga sebelah timur lapangan, dibangun lapangan bola voli. Hal itu tentu juga berdampak pada keasrian lingkungan sekolah, apalagi sekolah gue merupakan sekolah Adiwiyata.

Gue menyalakan mesin motor, tapi tiba tiba ada yang naik di jok belakang. Siapa? Gue melihatnya dari kaca spion, ooooh.

Gue tersenyum samar. Dia memeluk gue dari belakang, dan dengan sengaja dadanya dia ndusel-ndusel ke punggung gue.

Bodo amat. Gue nggak peduli, gue melajukan motor dan keluar dari area sekolah. Sekolah gue terletak di pinggiran kota yang dikelilingi oleh hamparan sawah yang luas, tapi sekolah gue termasuk sekolah favorit di kota.

Gue memandangi sawah yang padinya sudah menguning, dan ada beberapa petak sawah yang tengah panen.

"panen ke 12. eh, 11?
Lama juga ya gue sekolah di sini." Gue bergumam pelan, yah, gue nggak tahu kenapa gue bisa mengingat jumlah panen padi di sekitar sekolah gue, sejak pertama kali menginjakkan kaki sampai sekarang, gue selalu menghitung berapa kali panen padi, nggak penting.
.
Gue menurunkan laju kecepatan motor gue, dan berhenti. Didepan ada lampu merah soalnya. Di sebelah kanan kiri motor gue sepi, tidak ada pengendara lain, mungkin mereka lebih suka melewati jalur pintas daripada jalur yang seharusnya. Padahal menurut gue, melalui jalur pintas itu berakhir buruk. Karena mie goreng juga perlu direbus.

Tiba-tiba gue merasakan tangan yang sejak tadi memeluk gue, semakin bergeser kebawah. Hingga akhirnya...
Tentu saja gue menyadarinya, dan otomatis gue ngeliat kebawah.

Tanpa sadar gue memejamkan mata sesaat.. mengendalikan diri.. di jalan bro.
"Dasar bitch". Gue berbicara dengan volume yang mungkin tidak terdengar oleh objek yang dibicarakan.

*****

Gue mematikan mesin motor dan melepaskan helm, dan saat itu dia mendekatkan dirinya dan nyosor gitu aja. Gue mengelak? Tentu tidak. Menikmati permainan dan memejamkan mata.

Memuncak.

Gue mengangkat kakinya, menggendong perempuan itu seperti anak kecil, dan membawanya kedalam rumah. Tubuhnya begitu ringan. Wajar, karena rasa ini telah menguasai.

Gue menggendong dan membawanya ke kamar, menjatuhkannya di ranjang, membiarkannya membuang helaian kain yang menyelimutinya, lalu dia berdiri dan mendorong gue ke ranjang, lalu menubruk kasar. Permainan itu, berlanjut.

*****

Hufft.. Panas dingin saia nulisnya.
.

Sekian, vote jika kalian suka dengan part ini, langsung swipe aja kalau tidak suka, dan kita ketemu lagi di part selanjutnya💕.

(18+) BODO AMAT!! GELAP EUY!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang