Part 3

20 2 0
                                    

***

Keesokan harinya, di sekolah, seperti biasa aku berangkat dengan sepeda dan memarkirnya di tempat parkir sekolah. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke kelas, memangnya mau kemana lagi.

Surainya melambai dengan nyaman di sekitar matanya, tatapannya mengarah keluar jendela.

Oucch, aku kalah cepat hari ini.

Biasanya aku yang datang terlebih dahulu. Namun, Sei mendahuluiku lagi setelah kemarin.

Ku letakkan tas sekolahku di bangku yang ada di depan bangkunya. Aku duduk dan mengeluarkan light-nove ku. Mulai ku baca lembar demi lembar, sampai-sampai aku tak ingat bahwa aku sedang berada di kelas yang masih sepi ini. Aku terlalu khidmat membaca light-nove ku itu.

"Ehh... pasangan dansa sudah datang ternyata," ucapan Adre yang baru datang itu mengacaukan konsentrasiku. "Kenapa diam-diaman sih? Aku menganggu ya,maaf deh."

Di antara kami berdua, tidak ada yang menjawab ocehan ataupun pertanyaan Adre.

.

.

.

Saat istirahat, kelas pun sudah terbiasa untuk sepi. Semua teman keluar kelas dengan tujuan masing-masing. Adre yang kadang mengajakku keluar sedang ada pertemuan dengan pacarnya, Reo. Dan lagi-lagi aku sendirian di kelas hanya memandangi light-nove serta mencoba membacanya.

"Kau tidak ingin keluar?" tanya seseorang membuat kepalaku mendongak ke arahnya dan sedikit kaget karena kukira aku sendirian.

"Tidak, kau sendiri juga sama saja," jawabku kepadanya.

"Kata siapa? Aku ingin mengajakmu keluar."

Kata-kata itu sontak membulatkan mataku.

Tanpa aku mengiyakan, dia sudah berlalu sambil berkata, "Ke Lab Biologi sekarang!" sekali lagi itu bukan merupakan ajakan yang baik dari seorang Sei, melainkan sebuah perintah, dan entah mengapa aku tidak menolaknya.

***

Di lab biologi, aku tertegun, di sana banyak barang tidak berada di tempatnya.

"Bantu bersihkan!"

"Watde!!Apa maksudmu, kau menyuruhku membersihkan lab ini? Aku tidak mau." Aku membalikkan badanku dan siap untuk melangkah pergi dari lab itu.

Grep__

"Kau benar-benar tidak mau? Padahal aku ingin kau berada di sini," ucapnya sangat dekat di teligaku.

Bagaimana tidak. Saat aku akan pergi dari lab itu, belum satu langkah dia menahanku dengan menarik tanganku sampai posisiku seperti sekarang ini. Aku canggung dalam hal ini, wajahnya tepat berada di samping telinga kananku. Ucapannya itu seakan seperti bisikan yang membuatku sedikit gemetaran.

"Iya, ya. Baiklah." Bodoh!! Kenapa aku menerimanya.

Apakah hanya dengan bisikan itu, aku luluh dan tunduk dengan perintahnya. Memangnya siapa dia. Raja? Bukan kan?

Pertanyaan yang tak perlu dijawab.

"Buku-buku ini harus aku taruh mana?" tanyaku kepadanya sambil menggendong buku-buku tebal.

Dia pun membalikkan badannya dan menatapku dingin, wajahnya datar memang, tetapi tatapan mata indah itu serasa tajam dan menusukku seketika. Karena lama tidak menjawab. Aku pun mengulangi pertanyaanku.

"Anoo... buku ini..." belum selesai mengulang pertanyaanku.

Sekarang dia sudah berada di dekatku. Aku pun melangkah ke belakang untuk menjauhkan tubuhku darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A WeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang