No One POV
Ouka membuka pintu apartemennya begitu saja. Ditangannya penuh belanjaan supermarket yang tadi dia beli sekalian pulang dari acara jalan-jalannya. Untung saja dia ingat stock kulkas sudah habis, hingga dirinya tak perlu bolak-balik keluar apartemen hanya untuk membeli bahan makan.
"Ugh, capek juga" keluh Ouka yang dengan gontai berjalan menuju dapur untuk menata bahan makan yang baru saja di belinya ke dalam kulkas dan lemari penyimpanan.
Sambil menata telur di kulkas, pikirannya berkelana memikirkan timeline waktu event bsd yang kemungkinan sekarang sedang terjadi.
'hm, karena masih bagian pertama, seharusnya arc Blue Messenger? Hm, semakin lama ingatanku mengenai masa lalu semakin samar. Aku tak bisa memastikan urutan timeline yang terjadi dalam cerita' sambil berpikir keras, dahinya mengernyit tak suka mengenai fakta bahwa dirinya melupakan hal tersebut.
"Well, yang pasti belum arc guild. Jadi masih masa aman" dengan acuh Ouka mengibaskan pemikirannya tersebut, dia mengambil beberapa bahan makanan lama untuk dia olah menjadi menu makan malamnya, walau waktu masih siang tapi dia akan membuat kimchi untuk makan malam nanti.
Sambil menggumamkan lagu, Ouka mulai mengolah bahan-bahan yang dia miliki.
-----
Beberapa hari kemudian, Ouka berakhir duduk di spotnya yang biasa dalam Uzumaki Caffe. Pagi itu dia baru datang untuk sekedar membeli kopi kesukaan setelah beberapa hari tidak datang karena pekerjaan yang baru diberikan padanya.
Memandang ke arah jalanan kota siang itu, Riko meletakkan kopi pesanan Ouka di atas meja dengan ucapan 'Silahkan menikmati' sebelum kembali pergi untuk mengurusi pelanggan lain. Kini Ouka sudah bisa di bilang pelanggan tetap cafe tersebut.
Dalam diamnya pikiran Ouka melalang-buana, mencoba mengingat Arc apakah yang sekarang sedang atau akan terjadi dalam cerita. Setelah pertemuannya dengan Sky beberapa waktu lalu, Ouka yakin Arc guild akan terjadi tak lama lagi. Hanya dia tak tahu kapan itu akan terjadi.
'hm. Tak kusangka Sky menyerahkan tugas itu padaku. Padahal kukira dia akan menyuruh yang lain'
Ouka dengan gerakan otomatis meraih cangkir kopi dan perlahan meminumnya sambil terus berpikir.
'Terlepas dari itu, apakah aku akan mendapatkan kesempatan untuk melihat arc secara langsung? Aku tak benar-benar dapat memantau sudah sampai mana cerita ini berjalan. Haruskah aku menampakkan diriku agar dapat melihat secara langsung? Tidak, kurasa itu terlalu ceroboh. Dan lagi aku tak mau di ceramahi oleh Sky, ughh--'
Sementara itu, di lantai atas tepatnya kantor Detektif bersenjata---
"Kunikida-san tolong aku"
Atsushi berteriak memohon sesaat setelah Kunikida membuka pintu kantor detektif bersenjata.
"Ada apa pagi-pagi begini?" Dengan nada santai Kunikida bertanya.
"Dazai-san gila!" Ungkap Atsushi sambil memperlihatkan keadaan gila Dazai Osamu uang saat itu sedang menaiki meja kerjanya.
"Kunikida-kun, gawat!"
"Lihat ini!" Dazai Osamu menunjukan suatu lingkaran kosong di atasnya. Ya kosong tak ada apapun di tempat yang dia tunjukkan.--
Tapi sebagai Kunikida Doppo dengan prinsip dan idealismenya dia mengabaikan rengekkan Atsushi; memilih untuk membuka laptop dan memasukan report miliknya terlebih dahulu.
"Kuni~ki~da~kun~~"
"Kau juga datanglah ke akhirat, keren loh. Banyak kumbang berwarna-warni, bisa minum alkohol sepuasnya, bisa makan sepuasnya. Terus bisa juga tidur bareng----"Dazai Osamu mulai meracau sembari mencubit dan menarik kedua pipi Kunikida Doppo, Atsushi dalam keadaan terikat perban seperti kepompong tak dapat melakukan apapun sementara itu Kunikida Doppo masih terus mengabaikannya untuk tetap menyelesaikan laporannya. Saat laporan itu selesai dan laptopnya dia tutup, Kunikida segera menarik kerah baju Dazai dan membanting pria yang menjadi rekannya hingga tak sadarkan diri.
"Berisik!" Teriak Kunikida penuh emosi. Sementara Dazai tampak terlihat tak sadarkan diri saat ini. Setidaknya itu lebih baik ketibang dia terus menggila dan mengganggu anggota ADB lain.
Kriek!
Pintu terbuka dan terlihatlah Asisten sekertaris ketua yang kini mengabarkan.
"Kunikida-san ada tugas dari ketua"---
Ouka tengah menikmati kopi yang entah ke berapa gelas di Uzumaki Caffe ketika pintu Caffe itu terbuka dan memperlihatkan sosok Dazai Osamu yang datang seorang diri.
"Selamat datang" seperti biasa Riko menyambut ramah siapapun yang datang ke Caffe baik orangnya semengesalkan Dazai sekalipun.
'hm?' dahi Ouka mengernyit ketika itu, dia dapat melihat garis kusut di bagian kerah baju yang dikenakan Dazai seolah itu bekas cengkraman seseorang walau sudah cukup di rapihkan tapi garis kuat tak akan mungkin menghilang kecuali jika kita setrika bajunya.
"Bella donna, aku merindukanmu" ungkap Dazai yang kini mulai merayu Riko seperti biasanya, tak pernah bosan. Ouka kadang berpikir jika kakaknya adalah seorang playboy mengingat bagaimana pintarnya dia menggoda seorang wanita.
"Maukah kau bunuh diri ganda denganku" Tapi obsesi Dazai akan bunuh diri selalu saja merusak imagenya. Hah~ Ouka menghela nafas melihat keunikan abangnya dari jauh. Jika kau hilangkan 'Bunuh Diri' dalam kamusnya pasti Dazai cukup memikat hati wanita yang dia goda. Masalahnya selalu di rusak dengan ajakan bunuh diri, siapa yang mau? Haish
"Lakukan sendiri saja, Dazai-san" jelas Riko menolak, tapi seolah tuli dia seakan tak mendengarkan, lebih tepatnya mengacuhkan itu.
"Bunuh diri ganda tidak dapat dilakukan sendiri" jelas Dazai saat itu. Aku tidak heran jika melihat Chuuya selalu ingin memukul Dazai setiap kali bertemu, melihat hal ini saja aku hanya bisa menggelengkan kepala. Chuuya yang kesabaran setipis tisu harus aku acungi jempol karena belum benar-benar membunuh Dazai sampai saat ini.
"Tidak bisa, saya masih harus melayani pelanggan lain" Riko tetap menolak ajakan Dazai, siapa juga yang akan menerimanya? Sembari menyatakan masih ada pelanggan yang harus di layani. Pernyataan Riko itu membuat Dazai mengernyit dan berbalik memperhatikan sekitar, karena seingatnya tadi Caffe ini dalam waktu sepi.
Saat itulah Dazai melihat wanita dengan rambut coklat ikal panjang yang tengah menatap keluar jalan sembari memutar-mutar kecil gelas kopi di tangannya. Ouka ketika itu merasa ada tatapan yang memperhatikannya menoleh, dan empat iris coklat itu akhirnya saling bertemu sapa.
'Oh, Sh*t. Nii-san melihatku' batin Ouka seketika mengerutkan dahinya ketika tatapan mereka bertemu, segera ia memalingkan wajah tidak perduli dan kembali memperhatikan jalanan di luar sana dengan perasaan risau, takut jika Dazai mengenalinya.
Sementara itu, Dazai yang melihat Ouka mengernyitkan dahi tak suka memiliki pemikiran lain.
'Wanita yang menarik' seringai tipis terparti di wajahnya untuk seperkian detik sebelum tergantikan dengan senyum bodoh yang biasa dia tampilkan.
Tbc
Disini aku bakal manggil Dazai Osamu dengan Dazai saja (karena kalau Osamu kayak gimana gitu) dan Dazai Ouka dengan Ouka saja untuk pembeda diantara kedua individu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Osamu Twins || DISCONNECTED
FanfictionNarukami Ouka, 23 tahun. Mahasiswa yang baru saja selesai selesai Skripsi dan berleha leha membaca manga favoritenya yang baru saja tamat tiba tiba terbangun di tubuh bayi baru lahir, dengan segala kebingungannya menghadapi yang terjadi, kala menyad...