Ichiro

1.5K 167 58
                                    

Namaku Ichiro Yamada. Anak pertama dari 3 bersaudara. Aku tinggal di daerah Ikebukuro di Tokyo. Aku tinggal bersama 2 adikku yang manis. Jiro dan Saburo.

Mungkin sedikit aneh kenapa aku bisa sekelas bersama adikku. Aku telat masuk sekolah, karena waktu itu ada beberapa masalah dengan biaya masuk. Dan adik bungsuku, Saburo, terlalu pintar hingga bisa loncat kelas. Sehingga kami berdua bisa satu kelas bersama Jiro.

Tapi disini aku tidak akan bercerita tentang kisah hidupku. Melainkan bercerita tentang seorang guru yang bangsatnya minta ampun.

*

Ting Tong

Bel sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Setelah menyimpan tas diatas meja, aku segera duduk manis menunggu guru yang akan masuk.

Terlihat, teman sekelasku juga sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing. Tapi sang guru yang ditunggu, tidak kunjung datang. Sudah 15 menit berlalu dan guru itu belum menampakkan batang hidungnya.

'Kalau gak salah, sekarang pelajaran olahraga... ' ucapku dalam hati.

Tak lama kemudian, suara dari speaker kelas terdengar keras.

"Bagi murid baru yang sekarang akan pelajaran olahraga, 30 DETIK DARI SEKARANG HARUS UDAH KUMPUL DI LAPANGAN!!! "

Pengumuman itu langsung diberhentikan begitu saja. Anak-anak kelas yang shock mendengarnya, langsung berlari dengan panik ke arah lapangan. Termasuk aku.

Tetapi ketika sampai disana, kita malah mendapati wajah masam dari bapak guru (?) ini.

"Kenapa kalian masih pakai seragam? CEPAT GANTI BAJU OLAHRAGA DALAM 5 MENIT!!! " bentaknya keras.

Aku diam-diam mengumpat dalam hati. Tadi disuruh ke lapang, sekarang disuruh ganti baju. Gimana sihh...

Anak-anak kelas langsung berlari untuk ganti baju. Tapi ketika guru tadi memanggil seksi olahraga kelas, aku tidak ikut berlari bersama yang lain.

"Ada apa, pak? " tanyaku sesopan mungkin.

"Jangan panggil 'bapak'! Aku bukan bapak kamu! "

Lagi, aku menghela nafas lelah. "Trus saya harus panggil apa? "

"Toki-sama. "

Menyebalkan. Ini guru ngapain pengen dipanggil pake 'sama' segala sih. Gayanya juga udah berkacak pinggang kayak gitu. Sok berkuasa bangettt.

"Jadi ada apa manggil saya?"

"Nih. " guru berambut putih ubanan itu memberikan sejumlah uang.

'Apa nih maksudnya? Kok aku dikasih beginian? ' heranku.

"Beliin aku nasi padang yang depan sekolah."

Eh, si bangke. Main nyuruh-nyuruh seenak jidatnya aja.

"Tapi, saya 'kan mau ganti baju, pak.. " ujarku berusaha menolak dengan sopan.

"Udah aku bilang, AKU BUKAN BAPAKMU! "

'Bodo amat, pak. Bodo amat.' ya aku gak mungkin mengumpat seperti itu sih. Bisa dapet panggilan ortu ntar.

"Iya iya saya beliin."

Dengan berat hati, aku mengambil uang itu dan melesat ke warung nasi padang di depan sekolah. Males dan gak ikhlas sih sebenarnya. Tapi ya mau gimana lagi, dia kan guru.

Ketika satu bungkus nasi padang sudah aku bawa, aku langsung kembali ke lapangan. Kulihat, anak kelasku sudah pada main bola sambil diawasi oleh guru itu.

"Ini pak, nasi padang nya. "

"Sudah tiga kali aku dipanggil bapak. Aku masih muda! " gerutunya sambil mengambil bungkus nasi padang itu.

Aku hiraukan saja protesnya itu. "Ini kembaliannya. "

"Ambil aja. "

Wajah yang semula kutekuk langsung berubah cerah. Emang sih kembaliannya cuma 2000 rupiah. Tapi kan lumayan buat naik angkot pas pulang nanti.

"Buat saya, pak?" tanyaku basa-basi sambil tersenyum lebar.

"Iya. Sekalian beliin aku teh gelas yang besar ya. "

*

"Nii-chan, kamu dari mana aja?"

Jiro bertanya ketika melihatku duduk disampingnya di pinggir lapangan. Aku mendesah lelah. Hari ini aku sial karena sudah dipertemukan oleh guru ubanan nan songong itu.

Katanya dia seorang guru, tapi penampilannya tidak mencerminkan hal itu. Baju kemejanya yang 2 kancing atasnya terbuka. Celana hitam training. Rambut putih bak ubanan yang sedikit panjang. Dan sepatu boots hitam keluaran terbaru.

"Si Toki tadi nyuruh beliin nasi padang." ucapku lelah.

"Toki? Ah, guru olahraga baru kita?" kekeh Jiro.

"Lagian dia pengen dipanggil Toki-sama segala. Emang namanya apaan? Toki toki coklat asli?" tebakku asal.

"Enaknya selangit~"

"Toki toki bikin hepi~"

"Ya kali. Itu mah choki-choki hahah... "

Aku ikut ketawa dengan Jiro. Walaupun hari ini sial banget dan bikin lelah, tapi aku bisa ketawa puas gini lagi.

Nistain guru itu, emang paling enak.

-----------------------------------------------------------------

Tbc.

Hypnosis Mic FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang