George celingukan mencari arah yang benar sambil menenteng peta. Sudah sepuluh tahun ia meninggalkan Jakarta. Sejak tamat sekolah dasar ia ikut papanya yang menetap di Italia.
Papanya, Conrado Sr. keturunan Spanyol namun menetap di Italia. Ia mengembangkan bisnis sampai ke Indonesia karena ia tahu betul prospek cerah di negara ini. Ia seorang engineer untuk mesin kapal. Perusahaannya berkembang pesat dari Papua, Sulawesi dan Kalimantan. Sang papa menikah dengan seorang wanita keturunan Indonesia-Inggris di Kalimantan. Mamanya adalah anak dari kolega bisnis sang papa. Dengan pernikahan tersebut membuat perusahaan mereka semakin berkembang pesat.
Di kota ini pula lahir bidadari cantik yang sangat George sayangi. Ia dan adiknya yang cantik dengan selisih umur lima tahun menjadikan George begitu protektif terhadap sang adik. Ia tidak ingin ada luka apapun di kulit lembutnya. Selain sang mama, Ruby adalah bidadari untuknya. Namanya selalu terukir indah di hati. Ruby memilih tinggal di Indonesia bersama sang nenek sejak mama meninggal. Sementara George ikut sang papa di Italia dan melanjutkan sekolah di sana. Sangat berat meninggalkan Ruby saat itu karena George sangat menyayanginya dan ingin melindunginya selalu namun ia juga tidak tega melihat kondisi sang papa yang sangat rapuh semenjak mamanya tiada, ditambah lagi dengan kenakalan dan keonaran yang sering George lakukan.
Saat George masih mengenang tentang keluarganya di halte itu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh dua orang remaja cewek sedang tertawa-tawa di dekatnya. Mereka tampak gembira. Mereka tidak peduli beberapa orang melihat atau mencemooh.
Para gadis sepertinya sedang menunggu sesuatu. Sebab seorang gadis remaja yang rambutnya dikuncir kuda terlalu sering melihat jam tangannya. Dia mengenakan kaos dilapisi kemeja longgar dan celana buntung. Sedangkan yang seorang lagi mengenakan celana panjang ketat dan rambut digerai. George menduga mereka masih berumur kira-kira lima belas tahun.
Tiba-tiba si gadis kuncir kuda melompat ke tengah jalan, sontak para pengendara membunyikan klakson yang sangat memekakkan telinga. Namun si gadis tidak peduli, dia seperti memohon maaf pada para pengendara dengan merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada. Kemudian bergantian dia melebarkan tangan lagi memberi isyarat meminta para pengendara berhenti, sampai ada sopir angkot dan sopir mobil pribadi yang turun dan marah-marah kepadanya. Si gadis hanya dapat meminta maaf.
Gadis itu tiba-tiba menunduk dan tak lama telah ada digendongannya dua ekor kucing, induk dan anaknya yang masih kecil terjebak di tengah jalan raya itu. Mungkin kedua kucing itu bermaksud menyeberang jalan tanpa memerhatikan kondisi jalan yang padat. Begitu pun sang gadis tadi yang juga melompat tanpa memerhatikan jalanan demi menyelamatkan induk dan anak kucing kecil itu.
Setelah kucing-kucing itu dibawanya ke pinggir jalan yang jauh dari jalan raya, dia mendekati para pengendara dan meminta maaf lagi karena telah mengganggu kenyamanan mereka berkendara. Wajahnya mencerminkan penyesalan dan rasa bersalah.
Beberapa dari pengendara ada yang bersimpati pada gadis tersebut namun beberapanya lagi malah memaki-maki tak karuan seolah-olah tak ada artinya nyawa kucing-kucing itu. Sang gadis hanya menjawab dengan senyuman dan kata maaf.
Saat si gadis kembali menemui temannya, terlihat si teman memarahi namun kemudian terdiam dan memegang tangan si gadis kuncir, tanpa menunggu lama mereka telah tersenyum bersama.
Tak lama berselang sebuah mobil pick up berhenti dan menepi tak jauh dari tempat George berdiri. Si pengemudi melambaikan tangan pada kedua gadis itu sambil memegang ponselnya. Mereka berdua segera menemui si pengemudi kemudian menyerahkan sebuah buku dan si pengemudi menandatangani buku tersebut, berbicara sebentar lalu pergi sambil saling mengucapkan terima kasih.
Tiba-tiba si gadis kuncir meninggalkan temannya dan berjalan cepat ke seorang nenek tua yang akan menyeberang jalan. Si nenek dengan senang hati mengikuti si gadis untuk menyeberang. Saat si gadis kuncir menyeberang kembali menuju temannya tanpa disangka dia menoleh kepada George.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond The Darkness
RomanceMimpi dan perasaan itu datang lagi. Emosi yang hadir dan terus memuncak seolah-olah memompa kemarahannya. Perasaan sakit hati, kekesalan, amarah, dan kepahitan yang menumpuk menjadi dendam. Entah kepada siapa, namun rasanya akan terlampiaskan jika k...