Sebelum menjalankan mobilnya, kucium bibirnya dan kupeluk Finn dengan hangat.
"Terima kasih. Cincin ini bagus sekali!" ucapku dengan perasaan sangat bahagia.
"Sama-sama." Sahutnya. Lalu Finn memegangi wajahku dengan kedua tangannya dan mencium keningku. Aku merasa menjadi wanita yang paling bahagia malam itu.
Tanpa basa-basi, Finn menjalankan mobilnya menuju hotel tempat kami akan menginap. Hujan deras turun membungkus kota. Sepertinya hujan iri dengan kebahagiaanku. Mobil Finn merayap pelan menembus lebatnya hujan.
Finn sengaja memesan dua kamar. Ada baiknya pria dan wanita yang belum terikat pernikahan tidak tidur dalam satu kamar.
Aku menutup pintu lalu merebahkan tubuh di atas kasur dengan penuh kebahagiaan. Walaupun di luar sana hujan lebat tetapi malam kali ini terlewati dengan amat mengesankan. Finn melamarku dengan cincin yang sangat indah. Setelah kemarin Finn mengajakku menginap dirumahnya dan berkenalan dengan orang tua serta kedua adiknya, hari ini Finn mengajakku berlibur keliling kota Yogya.
"Kurasa aku perlu berterima kasih lagi kepada Finn." batinku.
Tanpa pikir panjang, aku berjalan menuju kamar Finn. Kulihat Finn sedang sibuk mengobrak-abrik isi tasnya sedang mencari sesuatu. Kuraih tangan Finn untuk menghentikan kegiatannya itu lantas kupeluk dia dengan erat. Kurasakan tubuh Finn tersontak.
"Di luar sana dingin." Bisikku manja. Finn tersenyum.
Finn membaringkanku di kasur, mendekat lalu membawaku ke dalam pelukkannya.
"Aku bahagia bisa menjadi lelakimu, Lexi." gombal Finn.
Sambil tersenyum-senyum kucium bibirnya. Finn membalas, ia melumat bibirku tanpa ampun. Kurasakan hembusan nafasnya hangat menyentuh bibir dan wajahku. Finn menatapku dalam lalu menyibakkan helai rambut yang menutupi wajahku.
Sebagai rasa terima kasihku, kubiarkan Finn membelai tubuhku. Aku percaya Finn adalah lelaki yang bertanggung jawab. Lagipula tadi dia sudah memberi cincin padaku sebagai bukti cintanya. Kami akan segera menikah.
Kupikir Finn akan semakin liar. Ternyata tidak. Dengan sabar Finn melulusi pakaianku. Pelan tapi pasti, sentuhan Finn membuat nafasku semakin memburu. Finn menenangkanku, sesekali mengecup bibirku. Dengan lembut dia meraba bagian tubuhku yang paling intim. Finn menunduk menciumi serta menjilati sela-selaku. Sensasi rasa geli dan nikmat bercampur kurasakan.
Hingga pada akhirnya benda perkasa miliknya menusuk virginitasku. Selangkanganku rasanya seperti ditikam-tikam. Aku hanya merasakan sakit, tidak ada nikmatnya sama sekali. Finn membungkam mulutku dengan mulutnya agar aku tidak fokus pada rasa sakit di dalam keintimanku.
Rasa sakitku kusimpan agar Finn tidak kecewa. Kupasang wajah yang seolah-olah puas dengan perlakuannya. Tergambar jelas kepuasan pada wajahnya. Finn memang sangat piawai namun, aku lebih memilih berciuman daripada harus ditusuk kesakitan seperti ini.
Lanjut ke halaman selanjutnya 👇👇👇
Vote dan komen juga ya 🙏🙏🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia
Short StorySebagai rasa terima kasihku, kubiarkan Finn membelai tubuhku. Aku percaya Finn adalah lelaki yang bertanggung jawab. Lagipula tadi dia sudah memberi cincin padaku sebagai bukti cintanya. Kami akan segera menikah.