Pagi harinya aku berangkat sekolah seperti biasa. Ahh, hari ini kukira akan ada yang spesial tapi sama saja seperti hari hari sebelumnya tidak ada yang spesial. Saat aku sedang bermain ponsel di kursi depan tiba tiba ada seseorang di depanku."Nih titipan buat lu dari dimas."
Dia Nabila dengan ditangannya ada sekantung coklat, dia mengeluarkan satu buah coklat dan diberikan kepadaku. Dengan segera aku membuat instastory maklum anak muda apa apa dibuat story hehe. Lalu dia memanggil Citra dan Kania, saat kulihat dia memberikan coklat juga untuk mereka. Apa mereka juga meminta coklat sama dimas?
"Kalian minta juga sama Dimas?"
Ahh mulut ini kenapa juga si pakai bertanya. Pertanyaan ku hanya di anggukan oleh mereka. Sumpah aku malu saat ini karena sebagai perempuan aku meminta sesuatu kepada laki laki tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur.
"aku kira kamu cuma ngajak kenalan tau taunya minta coklat juga ya."
Itu Citra yang berbicara entah hanya perasaan ku saja atau memang fakta bahwa dia berkata dengan nada sinis kepadaku. Aku pun hanya menjawab pertanyaan nya dengan senyum getir.
Me.
"Thank'u buat coklatnya!"Sent.
Tidak lama handphone ku bergetar. Melihat balasannya aku pun kepikiran untuk membuat dia baper hehe.
Dimas.
"you're wellcome. Apapun untuk si cantik ini."Me.
"Ahh masa? Cantikan mana aku sama Aqila? Haha."Dimas.
"Cantikan kamu dong."Ihh apasih nih cowok? Harusnya kan dia milih Aqila, Aqila kan pacarnya. Dasar gajelas nih cowo. Aku pun hanya melihat chat nya saja tanpa berniat membalasnya, aku sangat malas berurusan sama cowok playboy. Impianku saat aku menginjakan kaki di sekolah ini adalah untuk menerima pelajaran dengan baik dan untuk mencari pangeran ku hehe. Tidak ada sama sekali dalam kamus ku untuk berurusan dengan playboy seperti dia.
***
Saat ini rasanya aku ingin jalan jalan bosan sekali dirumah, tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada yang bisa aku ajak pergi semuanya sedang sibuk. Tak lama saat aku akan menidurkan tubuh ini, ponsel ku bergetar.
Dimas.
"Hai."Untuk apa dia mengechat ku? Apa dia juga sedang ingin pergi? Apa aku bisa menemui dia? Ahh pikiranku sudah kemana mana saja.
Me.
"Yaa?"'loh kok balesanku ga nyambung? Kenapa juga ga aku sapa hai juga, ish dasar aku.'
Dimas.
"Lagi apa? Ko ga ngechat lagi si?"Ahh aku lupa. Pasti dia bakal ngira aku gatau diri. Dia kan udah ngasih aku coklat dan aku setelah mendapatkan nya malah ga ngechat apa apa. Bodoh.
Me.
Lagi ga ngapa ngapain.
Hehe maaf kuota ku abis.Dimas.
Jalan yu, aku juga lagi ga ngapa ngapain.Hah? Aku tidak salah liat kan?! Aku aja gatau wujud dia gimana. Kalo nanti dia jelek gimana? Aku yang malu dong. (ya realita nya juga cewek liat dari tampang:v). Tapi kata orang orang dia ganteng nanti aku yang rugi kalo ga jalan sama dia. Apa coba dulu ya?
Akhirnya hari ini aku menyetujui untuk bertemu dengannya, kalo dia tidak sesuai dengan ku ya aku tinggal pura pura gakenal dia aja haha. Aku bertemu di sebuah rumah makan, saat aku sampai disana aku tidak tahu dia yang mana, karna saat itu disana sangat ramai. Aku pun membuka ponselku dan bertanya kepada dia.
Me.
Dimana?Tak lama ponsel ku pun bergetar dia berkata di dekat kasir, aku melihat ada sesosok laki laki tampan yang sedang bermain ponsel disitu, apa itu dia? Jauh sekali dari ekspetasi ku. Aku pun berjalan menghampirinya.
"Dimas?"
"Siapa ya?"
Aku memutar bola mataku malas, ini orang kenapa si aku tanya malah nanya balik.
"Meira. Dimas?"
"Oh Ira, iya hehe. Lu sendiri?"
"Iya aku sendiri, kamu juga sendiri?"
"Engga kan sekarang berdua sama lu, hehe."
"Ihh apasih gajee huu. Udah pesen? Aku laper nih."
"Ihh laperan banget si lu.
Setelah itu dimas pergi ke tempat pemesanan sekaligus membayar pesanan nya, padahal kan aku belum bilang mau mesan apa. Tapi gapapa deh makan gratis ini hehe. Tak lama dia kembali ke kursi kita dengan membawa senampan penuh makanan.
Ada porsi makan untuk 3 orang? Apa dia akan mengajak pacarnya kesini?
"Ira, bengong aja. Makan buru!"
"Dim, kamu ngajak Aqila kesini?"
"Engga."
"Terus ini buat siapa satu porsi lagi?"
"Ya buat lu lah! Gua mah kasian liat lu kurus banget gini, gua gasuka sama cewe yang kurua banget lempeng doang."
"Hah? Maksudnya?"
"Ternyata lu telmi juga ya ra. Hahahaha."
Aku melihat dimas yang tertawa terbahak bahak. Memangnya dia ngomong apa si aku aja belum ngerti dia ngomong apa sudah main ketawa aja. Dengan setengah dongkol aku memasukan makanan kedalam mulutku. Ahh sungguh aku lapar sekali, bodoamat deh sama dimas yang penting aku kenyang.
"Meira cantik, lu kalo makan yang bener dong jangan belepotan gini."
Tiba tiba dika mengelap bibirku dengan tisue, ya tuhan jantungku. Rasanya seperti ingin meledak jantung ini. Saat dia menaikan pandangannya mataku dan mata dia berpandangan. Pandangan kita terkunci satu sama lain sampai suara keributan dibangku sebelah mengagetkan kami.
Aku pun langsung mengalihkan padangan ku dengan malu. Ahh rasanya aku ingin menenggelamkan wajahku saja. Pipi ku rasanya seperti terbakar. Dia pun berdehem untuk mengalihkan rasa canggung yang ada diantara kami.
"Dim jangan gitu lagi ya."
"Kenapa?"
"Aku gamau nanti Aqila marah karena salah paham."
"Kalo aku lebih milih kamu daripada qila gimana?"
"Gimana apanya maksud kamu? Kamu ya jangan main main sama Aqila, aku gamau karna kamu lebih milih aku nantinya aku yang bakal kena karma."
Tiba tiba dia tertawa terbahak bahak, ihh aku rasa dia emang otaknya udah miring deh di nasihatin malah ketawa. Dengan sisa sisa tenaga yang dia punya dia pun berkata sesuatu yang cukup menohok aku.
"Hahaha... Ga mungkin lah aku ninggalin Aqila demi kamu. Jelas aja cantikan Aqila kemana mana.. Hahahaha..."
"Ihh kamu nyebelin banget si. Awas ya kalo kamu sampe sayang sama aku."
Dengan kesal aku pun melanjutkan makan ku tanpa melihat kearah dia. Aku bener bener bete banget sama dia. Lagi juga siapa yang mau sama cowok playboy gini sih.
Saat selesai makan akupun pergi untuk mencuci tangan, dan saat balik lagi aku melihat dimas yang sedang senyum senyum melihat ponselnya. 'Ah, pasti lagi chatan sama Aqila.' pikirku.
000
Tbc..
Gimana greget ga sama dimas nya? :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
Teen FictionMencintaimu sama seperti pisau bermata dua, di satu sisi aku bahagia bisa bersamamu dan di sisi lain sangat menyakitkan mengetahui dihatimu sudah tak ada lagi cinta untukku.