~Sebuah pertemuan akan terasa mustahil jika tak ada kenangan~
Hari ini entah kenapa aku sangat merindukan dia, sudah 5 tahun aku tidak bertemu dengannya lama sekali padahal tapi kenapa hari ini aku sangat rindu padanya.
Perasaanku semakin tak karuan saat mengingat dia, aku tersenyum sendiri saat mengingat bagaimana kepolosannya, kelucuannya, ketololannya dan kemanisan dia saat tersenyum. Aku berguling-guling tak karuan saking gimana ya aku sendiri tak dapat mendefinisikan perasaanku saat ini.
Saat bertingkah seperti cacing kepanasan tiba-tiba ibuku masuk tanpa mengetuk pintu aku terkejut dengan kedatangan ibu begitupula dengan ibu yang terkejut melihat tingkah absurd anaknya.
"Masyaallah udah gede masih aja kayak bocah ngapain sih guling-guling gitu lihat ini berantakan jadinya,"
"Ibu sih, masuk kamar orang nggak ngetuk pintu dulu,"
"Woo modelmu kui njaluk di ajar," aku hanya menanggapi dengan cengiran kuda.
"Mau ikut nggak, ibu mau ke supermarket belanja bulanan sekalian jalan-jalan,"
"Nggak deh, aku mau rebahan aja, bu,"
"Anak muda kok rebahan mulu keluar sana cari cowok kek, ngapain masih jomblo sih masih nungguin yang disono?"
"Yang di sono mana sih, bu yang di sono itu ada banyak keleus," jawabku sok bego.
"Yang itu lo anak jawa tengah temanmu SMP dulu, yang anaknya sering main ke rumah,"
"Set dah, udah lah, bu jangan bahas dia nanti aku tambah gila,"
"Lah kok bisa ada ada aja kamu ini,"
"Udahlah, ibuk buruan jalan-jalan sana jalanan keburu macet,"
"Kamu tu juga buruan sana jalan-jalan,"
"Enggak ah, males jomblo kalau keluar cuma bikin jalanan tambah macet," ibu tertawa sambil berlalu pergi.
"Eh iya kak Letta nggak ikut ibu cuma sama ayah aja," kata ibu ku sebelum benar-benar meninggalkan kamarku.
"Ajakin lah, bu kasian kak Letta itu juga jomblo, itulah alasanku masih jomblo takut nanti kalau udah punya pacar kebelet nikah jadi ngelangkahin kak Letta kan nggak baik,"
"Apa, dek aku denger loh awas kamu ya!" sahut kak Letta dari bawah.
"Bodo amat! emang kenyataan kan kakak masih jomblo," jawabku sambil mengakak dengan keras.
Ibu hanya geleng-geleng dan turun meninggalkan kamarku.
Ibuku adalah seorang pengusaha restoran dulu hanya ada di Madiun tapi seiring dengan berjalannya waktu ibu bisa mengembangkan usahanya setelah bercerai dari ayah. Ibu membuka cabang baru di Salatiga sekitar 2 tahun kemudian ibu mengenal seorang pria berstatus duda dan memiliki satu anak perempuan yang usianya terpaut 2 tahun lebih tua dariku. Saat itu papaku memesan catering di restoran ibu untuk acara pembukaan butik barunya.
Dari perkenalan itu mereka menjalin hubungan yang cukup singkat, setahun kemudian ibu menikah dengannya dan pindah di Cibubur daerah asal papa baru ku.
Beliau adalah orang yang sangat baik dan tidak membedakan antara aku dan anaknya yaitu kak Letta, anaknya pun menerima aku dengan baik dan terlihat antusias saat awal kita bertemu.
Setelah keadaan rumah mulai sepi aku mulai menyetel lagu-lagu melow dan mulai bernyanyi tidak karuan dan saat sudah mulai lelah aku berbaring menatap langit-langit rumah dengan sedikit senyuman, aku langsung mematikan lagu di ponselku dan mulai memejamkan mata, bukan tidur aku ingin mengingat kejadian bersama dia karena aku sangat rindu.
Entah kapan rindu ini akan dibalas temu, entah kapan rasa ini dibalas senyuman tulusnya, entah kapan aku dan dia akan bertemu bercanda tawa seperti dulu. Aku mulai mengingat semua kejadian dengan mata terpejam dan keadaan tenang. FLASHBACK
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT
Teen FictionPertemuan singkat dengannya membuatku terjebak dalam nostalgia. Aku tak tahu sampai kapan rinduku ini dibalas temu, setelah sekian lama terpisah jarak ratusan kilometer jauhnya, berbeda kota bahkan provinsi namun, masih satu jangkauan Indonesia ray...