THIRD DAY

8 2 0
                                    

Hari ketiga aku bersekolah aku mendapat banyak tawaran dari guru-guru untuk mengikuti lomba senang banget disini serasa hanya ada aku tak ada yang lain, di Madiun memang aku mendapat peringkat 1 tapi saat ada lomba-lomba seperti ini sekolahku tidak aktif berpartisipasi. Aku setujui semua tawaran itu dengan hati berbunga-bunga dan aku yakin aku pasti bisa.

Hari ini ada ekstrakurikuler drum band sepulang sekolah yang mengikuti ekstrakurikuler ini kelas 7 dan 8, aku bingung mengambil bagian apa pada drum band ini. Aku kepingin sih jadi mayoret tapi sudah ada yang jadi mayoret akhirnya aku memilih bagian pianika dan bodohnya lagi aku sekarang tidak membawa pianika, terus aku ngapain coba hari ini.

Sama pelatih aku disuruh ke barisan pianika tanpa alat bayangin deh di tengah-tengah tanpa alat musik dan hanya bisa tingak-tinguk kagak jelas. Saat aku bingung tiba-tiba pak Dar-pelatih drum band menarik aku ke depan, gila saat itu aku benar-benar deg-degan aku takut kalau aku di hukum karena aku enggak bawa alat musik.

Pak Dar mengambil tongkat mayoret dari sang mayoret dan memberikan padaku, wah dalam hatiku aku senang sekali Pak Dar seperti mendengar kata hatiku aku langsung mencoba untuk menjadi mayoret tapi semuanya tak segampang yang ada di pikiranku ini sangat sulit aku harus menyamakan tempo antara gerakan tongkatku dengan permainan musik yang dimainkan. Bagaimana aku bisa aku aja belum tahu itu lagu apa?
“Pak, saya enggak bisa?” ucapku pada pak Dar sambil menyerahkan tongkat itu.
“Dicoba dulu, ojo nyerah!” seru pak Dar menanggapi ucapanku.
“Tapi aku belum tahu lagu ini dan aku nggak bisa se-endel adik itu,” jawabku.
“Ya kamu ngikutin dek Hilma dulu nanti lama-lama pasti bisa,” pak Dar tetap ngotot ya sudahlah aku turuti saja.

Setelah latihan yang cukup lama kami disuruh istirahat kemudian lanjut lagi sampai pukul 3 sore. Pak Dar memanggilku disitu juga ada pak Agus-partner pak Dar aku menghampiri dan dudduk di samping pak Dar layaknya murid lama yang sudah akrab dengan beliau.
“Anak baru ya, nok, kayaknya minggu kemarin bapak belum lihat kamu!” tanya pak Dar.
“Iya, pak, baru masuk 3 hari ini,” jawabku dengan senyum.
“Ooo pantesan masih kagok dengan suasananya,” sahut pak Agus menanggapi jawabanku.
“Hehe, iya, pak,” jawabku malu.
“Kalau kurang pas dengan posisi mayoret, posisi dirigen masih kosong, nok!”tawar pak Dar.
“Emmm, sepertinya lebih gampang penyesuaiannya pak daripada mayoret,” jawabku.
“Boleh dicoba!” seru pak Dar.
“Iya deh, pak saya coba,” jawabku lagi.

Kemudian aku diajari oleh pak Agus instruksi dan ketukan yang pas dengan lagu akhirnya aku bisa. Waktu istirahat telah selesai latihan terakhir akan dimulai untuk kemudian pulang di latihan terakhir aku menjadi dirigen memberi aba-aba mereka dan permainan musik dimulai aku dapat dengan cepat mempelajari dirigen daripada mayoret walaupun masih ada salah ketukan.

Latihan telah berakhir kami diperbolehkan pulang, aku dan Ella berjalan keluar gerbang menuju ke jalan pulang hari sudah hampir sore aku dan Ella mempercepat jalan agar segera sampai rumah dan beristirahat karena sangat capek.

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang