1 - Meet🖤

180 18 0
                                    

*ini tulisan author pertama, di part awal. Maafkeun virus jahad dari raja typo yang selalu mengirimkan prajurit prajurit nakalnya

"eh, eh, eh. Bangun! Udah siang, lo ngga ke kampus?!" ucap Zalfa sembari di temani sinar mentari yang menembus lewat kaca jendela kamar kos Marsha.

Hangat sinar vitamin D menyentuh kulit mulus milik Marsha. Selimut berbulu miliknya kini tak lagi memeluk tubuhnya dan berpindah di telapak kakinya.

Gilakk! batin Marsha.
Detik itu, mendadak ia gundah gelisah. Tradisi 'Ngebo' nya menyesatkan Marsha pagi itu. Kini ia harus berlarian kesana kemari dan...
Tak mandi bersih lagi.
[Owh, w harus jujur tentangnya. Just in my story]

Alarm yang di setelnya, selalu tak ingin menunjukan suara deringnya untuk membangunkan kebo cantik satu ini.

**

Warung yang gerah dengan semerbak wangi 'Ayam Kecap' buatan Bu Nana yang menggugah selera selalu ramai dengan para mahasiswa yang nongkrong sambil cari jodoh.

"Hey guys!" ucap cowok berambut biru dengan gayanya yang sok cool. Devin, ya panggil saja dia Baby Blue.

Kipas angin yang tergantung di atas paku, kini memang tak lagi berputar. Tapi, jika cowok sok cool ini datang dan memesan. Behh, di jamin adem dah. Penggemar berat warna biru ini, seorang driver online sambil mengayuh pendidikan di bangku kuliah.

Teman" Devin yang juga nongkrong di warung, menoleh ke arahnya sambil menampilkan wajah bingung.

GaJe!

Para teman Devin tak pernah paham tentang segala sesuatu yang di tindak olehnya.

**

Sementara di fakultas tetangga, seorang Vanya duduk menyendiri di teras kelas seraya meletakkan dagunya di tangan kiri. Muka bulatnya menambah suatu keindahan dalam dirinya.

Vanya cute?

Ya, dikit. Mukanya sangat sinkron dengan tingkah dan sikapnya terhadap sesama. Sedikit ke kanak kanak an.

Tempat lembab di teras itu di temani pohon rindang menambah ke asri an tempat duduknya. Suasana hening dan tenang sulit Vanya dapatkan selama ini. Di tariknya nafas dalam dalam dilanjutkan dengan hembusan perlahan lewat lubang hidungnya.

"Sumpah ya, w ga perna paham sama dosen dosen kampus. Marah marah mulu perasaan. Ga takut darah tinggi kumad kali ya." gumamnya lirih sambil menatap langit biru yang tertutup awan kelabu.

Menurut jalan pikirannya, dosen fakultas nya akan selalu mencari celah dosa tiap mahasiswa nya.

Ga inget dah tua
batinnya kesal.

'Ruth' teman satu kampus Vanya, tiba tiba datang dan menepuk pundaknya. Spontan, Vanya mengangkat pundaknya dan sadar bahwa yang menghampiri nya adalah Ruth.

Vanya menghela nafas sambil mengelus dadanya. Jantungnya hampir berhenti berfungsi.

Mendengar gumaman pelan Vanya, sontak Ruth menyadarkan Vanya tentang kehidupan nya yang serba mewah saat itu.

"Woe! Lu mah kesel mulu kerjaannya kalo sama dosen. Di gibeng baru tau rasa lu! Lo tuh mestinya bersyukur, orang tua lo masih bisa ngebiayain lo, sampe lo bisa dapetin pendidikan kan yang lebih tinggi lagi. Lah, sementara gue?
Gue mesti belajar dengan segenap jiwa raga gue dan dosa dosa gue buat apa? Buat dapetin beasiswa. Humm, gimana tuh?" jelas Ruth panjang lebar.

Selayaknya yang telah di jelaskan Ruth, dia adalah pelajar berprestasi yang sangat memiliki kecerdasan yang HQQ {eaaa}. Bahkan dia, mampu meraih beasiswa tingkat kuliah di ajang kompetisi ilmu pengetahuan 5 bulan lalu.

**

-duak-
hm, sesuatu telah bertabrakan.

And as long as you know, Marsha dan Devin tak sengaja bertemu. Tepi lapangan menjadi tempat pertemuan pertama yang sangat tak harmonis.

Anjay! Buku Marsha berserakan di aspal dingin karena tertutup pohon yang tinggi. Tanpa rasa iba, Baby Blie tetap meneruskan langkahnya.

"Heh lo! Udha nabrak, ga mau bantuin ngrapiin kek ato gimana! Malah kabur!" omel Marsha.

Devin mengehentikan jalannya dan membalikkan tubuhnya ke arah Marsha yang tengah sibuk membereskan buku. Kasihan melihat Marsha, Devin lalu menghampiri nya dan berkata:

"Gue? Bantu lo? Bodo amad!"

Lantas Marsha berfikir
Najis, di bantu cowok ga jadi.
dan memmbiarkan Devin melanjutkan langkahnya menuju parkiran saat itu.

**

Hari itu, senja datang.
Marsha menatap sunset dari jendela kamar kostnya [Di lantai atas]. Terlihat indah dengan semburat ke emas emasan nya yang khas.

-tok tok tok-
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Setelah di buka, di balik pintu terlihat Kei dan Zalfa membawa camilan pedas. Marsha mempersilahkan mereka masuk dan mulai mengobrol di dalam.

Dewi yang bernama bulan, kini telah menunjukkan diri di langit sana. Sementara mereka, masih asyik berbincang-bincang dengan panas panasnya.

Jam tangan Zalfa sudah menunjukan jam 8.30
Sudah saatnya, mereka kembali ke habitat kamarnya masing masing.

Buat apa? Buat bobo bobo syantik.

**

Malam ini, suasana berbeda. Batin Marsha tak bisa berhenti memikirkan cowok yang tadi ia tabrak.

Marsha Thinks.

Oke sip, dia emang ganteng dengan gaya rambutnya yang khas warna biru. Tapi, gue harus bisa jaga perasaan, jangan sampai gue suka sama dia. Plis deh, di tuh gak highclass. Tapi, gue kok masi aja sih kepikiran. Auk ah, gelapp. Tidur aja enak deh. Mimpi indah Marshaa:')

**

Matahari mulai mengintip dari balik gunung. Sinarnya berhasil membangunkan Marsha, tanpa terlambat membuka matanya. Tampaknya, ia lebih bersemangat daripada hari hari sebelumnya yang selalu terlambat dan mandi tak bersih.

Tapi hari ini, semerbak wewangian parfum dan rambut rapi di tampilkan dari diri Marsha.

Very different!

Cantik? Manis? Sudah dari awal memang terlihat. Namun yang hari ini? Beh, kalo lo cowok bakalan nempel deh. W jamin dah.

Setelah ia merasa dirinya rapi, Marsha segera tancap gas ke kampus. GASPOL!

**

Sebelum pergi ke kampus, Marsha menyempatkan diri untuk mampir ke Warung Bu Nana.

"Eh, neng. Tumben brangkat pagi bener, biasanya mah keburu buru masuk kelasnya." sapa Bu Nana pemilik warung.

Pipi merah merona Marsha ditambah Blush-on tipis, terpapar nyata manisnya.

Dengan duduk di paling tepi, Devin menatap Marsha secara diam diam dan bertanya pada teman-temannya tentang siapa namanya?

next😚
vote aih!

мιηє η уσυяѕ ||✓MarshaDevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang