0.1

23 0 0
                                    

Mentari pagi bersinar cemerlang. Sayup-sayup mata dari seorang gadis terbuka.

Waktu menunjukkan pukul 06.45.

Gawat. Gadis itu akan terlambat ke sekolah.

Sigap, sang gadis melonjak dari tempat tidur dan beralih masuk ke kamar mandi. Sekitar 2 menit gadis itu selesai mandi, dan langsung berpakaian.

Dia keluar dari kamar, menuju ke dapur dan langsung membuka kulkas.

Kosong. Tak ada apa pun di dalam kulkas.

"Sial!" umpatnya kesal.

Dia pasti sudah lupa jika kebutuhan pokok-nya itu telah habis. Maka, dengan perut yang sedikit kosong gadis itu berangkat ke sekolah.

# # #

Willa Shrewday. Nama itu terpampang di seragam seorang gadis, dengan rambut panjang yang dikucirnya.

Ya, gadis itu Willa. Gadis sederhana yang tidak populer.

Kecuali, dalam dunia maya.

"Willa!"

Merasa terpanggil, Willa menoleh ke belakang.

"Eh? S-selamat pagi." Willa menyapa. Dia gugup.

Pasalnya, orang yang memanggil namanya tadi adalah wakil ketua osis. Salah satu kaum adam, yang selalu terlihat tampan di mata kaum hawa.

"Pagi, Wil. Cuma sendirian?" Tanyanya entah kenapa terasa bodoh. Karena jelas saja, jika Willa hanya berjalan sendirian di koridor saat itu.

"Iya." Willa menunduk.

"Mau ke kelas, 'kan? Bareng yuk."

"I-iya."

Willa merutuki mulutnya yang seenaknya menjawab 'iya.'

Tetapi, salah juga jika menjawab tidak. Toh mereka sekelas.

Argh!!! Kenapa juga sih aku harus sekelas sama Edward?! Sial! Sial! umpatnya dalam batin.

Perjalanan melewati koridor terasa sangat lama. Sekarang, Willa dan Edward—wakil ketua osis—, telah memasuki kelas.

Saat Willa masuk, kelas tetap sama. Orang-orang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Jauh berbeda dengan saat Edward masuk. Semua makhluk terutama yang bernama 'cewek' langsung melihat Edward bahkan ada yang histeris karena ketampanannya.

Tentu saja, Willa tidak akan diperlakukan persis seperti Edward. Bahkan mungkin, mereka tidak pernah menganggap Willa ada.

Kenyataannya Willa tak peduli. Dia sudah biasa dianggap lenyap dari dunia.

Willa menaruh tasnya di sebuah kursi, tempatnya biasa duduk. Lalu tak lama, bel berubunyi.

Jam pelajaran pertama hari ini, matematika. Willa sudah menyiapkan buku catatan serta beberapa alat tulis di atas mejanya.

Seorang guru yang kelihatan berumur 30-an kemudian memasuki kelas. Guru itu, Bu Marina. Terkenal dengan keseruannya saat mengajar, dan kegalakannya saat menghadapi murid nakal.

Dengan aba-aba ketua kelas, semua murid memberi salam pada Bu Marina.

Pelajaran pun dimulai.

Tok! Tok!

Pintu kelas yang baru saja di tutup, harus kembali terbuka.

"Silakan masuk," ucap Bu Marina.

Seorang siswa yang terlihat acak-acakan memasuki kelas. Ah, Willa tahu siapa itu.

TextrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang