Season 4. ketemu teman (kafa)

61 5 0
                                    

Emosiku tidak juga reda. Siapa dia? Berani-beraninya mengatakanku seperti itu. Hanya seorang guru tapi perilakunya seperti pejabat negara. Aku yakin jika kuberi uang dia akan bersedia, jika kuperintahkan untuk sujud dihadapanku.

Berapa gajinya?

Apa melebihi gaji karyawanku?

Aku janji, aku akan membalas dendam padanya! Aku tidak peduli jika dia perempuan. Sekali menginjak harga diriku, dia akan jadi musuhku.

"Pak, sudah sampai," segera kubayar pada supir taksi, setelah melihat nominal yang tercetak pada argo didepan.

Aku mengecek jam dipergelangan tangan kiriku. Hollyshit! Aku terlambat 15 menit. Ini gara gara perempuan sialan itu, jika aku tidak berdebat dengannya aku tidak akan terlambat begini. Saat dilobi, aku bertemu dengan shintya-sekertarisku.

"Apakah mr. Daniel sudah datang shin?" tanyaku pada shintya.

"Sudah pak, tapi-" mengapa pandangan shintya menunduk. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ragu. Aku berusaha positif melihat respon shintya.

"Tapi apa shin? beliau ada diruang rapat, 'kan?"

"Mr. Daniel sudah pulang pak, beliau membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahan kita."

Yang kutakutkan sedari tadi terjadi juga. Aku sangat mengenal Mr. Daniel, beliau persepsionis masalah waktu. Bahkan terlambat 5 menit saja beliau langsung membatalkan dan bodohnya aku terlambat 15 menit.

Kuusap wajahku lelah, semua kerja kerasku selama ini sia sia. Keuntungan yang kuidam-idamkan sirna sudah. Apa ini yang namanya karma? Selama ini aku yang membatalkan kontrak kerja sama jika rekanku tidak tepat waktu. Dan sekarang aku yang mengalami apa yang mereka rasakan.

"Apa agenda saya hari ini?"

"Hanya diner dengan Mr. Fransisco nanti malam jam 07.00 pak," aku bernafas lega, setidaknya ada waktu untuk tidur. Sekedar menghilangkan lelah, lelah hati lelah pikiran.

"Saya ingin ke ruangan saya. Usahakan tidak ada yang mengganggu saya! sampai jam makan siang."

"Baik pak."

Aku segera pergi ke ruanganku. Aku hanya ingin tidur saja saat ini. Tapi setelah melihat kaca yang menghadap gedung gedung pencakar langit, membuatku mengurungkan niat untuk tidur. Disaat itulah pikiranku berkelana. Memikirkan kenyataan yang tidak pernah terlintas dalam otakku.

Teringat perjuanganku hingga bisa se-sukses saat ini. Tentu bukan perkara mudah. Butuh kerja keras yang tinggi. Tidak ada kenangan manis dalam masa remajaku. Yang ada hanya semangatku dalam belajar dan obsesiku demi mencapai cita-cita.

Teman? Hanya sedikit orang yang kukenal, itupun karena memiliki hobi yang sama. Tapi aku bersyukur di lahirkan menjadi anak papa dan mama. Mereka selalu mendukungku dalam hal yang aku sukai. Mereka tidak pernah memaksakan hal yang tidak aku sukai. Kecuali masalah pasangan untuk saat ini. Entah mengapa mama bersikeras menginginkan aku segera menikah. Padahal sudahku jelaskan, bahwa aku ingin fokus pada pekerjaanku.

Biarkan begini sementara waktu.

•••••

"Terima kasih atas kerja samanya. Saya berharap projek ini bisa terlaksana dengan lancar," ujarku berdiri sambil menjabat tangan mr. Fransisco.

Sejak 1 jam yang lalu, aku ada pertemuan meeting dengan mr. Fransisco. Aku bersyukur pertemuan kali ini berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun. Mr. Fransisco dengan di dampingi putrinya- fahrana, karena istrinya sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Aku salut dengan ke setiaan beliau pada mendiang istrinya. Mr. Fransisco pernah bilang bahwa dirinya hanya menikah satu kali dan itu hanya dengan mendiang istriya.

Pengusaha vs GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang