5

3 1 0
                                    

Brakkkkkk……

Aku kaget. Tiba-tiba ada seorang wanita yang menggebrak meja ini.

“ALIF, DIA SIAPA?”tanya wanita cantik berambut panjang itu.

----

“Bukan urusanmu.”jawab Kak Alif datar.

Hah? Dia bisa sedingin itu?

“Tentu itu urusanku, sayang.”ucapnya sambil mendekat dan hampir mencium Kak Alif, tapi dengan cepat Kak Alif menghindar.

“Pergi dari sini, Fani!”usirnyapada wanita itu.

“Aku rindu padamu.”dia menatap Alif  sangat lekat.

“Aku muak denganmu.” Alif membuang mukanya.

“Aku bisa jelaskan, sayang.” Dia memegang tangan Alif, namun Kak Alif menghempaskannya kasar.

Huh, aku seperti sedang menonton sinetron.

Ets, tunggu.
Sayang? Apa dia pacar Kak Alif?

“Dia bukan pacarku, Syifa.”ucapnya padaku.

Hey, apa dia bisa membaca pikiranku?

“Kita pergi dari sini. Ayo!” Ia menarik tanganku. Namun wanita itu terus saja merengek pada Kak Alif.

“Alif, kau mau kemana? tunggu aku!”

“Alifff”

“Alifffffffff!”

Kak  alif membawaku pergi jauh dari café itu dan aku heran, ia sama sekali tidak memperdulikan wanita itu. Ah sudahlah, itu bukan urusanku.

“Kakkk---“

“Jangan tanyakan wanita itu, Syifa.”aku mengangguk.

“Aku gak mau nanyain cewek itu kok.”

“Lalu?”tanyanya.

“Makanan tadi mubadzir tau. Mentang-mentang kakak orang berada, jadi dengan seenaknya membuang makanan.”aku mengerucutkan bibirku.

“Siapa yang membuang makanan hmm?”tanyanya mengangkat sebelah alis dan melirikku sekilas.

“Ya itu tadi, kan kue nya belum dimakan. Coba kalau kita kasih ke mereka pasti mereka senang dan makanannya ga kebuang sia-sia.”aku menunjuk pengemis dijalanan.

“Makanannya ada kok, tuh di belakang.” Akupun langsung melihat jok belakang dan ya ternyata ada 3 box makanan. Aku hanya memandangnya bingung. Kapan dia minta bungkuskan itu semua?

“Udah deh ga usah bingung gitu.”tiba-tiba ia menepikan mobilnya.

“Nah, sekarang kamu kasih 2 box untuk pengemis itu.”aku pun mengangguk dan mengambil box itu lalu keluar mobil menghampiri pengemis tadi.

Uh, baiknya.

“Udah?”tanyanya saat aku kembali ke mobil. Aku mengangguk.

“Maaf, gara-gara tadi kamu ga jadi makan. Kalo laper, makan itu dulu. Ya lumayanlah buat ganjel laper.”

“Iya kak.” Akupun mengambil satu box yang tersisa tadi dan memakannya.

“Wuih, enakkk kak.” Ia terkekeh melihat ekspresiku.

“Mau dong.”

“Nih.”aku menyodorkan kue itu.

“Suapin lah, lagi nyetir Fa.”ucapnya pura-pura fokus menyetir padahal sekarang sedang macet, apa susahnya ambil ini?

“Ck, modusss.” Kak Alif membuka mulutnya dan akupun menyuapinya.

“Fa nanti makan dulu, ok? “aku menggeleng.

“Ngga deh, udah sore takut kemaleman pulangnya.” Ia melihat jam tangannya lalu mengangguk pasrah.

Setelah lama diperjalanan akhirnya sampai rumah juga.

“Makasih kak.” ucapku. Kak Alif mengangguk. Kulihat ibu dan ayah sedang duduk diluar. Akupun langsung keluar dari mobil.

“Kakak ngapain?”tanyaku pelan saat melihat ia juga turun dari mobil.

“Mau kenalan sama camer.”bisiknya pelan dan tersenyum manis.

Tunggu.

APA?

CAMER?

CALON MERTUA?

Gimana gimana gimana?😄
Ku tunggu kritik dan sarannya ya...

Jangan lupa vote&comment

Jangan lupa juga baca Al-Qur'an❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang