empat

29 5 0
                                    

Seorang wanita paruh baya tengah duduk ditepi ranjang, ia membuka tabungannya dan menghitung jumlah lembaran uang yang ia punya. Sedangkan pria paruh baya yang berada di ujung ruang kamar itu, sedang sibuk mencari sesuatu yang mungkin sangat penting bagi mereka berdua.

Gita, yang baru saja masuk ke dalam rumahnya, ia melihat suasana sepi sekali, seperti tidak ada orang. Mungkin kakak lelakinya juga belum pulang dari kuliahnya.

Tanpa berganti baju dan membersihkan diri, Gita langsung menuju ke kamar kedua orang tuanya

"Yah? Bun?" Tanya Gita lemas dibalik pintu, ia melihat kedua orang tuanya tengah sibuk menghitung harta benda milik mereka

"Eh Ana, kamu udah pulang sayang?" Winda-Bunda Gita, yang menyadari akan kehadiran anaknya lantas tersenyum sendu.

"Ayah, Bunda lagi ngapain?" Tanyanya yang berjalan menuju Winda

"Gak perlu tau, udah kamu sana bersihin badan, terus makan dan belajar" Winda mengelus rambut kepala anaknya dengan tersenyum, supaya menutupi permasalahan ekonomi keluarganya

"Ayah pasti mau jual perhiasan kan?"

Galih-Ayah Gita, kaget saat mendengar penuturan anaknya. Semenjak ia di PHK dua minggu lalu, ekonomi keluarganya saat ini semakin menurun.

"Iya Ana, kamu gak usah khawatir, tugas kamu belajar saja" Galih tersenyum agar ia tidak mau membuat anaknya menangis, dan kecewa terhadap dirinya

"Kalau misal Ayah, sama Bunda gak punya uang lagi gimana? Kan semua harta benda milik Ayah Bunda perlahan habis untuk mencukupi kebutuhan keluarga ini" Gita menatap Ayahnya lekat, ia sangat kasihan melihat kedua orang tuanya bersusah payah menafkahinya.

"Ssut gak boleh gitu, rezeki ada saja datangnya, entah dari mana datangnya, walau kita gak punya uang sedikitpun nanti pasti kita tetap bisa mencukupi kebutuhan ini kok, Ana" Ucap Winda yang terus mengelus rambut anaknya lembut.

"Apa Ana kerja aja ya Bun?" Tanya Gita yang kembali menatap Winda

"Gak boleh! Kamu belajar saja, urusan uang biar Ayah saja yang cari!" Cegah Galih, ia tidak mau anaknya yang mencari nafkah, padahal tugas mencari nafkah adalah ia sendiri sebagai pemimpin keluarga.

"Cukup kamu belajar aja Ana, biar Ayah yang kerja, biar Ayah berguna bagi kalian. Sekarang Ayah bener-bener merasa menjadi Ayah yang gak berguna" Galih menunduk lesu, ia capek dengan permasalahannya, belum lagi cari kerja di Jakarta itu sulit.

Gita bangkit, ia berjalan menuju Ayahnya, lalu ia memeluk Galih dengan erat. Galih pun membalas pelukan dari sang putrinya. "Ayah pahlawan bagi Ana kok, Ayah semangat yak, Ana dukung Ayah terus. Ana sayang Ayah"

Rasa penat melanda pikiran Gita, setelah ia bersedih-sedih di kamar orang tuanya, ia akhirnya merebahkan diri di kasurnya sambil memainkan hp.

"I am a baby girl, in the barbie word, life in plastic, it's fantastic"

Bunyi telpon membuyarkan kegiatan Gita membaca Wattpad.

"Halo" Ucap Gita memulai pembicaraan

"Git, gue mau curhat boleh?" Jawab Anita di sebrang sana

"Iya, kenapa Nit?"

"Huft, nyebelin banget sih, tadi gue ngeliat orang yang gue suka tatapan sama cewek lain , mana di dalem kelas lagi"

"Emang cowok yang lo suka siapa sih?"
Tanya Gita yang benar-benar penasaran dengan sosok lelaki yang slalu di ceritakan Anita

"Adalah, gue gak mau kasih tau dulu, takut temen gue nanti malah galau berbulan-bulan haha"

"Lah? Temen lo juga suka sama dia?" Tanya lagi Gita yang makin dibuat penasaran

"Kliatannya sih suka sama dia, sans bentar lagi dia juga tau"

"Maksud lo di-"

"Eh gue buru-buru thx Git" Potong Anita dan langsung menutupnya

Akhir-akhir ini Gita merasa aneh kepada sikap Anita, sejak naik ke kelas 11 hubungan dia dan Anita menjadi renggang malah ia lebih dekat dengan Sisil. Tapi Gita tidak ambil pusing, ia tetap berfikir positif saja pada sahabatnya, toh kita tidak boleh berburuk sangka pada orang lain kan?.

               ______________________

"Detective Strong, Woman Cool, Doraemon, dan...." Ucap Leo yang tengah asik mencari komik di dalam kamar Rion.

"Snake Attack?" Lanjutnya

"Woi yon, ni napa komik isinya pake bahasa inggris semua? Cuman Doraemon doang yang pake bahasa indonesia" Kesal Leo sambil membuka komik Snack Attack.

"So? What's wrong with you?" Rion mengangkat alis satu

"Ni lagi komik ini kebanyak bacot nih, ularnya desis mulu gak ngomong apa-apa" Leo melempar pelan komik yang ia maksud.

"Rusak lo ganti!!! That is expensive you know, gue beli di Amerika!" Omel Rion yang menatap tajam Leo

"E eh ampun bang ,canda, ulululu  muah mua" Leo mengambil komik itu kembali dan mencium nya

"Punya temen gini amat" Gumam Rion sambil menggelengkan kepala.

Drrtt....drt....

Bunyi telpon berdering membuyarkan kegiatan Rion, "David bego pergi ke mini market gak bawa hp, stupid" Ujarnya yang berjalan menuju meja tempat hp David di taruh.

"My love?" Batin Rion yang melihat nama yang menelpon sahabatnya itu.

"Kok David gak pernah cerita?"

"Siapa tu Yon" Teriak Leo

"Nomor tak dikenal , maybe" Jawab asal Rion yang kembali dengan aktivitasnya.

"Leo, can i ask  you?" Tanya Rion yang menatap Leo serius

"Hmm"

"So-"

"Jangan pakek bahasa luar!" Potong Leo cepat. Dan Rion mendengus sebal.

"Hmm, maksud dari kata 'rasanya suka sama orang yang nganggep kita cuman temen terdekat, tapi dia pengertian, dan sikap nya malah lebih dari sekedar teman'?"

"Kalo itu mah berarti orang itu udah dibaperin sama orang yang ga bertanggung jawab, dia bisanya cuman bikin orang itu terbang diatas, tapi kenyataannya perasaan yang nge baperin itu biasa-biasa saja. Dan buat orang itu bakal merasa jatuh sejatuh-jatuhnya" Jawab Leo yang berasa seperti pakar masalah hati.

"Oh that's mean sama aja kayak friendzone?"

"Yup, emang kenapa lo tanya-tanya masalah gitu, tumben-tumbenan" Leo memicingkan mata curiga

"Atau jangan-jangan lo kena friendzone?" Tanya Leo lagi

"Gak"

Antara Gita dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang