Chapter 6

1.3K 193 9
                                    

Kehidupan Jihoon yang berubah semenjak itu, membawa dampak yang besar juga. Jihoon si periang kini menjadi lebih murung dari biasanya. Emosinya pun kadang menjadi tidak stabil. Ada kalanya ia tiba-tiba menangis di malam hari dan ada kalanya ia tiba-tiba tersenyum manis di hadapan orang lain.

2 hari lagi dari sekarang, adalah hari sakral bagi seorang Lee Jihoon. Hari ulang tahunnya. Bukankah seharusnya Jihoon bahagia ?

Tapi tidak untuk ulang tahunnya kali ini. Jihoon yang sedang rapuh itu dengan polosnya berharap bahwa kejadian buruk yang dialaminya beberapa saat yang lalu adalah sebuah rekayasa untuk kejutan ulang tahunnya.

Sebegitunya dia mengharapkan bahwa Soonyoung melakukan itu hanya sebagai sandiwara. Tidak nyata.

Jihoon terus berharap seperti itu. Namun, sampai hari ulang tahunnya tiba dan berakhir, Soonyoung sama sekali tidak mengucapkan apapun pada Jihoon. Hah, bertemu saja dia selalu menghindar.

Bayangannya tentang 'Soonyoung yang datang dengan membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menyala, kemudian dibelakangnya ada orang-orang yang kemarin baru saja mengancam dan membuat Jihoon menjadi buruk dimata orang sambil mengucapkan lagu selamat ulang tahun, kemudian Soonyoung mengaku bahwa semua itu sandiwara untuk kejutan ulang tahun Jihoon. Dan pada kenyataannya hubungan Jihoon dan Soonyoung baik-baik saja' itu pupus. Semua itu hanyalah khayalan Jihoon. Imajinasi Jihoon yang membuktikan bahwa ia masih belum bisa menerima kejadian buruk itu benar adanya. Bukan sandiwara.

Jihoon harus merasa terpukul untuk kesekian kalinya. Kadang ia merasa tidak terima kalau itu nyata, dan terkadang ia merasa pasrah pada akhirnya.

Itu adalah hadiah ulang tahun yang paling "berkesan" bagi Jihoon. Hadiah ulang tahun pertama dan terakhirnya dari Soonyoung. Hadiah yang takkan terlupakan, karena terlalu banyak meninggalkan jejak bekas luka yang menganga yang akan terus teringat di sepanjang hidupnya.

"Soonyoung-ah, terimakasih hadiah ulang tahunnya. Aku terharu. Begitu terharu sampai aku terus mengeluarkan air mata saat mengingatnya. Aku anggap itu kado darimu. Aku bahagia, meski rasanya begitu menyakitkan" gumam Jihoon sendiri saat detik-detik terakhir hari ulang tahunnya.

***

"Jihoon !" Seseorang memanggil namanya.

"Eoh ? Ada apa Daniel ?" Tanya Jihoon.

Sementara yang ditanya hanya mengunggingkan senyumnya.

"Selamat ulang tahun Jihoon, semoga kau selalu bahagia dan menjadi Jihoon yang kuat. Jangan cengeng ! Kau jelek karena terlalu banyak menangis" kata Daniel sedikit meledek pada akhirnya.

"Yak ! Kau itu niat mendo'akanku atau mengejek ?" Balas Jihoon dengan wajah yang dibuat garang.

Sementara itu, Daniel hanya terkekeh pelan.

"Arra ! Arra ! Aku sudah lama tidak melihat Jihoon yang galak seperti ini" kata Daniel.

"Ish ! Daniel !!" Teriak Jihoon saat melihat Daniel yang melarikan diri sesaat setelah mengatai dirinya galak.

Mendengar tawa Daniel yang berhasil menjahili Jihoon, membuat Jihoon menerbitkan senyumannya.

"Kenapa senyum-senyum begitu ?" Tanya Wonwoo menghampiri Jihoon.

"Eung ?" Tanya Jihoon pura-pura tidak tahu apa yang dikatakan sahabatnya itu.

"Tidak usah malu Ji. Kamu berhak bahagia tanpa Soonyoung. Lupakan dia dan tersenyumlah untuk kehidupanmu" kata Wonwoo sembari merangkul pundak Jihoon yang berada disebelahnya.

"Tapi aku tak bisa Won, rasanya masih sakit" lirih Jihoon.

Menyadari Jihoon yang bergumam seperti itu, membuat Wonwoo mengarahkan matanya ke arah pandangan Jihoon.

Don't Bring My Heart | SOONHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang