Pindah

3.2K 243 12
                                    

Yoongi duduk di depan pantry dengan muka serius. Namjoon di depannya sempat terkejut melihat adik keduanya itu bermuka serius untuk pertama kalinya.

"Jin masih terlalu kecil untuk kita beri tahu ini." Gumam Yoongi, lantas meneguk sedikit soju dihadapannya.

"Ya, aku setuju. Dia tidak akan mengerti bila kita jelaskan dan eomma.. sepertinya eomma tidak bisa menemui Jin lagi untuk saat ini." Lanjut Namjoon, lantas duduk di depan Yoongi. Tangannya meraih gelas Yoongi, kemudian menaruh menjauh dari adiknya itu.

"Appa tega sekali pada eomma," gumam Yoongi. "Aku tidak akan menikah dan menjadi seperti appa. Ck, rasanya ingin sekali kupukul appa.."

"St, kau tidak boleh begitu. Ini masalah lama yang semakin menjadi jadi. Appa benar benar ingin anak perempuan rupanya."

Namjoon menggelengkan kepalanya, tidak mengerti mengapa ayahnya itu sangat menginginkan anak perempuan setelah memiliki 7 anak laki laki. Umur appa dan eomma sudah tidak muda lagi, mengingat Namjoon sebagai anak pertama saja sudah hampir 28 tahun.

"Yoongi-ah, bagaimana caraku mengatakan pada Jin bahwa eomma tidak bisa menemuinya?" Tanya Namjoon, menatap adiknya itu. "Eomma meraung terus saat melihat muka Jin, bahkan tadi eomma memecahkan pigura foto Jin."

Yoongi diam saja, berpikir keras.

"Apa kita harus memisahkan eomma dan Jin hingga eomma kembali sehat, Hyung?" Tanya Yoongi. "Apa kita perlu membawa eomma ke seorang psikiatris?"

Namjoon menghela nafas. Kondisin eommnya sangat buruk. Saat ini sudah larut malam saat Namjoon dan Yoongi akhirnya memutuskan untuk membahas kelanjutan masalah. Sore tadi eomma sempat mengamuk setelah bangun dari tidur. Eommanya hampir saja bunuh diri dengan menelan obat penurun gula darah. Untung saja Namjoon melihatnya dan dengan cepat meminumkan obat penenang pada eommanya.

"Eomma sepertinya perlu istirahat di sebuah rumah sakit psikiatris.. tapi aku tidak tega melihat eomma yang kacau diurus orang lain." Gumam Namjoon. "Tapi sepertinya kita perlu menyembuhkan eomma."

Yoongi mendesah, mencoba mengambil kembali gelas soju nya yang disingkirkan Namjoon. Tetapi, Hyungnya itu segera memukul tangannya dan mencegahnya.

"Kau sudah 25, tapi aku tetap akan melarangmu minum soju disaat seperti ini."

Namjoon berdiri, membuang sisa soju di gelas, kemudian mencuci gelasnya. Pikiran anak pertama keluarga Kim itu melayang kemana mana, memikirkan masa depan keluarganya.

"Kita bisa tinggal sementara di lantai dua studioku, lantai pertama studioku akan tetap kubuka sebagai studio musik, hitung hitung membantu pemasukan kita." Jelas Yoongi, kemudian bangkit dari kursinya. "Aku akan membereskan barang barangku, sampai jumpa besok Hyung."

Namjoon mengangguk begitu saja, dan Yoongi akhirnya pergi meninggalkan pantry.

Sepeninggalan Yoongi, Namjoon meraih ponselnya. Menatap layarnya lama, memandangi muka seorang wanita cantik yang dijadikannya wallpaper.

"Maaf Ryujinnie. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu dalam waktu dekat."

"Kenapa kita mengemasi barang barang, Hyung?"

Itu suara Jin, yang mengomel sejak tadi karena Jimin menyuruhnya mengemasi semua barang.

"Hyung jawab aku.. apa kita akan pergi jauh?"

Jimin tidak menjawab. Ia sibuk memasukkan baju adiknya itu kedalam koper besar berwarna perak. Jimin memasukkan semua pakaian adiknya, tidak terkecuali boneka Chim kesayangan adiknya.

[BTS] uri maknae, JinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang