Jin menarik koper silvernya dengan terengah engah. Kedua tangannya dengan sekuat tenaga mencoba menarik koper besarnya. Jungkook yang sudah di dalam lebih dahulu di dalam, hanya diam menatap Jin tanpa berniat membantunya.
"Kookie Hyung sudah selesai merapikan barang?" Tanya Jin, menatap Hyungnya. Jin tidak merasa sakit hati melihat sikap Jungkook yang acuh, ia sudah biasa.
"Sudah. Aku mau ke kamar mandi."
Jungkook melenggang keluar kamar begitu saja, menyisakan Jin yang duduk di salah satu kasur dengan nafas tersenggal senggal. Badannya terasa tidak nyaman setelah pulang dari makan tadi.
"Apa aku salah makan? Mengapa badanku terasa sangat tidak nyaman?"
Jin membuka kopernya, mencoba mulai merapikan sendiri baju bajunya. Apa yang dikatakan Jungkook Hyung ada benarnya. Ia harus hidup mandiri.
Tiba tiba, perut Jin terasa mual. Kepalanya terasa pening. Nafasnya tersenggal. Mukanya memanas dan terasa membengkak.
Jin menoleh kearah cermin di dekatnya. Mukanya sudah semerah rebusan. Matanya berubah menjadi merah.
"Hyung.."
Jin memuntahkan isi perutnya diatas karpet kamar. Perutnya semakin sakit. Hanya beberapa detik setelahnya, Jin terkapar tidak sadarkan diri.
.
Taehyung lah yang pertama kali menemukan Jin. Laki laki berumur 18 tahun itu berteriak heboh memanggil saudara saudaranya yang lain. Namjoon Hyung yang datang setelah taehyung segera mengangkat tubuh adiknya itu, menggendongnya turun bersama Jimin dan Hobi. Taehyung disebelahnya berteriak histeris, memanggil manggil nama Jin dan berusaha membangunkannya. Yoongi yang berpapasan dengan mereka pun, akhirnya ikut heboh mengambil kunci mobil dari saku Namjoon dan menyalakan mesin mobil.
Jungkook yang baru saja keluar dari kamar mandi ikut berlari mengejar rombongan keluarganya yang panik itu. Ketujuh keluarga Kim itu segera pergi meninggalkan studio dengan kecepatan tinggi.
Setibanya di rumah sakit, Namjoon dan Hobi segera membawa Jin ke UGD dan para perawat dan dokter segera menanganinya. Jimin dan Tae diberhentikan oleh para suster karena meraung meminta masuk. Hobi dan Yoongi duduk bersebelahan di kursi tunggu, bersama Jungkook yang menatap tidak percaya.
"Tadi dia baik baik saja," ujar Jungkook, mukanya tampak terkejut. "Tadi dia masih tersenyum menanyaiku."
Yoongi menepuk pundak adik keenamnya itu. "Kau tenang saja, dia tidak apa apa."
Jungkook menatap Hobi hyung dengan tatapan getir. "Apa aku terlalu keras pada Jin?" Tanyanya, berkaca kaca. Hobi yang melihatnya merasa ingin menangis pula, tapi ia mencoba tersenyum.
"Kau hanya perlu tidak membencinya lagi." Jawab Hobi, mengelus rambut Jungkook. "Maaf kalau kami kurang memperhatikanmu."
Jungkook diam merenung. Sekilas ia tampak mengusap pelupuk matanya. Ia tidak tega melihat kondisi Jin yang sangat mengenaskan saat dibawa Namjoon hyung. Jin tampak lemas dan sangat merah. Wajahnya bengkak seperti habis dipukuli.
"Keluarga Kim Seok Jin?"
Seorang dokter keluar dari ruang UGD. Namjoon segera menghampiri dokter tersebut dan menanyai kondisi adik bungsunya itu.
"Dia baik baik saja saat ini. Untung saja kalian cepat membawanya kemari. Ia terkena syok anafilaksis. Apa kalian tahu dia punya alergi apa?"
Namjoon menggeleng. Ia tidak pernah tahu kalau adiknya punya alergi.
"Kalau begitu, aku akan memeriksakan alerginya juga supaya dapat dihindari. Pasien harus istirahat beberapa hari hingga bengkaknya menipis." Ujar Dokter, lantas berbalik pergi meninggalkan Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS] uri maknae, Jin
RandomSeokjinnie, buntalan uwu keluarga Kim. Mendapat cinta semua Hyungnya. Hidup bahagia selama lima belas tahun, apakah kebahagiaannya itu akan terus berlanjut?