Ch. 1 : Alana, oh Alana

37 2 0
                                    

"Ms Lana, ini berkas permintaan kerjasama dari Halim Company"ujar Sasha, asisten kepercayaan Lana.

"Halim? Ahhh, akhirnyaaa... Sha, kamu tahu kan langkah selanjutnya apa? Siapa direktur yang menjabat?"tanya Lana.

"Ms Calista Iranna Halim"sahut Sasha.

"Heummmm... Tolong kamu cari tahu semua tentang dia. Selengkap-lengkapnya! Kalau sudah, email langsung ke saya ya! Kamu boleh balik"ujar Lana lalu meraih tasnya yang ada di pojok meja kerjanya.

"Ah, dan tolong siapkan apartemen baru deket kantor ya. Saya mau lantai 10 ke atas. Yang view-nya bisa ngeliat sunset ya. Tolong urus semuanya, usahakan dalam waktu seminggu saya bisa pindah!"ujar Lana.

"Baik bu"sahut Sasha sopan.

Lana mengangguk kecil, lalu berjalan keluar ruangannya, turun menuju basement, mengemudikan mobilnya balik ke rumah bude Diah.

●●●

"Bude"panggil Lana pelan.

"Kenapa sayang?"tanya bude Diah lembut.

"Bibi mau pindah ga? Sama Lana. Lana udah beli apartemen deket kantor"ujar Lana berhati-hati membuka topik pembicaraan. Ia tahu, ini hal yang sensitif bagi bude-nya.

Bude Diah terdiam. Ia meletakkan sendok di genggamannya ke piring.

"Kenapa kamu kepikiran gitu?"tanya bude Diah lembut. Ia menatap wajah Lana penuh sayang.

"Emmm... Akhir-akhir ini kondisi kesehatan bude lagi menurun drastis. Aku mau kita pindah ke apartemen, karna deket apartemen yang aku beli ada rumah sakit besar yang bagus. Bude bisa berobat disitu. Juga, jarak dari rumah bude ke kantor agak jauh, bisa 1 jam lebih budee... Jadi, aku mikirnya lebih baik kita pindah sekalian"sahut Lana.

Bude Diah tetap terdiam. Ia tampak serius memikirkan ucapan Lana. Ia tak bisa terus egois tetap bertahan tinggal di rumahnya sekarang karena suaminya dulu, Widi yang sudah tiada. Memang rumah ini adalah tempat penuh kenangan tentang mereka. Tapi, ia juga harus memikirkan Lana.

"Bude ga keberatan kok. Kapan kita pindah? Besok bude mulai rapi-rapi barang yaaa"ujar bude Diah sambil menggenggam tangan Lana.

"Aku ga akan jual rumah ini bude. Aku tahu, tempat ini penuh kenangan kita bertiga. Rumah ini juga sangat berarti buat aku. Mbok Ijah bakalan tetap tinggal di rumah ini sama anaknya. Bantuin kita buat jagain rumah ini bude. Aku bakalan pertahanin rumah ini sampai kapan pun"ujar Lana sambil menatap mata bude Diah lembut.

"Bude ngerti kok, sayang. Makasih kamu udah buat keputusan itu. Bude ngerasa lebih tenang"ujar bude Diah lembut. Ia menyeka air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.

"Makasih budeee... Aku sayangggg banget sama budeeee"ujar Lana, lalu memeluk sayang bude Diah.

Ia akan mengusahakan apapun demi kebahagiaan budenya.

●●●

"Saya Harry Wicaksono"ucap seorang pria muda, sambil menyodorkan tangannya, mengajak Lana berkenalan.

"Alana. Alana Icasia Gantari"balas Lana sopan.

"Ahhhh!! Gantari Group!! Saya ga nyangka ada wanita secantik anda bekerja di sana"ujar Harry berbasa-basi.

REVENGE : Cinta, Nafsu dan DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang