Rakha's POV
...
Tok tok tok.
Mampus.
Gue mencoba untuk tidak panik.
Tapi akhirnya tetep panik. Ini gimana coba?
"Siapa?"
Gue menjawab dengan nada agak dikeraskan. Semoga ga curiga ya Allah.
"Ini Ocha."
Mampus. Ini Ocha si anak kos sebelah kamar gue.
"Mau apa, Cha?"
"Mau ngasih nasi kuning disuruh ibu kos."
Gue memikirkan sejuta alasan untuk menolak si Ocha masuk. Pokoknya dia gaboleh masuk!
Brak.
"Lama banget sih mas buka-"
Si Ocha mematung.
Gue juga mematung.
-mengheningkancipta.com
"Eh maaf salah kamar."
Gue lalu menghembuskan nafas yang ketahan daritadi.
Brak.
"Eh engga kok bener ini kamar Rakha. Mbak mbak siapa ya?"
Gue lalu mematung. Buset ini harus gue jawab apa coba? Ini sih lebih sulit daripada soal tes SBMPTN.
Gue lalu kepikiran soal nasib kehidupan kami tadi. Dan terbersit satu hal di kepala gue.
"Cha, duduk Cha."
Si Ocha bingung tapi langsung duduk di tengah tengah kami.
"Kalian siapa ya? Ini kok gue berasa di sidang? Gue cuma mau nganterin nasi kuning loh."
"Cha, plis jangan kaget. Plis jangan cepu. Sikap lo menentukan hidup kami ke depannya."
"Ini apa sih? Kok lo mirip Rakha? Adeknya ya?"
Gue lalu bersiap untuk mendengar respon terburuk.
"Cha, kita semua berubah jadi cewek."
Si Ocha diem. Terus ketawa keras banget. Gak lucu bangsat.
"Apaan sih? Lo pikir gue percaya sama wig boongan kayak gini?"
Si Ocha lalu menarik rambut gue. Aw! Seumur umur gak punya rambut panjang baru tau rasanya dijengut tuh begini. Pantes aja cewek kalo gelut mainnya jengut jengutan.
"Lah, ini wig nemu dimana? Bagus amat dah."
Gue membiarkan si Ocha menarik narik rambut gue—meskipun sakit supaya dia percaya kalo ini rambut beneran.
"Udah ah Cha! Sakit tau!"
Si Ocha terus membeku.
"Hah? Ini lo serius? Kalian sebenernya cewe kan tapi nyamar jadi cowo?"
Gue mencoba untuk bersabar gimana pun juga ini emang unbelievable, man.
"Cha, dengerin ya baik baik. Kita semua pagi ini tiba tiba berubah jadi cewe dan gaada yang tau kenapa."
Gue lalu memasang muka memelas berharap si Ocha mau mengerti dan mau membantu kehidupan kami.
"Astatang, jadi ini teh beneran? Bukan film? Bukan wattpad?"
Gue mengangguk.
"Terus kenapa gue mesti tau?"
"Supaya lo bantuin kita, astutiii!"
"Ya maksudnya gue mesti bantuin apa? Jadi cewek ya gitu gitu aja."
"Terus sekarang kita mau pake baju gini gini aja? Dengan nama yang sangat macho dan berbagai hal yang kita gatau harus menyikapinya gimana?"
Si Ocha langsung diem.
"Ok ok, jadi lo semua minta gue untuk jadi sumber informasi?"
Gue mengangguk.
"Are you serious? Ya ampun gue masih gak nyangka ini kejadian asli. Eh neng Aksa geulis pisan."
Si Ocha senyum genit ke Aksa. Yang disenyumin malah merod terus nangis.
"Cha, pertama kita harus nentuin nama kita."
"Yaudah lo semua mulai sekarang pake nama samaran gih."
Gue berpikir nama apa yang cocok buat gue.
"Gue mau jadi Dinda! Biar kayak yang di 5 cm."
Cocok juga tuh si Genta jadi Dinda.
"Gue mau jadi Bila! Bimo jadi Bila cocok kan?"
Cocok juga.
"Ali mau jadi Rinjani! Biar sok puitis gitu."
Ini kenapa sih pas awal nangis nangis sekarang milih nama malah seneng seneng.
"Aksa mau jadi Ayu soalnya Aksa suka IU."
Cerdas juga.
"Gue mau jadi Nurul."
Gue mengambil nama Nurul keinget sama cinta pertama gue dulu.
"Kalau Dilan sama Milea, Dylan mah sama Mahira."
Boleh juga ni bocah.
"Gue mau jadi Siti."
Nah ini jadinya kalo si Rahman fans Siti badriah garis keras.
"Kreatif juga ya nama nama lu, aduh gue ngakak maap."
Si Ocha ngakak mulu daritadi. Receh banget ya emang.
"Cha, ini kita harus ngapain abis ini?"
"Iya Cha, kapan kita beli beha?"
Ya Amplop.