'wae? Kenapa dia harus berbohong padaku?' katanya dengan nada dingin
'karena dia menyukaiku dan ingin aku hanya untuknya' jiyeon menghela nafas
'oppa juga menyukainya kan' katanya tersenyum miring
'aku menyukainya sebagai seorang teman. Tidak lebih' dia melanjutkan gerakan tangannya merapikan kotak obat lalu mengambil plester luka. Ditempelkannya di wajahku membuat wajah kami kembali mendekat
'karena aku sudah menjadi milikmu' gumamku membuatnya mundur
'nae?' alisnya mengerut bingung
'aku hanya mencintaimu. Kalau bukan kau maka tidak ada yang lain' jiyeon memutar mata jengah
'kalau tidak percaya tanyakan pada eommaku' aku mengulurkan ponselku padanya
'dwesseo' katanya malas mendorong ponsel itu kembali padaku
'jebaaaal jangan marah lagi yaaa' aku memegang kedua tangannya
'percayalah padakuuu' aku merengek membuatnya mengernyit
'ne? Ne? Ne?' kucium kedua punggung tangannya bergantian
'lalu ciuman itu?' aku mengernyit bingung
'kalian berciuman' katanya kesal tak mau menatapku
'aaah kau cemburu?' dia menatapku tajam
'ani' teriaknya nyaring membuatku tersenyum
'kemari' aku menarik tubuhnya mendekat padaku lalu kupeluk erat
'naega eolmana bogosipeosseo ara?' gumamku pelan, kutenggelamkan wajahku pada lekukan lehernya. Mencium aroma tubuhnya yang sangat kurindukan
'jangan meragukan aku lagi, karena bagiku hanya ada kau saja' aku mengecup lehernya membuat jiyeon mendorong tubuhku
'mwohaneungeoyaaaa' teriaknya sambil memegang lehernya yanh tadi kukecup
'byuntaaee' teriaknya lagi memukul-mukul tubuhku. Tenaganya besar juga.
'ampun jiyeon-ah ampun, aku minta maaf' kataku sambil tertawa, jiyeon masih memukuliku kesal. Kutangkap kedua tangannya lalu membalik posisi kami berdua. Sekarang dia berada di bawahku, terkurung oleh badanku.
'aku sangat merindukanmu' aku mengelus pelan pipinya lalu kukecup
'kau memaafkanku kan?' jiyeon diam menatapku, lalu beberapa detik kemudian mengangguk
'boleh aku menciummu?' jiyeon diam lagi
'oppa...kurasa ki....'
'cup' kubungkan mulutnya dengan ciumanku. Kutempelkan tubuhku rapat. Bibir kami saling melumat menyalurkan semua hasrat yang terpendam
'saranghae' aku mengecup bibirnya cepat
'kita baikan?' jiyeon mengangguk pelan dengan wajah yang merona malu
'mau melanjutkannya?' tanyaku jahil, kudekatkan kembali wajahku padanya, mataku hanya terfokus pada bibir basahnya lalu semua gagal saat kudengar ketukan pada pintu kamar
'nee sebentar' jiyeon mendorong tubuhku menyingkir lalu berlari cepat menuju ppintu dirapikannya pakaian dan rambutnya sebelum membuka pintu
'eoh eomma?' sapa jiyeon sedikit gugup
'makan malam sudah siap, ajaklah myungsoo turun' kudengar suara ahjumma dari balik pintu
'ayo turun' aku berdiri di belakang jiyeon membuatnya tersentak kaget
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Day
FanfictionDia tampan, tubuhnya bagus, pintar. Yah cukup alasanku untuk menyukainya, dan.mendapat saingan yang banyak. Dia baik padaku, mungkin karena dia teman oppaku. Aku suka padanya, apakah dia suka padaku?