09

793 130 19
                                    

Love and Sin

.

.

.

.

Sehun kembali ke asrama sepagi mungkin. Berjalan agak terburu, berharap tidak seorangpun bertemu dengannya.

Untuk kesekian kali, ia pergi begitu lama dari asrama. Bahkan semalam ia tidak pulang. Dan kembali menghabiskan waktunya bersama Luhan. Semoga saja saat ia sampai pada asrama, ia benar tidak bertemu dengan siapapun terlebih sang kepala asrama.

Kedua kaki jenjang itu perlahan terus melangkah, tidak sampai menimbulkan suara berisik. Mencoba tenang meski agak gugup melanda. Tapi Sehun tidak henti berjaga-jaga, jikalau ada seseorang ia lihat di sekitar.

Ia berhasil memasuki gerbang depan asrama, mulai melajukan sedikit langkahnya. Berharap lekas sampai pada di mana letak kamar yang ia tempati.

Namun, pada saat semakin dekat dengan tujuan. Harapan Sehun seketika lenyap, berserta dengan langkah yang terhenti akibat mendapati beberapa pria berjubah khas sedang berkumpul dekat pintu utama asrama.

Sekarang, ia merasa tidak dapat lagi menyelamatkan dirinya sendiri.

"Oh Sehun,"

"Y...yah pak kepala?"

Ia merasa mereka berniat menahannya, dan bukanlah hal baik.

"Aku tidak tau, harus mengatakan bagaimana kepadamu? Tapi, aku harap kau dapat mengerti!"

Mereka menatapnya serius.

"Kemarin, adalah hari terpenting untuk kita. Aku pikir kau pasti juga mengetahuinya bukan? Seperti jadwal yang telah diberitahukan, beruntung acara Liturgi bersama terlaksanakan dengan begitu nikmat. Semua berkat kehendak Tuhan, tapi..."

Sehun mulai cemas dalam hati.

"...hanya satu hal yang sangat disayangkan, itu adalah kehadiranmu. Hanya kau satu-satunya yang tidak menghadiri acara, jadi bisa aku ketahui apa penyebab dari ketidak hadiranmu itu?"

Sungguh sial, Sehun baru mengingatnya. Acara Liturgi bersama yang mana memang telah dijadwalkan jatuh pada hari kemarin. Dan bodohnya Sehun melupakan hal itu. Sampai hanya dirinya lah yang tidak menghadiri acara tersebut.

Itu mengapa pak kepala beserta tetua lain di gereja berkumpul menunggu kedatangannya sepagi ini.

Lalu, apa yang harus ia katakan? Haruskan ia membuat alasan sebagai jawabannya. Berbohong guna menutupi kebenaran?

"Tidak hanya itu, aku mendapatkan laporan jika beberapa kali kau tidak berada di kamar asramamu ketika malam hari, dan muncul pada keesokkan harinya. Aku memang tidak melarang para biarawan ataupun biarawati keluar masuk pada asrama. Bahkan memiliki kegiatan lain dari luar asrama,"

"Tapi, bukan berarti peraturan yang ada harus dilanggar."

Sehun hanya dapat menundukkan kepala diam. Dia membenarkan semua perkataan pak kepala kepadanya. Semua yang berkaitan dengan aturan asrama. Dan benar, Sehun sadar diri jika beberapa kali ia memang melanggar peraturan.

Termaksud pergi keluar hingga malam hari, bahkan tidak kembali pada kamar asrama sampai pagi menjelang.

"Apa yang kau lakukan? Adakah kegiatan lain sampai kau harus pergi meninggalkan asrama selama itu?"

"M...maafkan saya pak kepala," cukup itu yang Sehun utarakan.

"Jika ada hal yang mengganggumu, lekas ungkapkan saja! Tidak masalah kami bersedia mendengarkan. Tapi jangan sampai hal itu mengganggu kewajibanmu sebagai hamba Tuhan. Tuhan tidak akan suka pada pengabdi-Nya yang tidak taat lagi. Melalaikan segala tugas atas perintah dari-Nya,"

Love and Sin [ COMPLETED! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang