12

838 130 30
                                    

[ Mulmed : Shadow by Austin Mahone ]

Love and Sin

.

.

.

Luhan kembali memakan korban. Terhitung sudah 5 orang jatuh dalam waktu seminggu. Kota semakin dibuat ketakutan olehnya. Tak jarang beberapa tetua berniat mencegah perbuatan kejam si Vampire terhadap penduduk kota.

Ini sudah berlebihan, jauh lebih parah dari sebelumnya. Meskipun hanya satu, akan tetapi Luhan termaksud Vampire yang cukup ganas.

Terlebih pada saat adanya korban, siapapun lekas membunuh korban tersebut sebelum berubah menjadi Vampire pula. Dan hal itu yang sangat dihindari oleh warga.

Seminggu terlewati itu pula yang membuat Sehun semakin kacau. Jelas ia tidak mungkin hanya berdiam diri saja dengan keadaan yang ada. Ia membantu warga bersama beberapa biarawan lainnya, termaksud pastor Huang.

Sepagi mungkin utusan dari gereja utama mendatangi tempat kejadian. Lalu disusul diadakannya doa bersama di gereja. Berdoa untuk ketenangan para korban. Bahkan beberapa warga sepakat untuk mulai berjaga pada malam harinya. Jika perlu si Vampire harus bisa mereka tangkap dan musnahkan langsung.

Karena hal itu, Sehun berniat menemui Luhan sesegera mungkin. Bertujuan mengatakan agar Vampire cantik itu bisa menghentikan segala perbuatannya. Sehun tak ingin Luhan tertangkap, apalagi sampai dimusnahkan oleh para warga.

Tak peduli jika Luhan bagaikan wabah memakan korban. Akan tetapi Luhan satu-satunya sosok yang mulai sekarang mengisi hatinya.

Sehun mengakui itu jika, Luhan telah hadir mewarnai kehidupan putihnya.

.

.

.

.

.

.

.

Menjelang sore tiba, Sehun membasuh keringat pada wajah. Pakaiannya agak kotor akibat membantu menguburkan satu mayat lagi yang ditemukan semalam.

Suasana sekitar mulai sunyi, tak sedikit warga yang ikut membantu memutuskan pulang ke rumah masing-masing. Hanya menyisakan beberapa warga dan biarawan lainnya. Pastor Huang saja sedang berbincang dengan warga. Entah apa yang dibicarakan.

Sehun tidak begitu peduli, ia berpaling sejenak pada gundukkan tanah yang masih baru. Menunduk kepala dengan satu tangan di dada tengah menggenggam kalung salibnya, berdoa.

Setelah itu ia melangkah meninggalkan pemakaman umum kota. Seorang diri tanpa berpamit apapun pada pastor Huang yang sempat memperhatikan kepergiannya.

Sekarang Sehun butuh waktu sendiri, sekadar menjernihkan pikiran. Ia berjalan pelan entah menuju kemana. Kembali menikmati suasana kota dengan langit perlahan menjingga.

Ia sesaat menengadah kepala memandang langit jingga. Begitu indah dengan ketenangan yang ada. Lalu kembali ke depan tanpa berhenti melangkah, melewati jembatan beton dari depan.

Ketika itu Sehun melihat orang yang berkumpul, ada dua orang pria dan wanita sedang menari lincah di tengah-tengah kerumbunan. Ia memutuskan berhenti saat dekat pada kerumbunan. Membiarkan dirinya ikut menjadi penonton pada pertunjukkan tari tersebut.

Love and Sin [ COMPLETED! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang