"Awal Juni ku"

24 3 3
                                    

06 Juni. Aku menjajaki kakiku pertama kalinya untuk menuntut ilmu di Pondok Pesantren ternama ini, aku pindahan dari MTs sebelumnya, aku memilih pindah ketimbang meneruskan belajarku di sana, dan inilah tempat belajar baruku. Assalamu'alaikum Al-Asqo.

Aku berlari dari asrama atas menuju kelas dilantai bawah, belum berdering keras di pagi buta setelah shalat subuh ini, seperti inilah keseharianku setiap hari di pondok ini. Setiap pagi, kelas makhorijul huruf dimulai, jika ada yang telat makan konsekuensinya adalah hukuman MENCABUT RUMPUT sampai kelas selesai.

"Untung kau cepat datang...", ucap teman sebangkuku. Najla.
" Aku baru selesai mandi tau...", aku terengah-engah karena berlari mengejar waktu.
"Pak Said belum datang, syukurlah...", ucapnya menepuk-nepuk bahuku sambil menertawakanku. Sial.

Aku memandangi suasana kelas dan teman-teman baruku yang mungkin belum kukenali karena beda kamar.

" Pak Said masuk....!!", ucap salah satu teman laki-lakiku sambil merapihkan posisi duduknya. Rey.

Pelajaran dimulai.

Selesai jam pelajaran, kami kembali ke asrama dan bersiap-siap untuk sekolah umum, sarapan dan piket. Yang paling tak menyenangkan adalah piket hari senin yang selalu bentrok dengan upacara bendera sepertiku, alhasil terkadang aku terlambat upacara. Terlalu sumpah.

Seperti ini, pondok ini baru berjalan hampir empat tahun, jadi kami sekolah masih selingkup dengan laki-laki.

Dikelas. Perkenalan, penyusunan struktur kelas dan yang paling diributkan adalah menjadi bendahara, semua orang dikelas ini enggan untuk menjadi bendahara, why?. Dan akhirnya, aku yang terpilih. Sial.

"Ketua kelasnya siapa?", tanyaku pada Amirah, sang sekretaris kelas.
" Syawal...", ucapnya mengangkat alis.
"Yang mana deh...",
"Itu...",
" Oh...", ucapku tak penasaran dengan sosok tinggi di seberang sana.
Pelajaranpun dimulai.

"Cha, ngantuk nih...", Najla berbisik padaku.
" Sama...", aku menutup mulutku yang menguap.
"Aku males deh kalau pelajaran biologi begini...", Najla membaringkan kepalanya diatas meja. Aku melirik.
" So, what you do?", aku menoleh padanya.
"Tidur...", bisiknya.
" Elah, bukan itu. Kau harus melawan kantuknya...", aku menggoyangkan bahunya.
"Gabisa, Cha...", dia menundukkan kepalanya dan terlelap.

***
"Kenzie, aku kira kamu kakak kelas tau, habis kemarin siang saat pertama kali masuk pondok, kau kelihatan sudah akrab dengan penghuni lama dipondok, jadi kukira kamu kakak kelas. Ternyata...", aku sedang berbincang banyak saat istirahat dengan temanku yang satu ini.
" Hehehe, aku sudah dua hari yang lalu disini, Cha...", dia tertawa kecil.
"Rajin amat datang awal...",
" Bukan masalah rajin pengen cepetan masuk ke pondok, tapi aku dari Surabaya dan tiket pesawat juga sudah jauh hari dapatnya...", dia memakan roti yang dia pegang.
"Jauh banget...", aku heran. Aku baru pertama kali semasa sekolah dari kecil, punya teman dari tempat yang jauh.
" Masih ada yang jauh, Cha. Batam...", dia menunjuk salah satu anak cewek yang asyik ngobrol dengan yang lain.
"Oke, thats so far...",
"Ayu...", dia menyebutkan nama anak cewek disana.

***
Siang hari setelah shalat dzuhur. Kami masuk sekolah umum lagi, karena memang kami sekolah sampai jam dua siang.

Aku berjalan dikoridor sekolah, membawa buku biologi yang tadi sudah dikumpulkan dan dinilai dikantor. Aku membagikannya ke meja satu-satu.

" Firman...", aku menyebutkan nama itu yang tertera pada sampul buku tulis.
"Ini buku siapa, ga ada namanya...", aku mendumel sendiri, harusnya kan ketua kelas yang seperti ini, jadi aku yang repot juga.
" Buku gua tuh...", ucap salah satu anak yang berdiri disampingku. Ardi.
"Ambil, namain tuh jangan lupa...", aku mengingatkan.
" Iya....", dia mengambil buku itu.

"Kok, jadi lu yang ngambil...", ucap seseorang yang berdiri tiba-tiba didepanku. Aku menoleh.
" Lagian, ketua kelas ga sigap gitu...",
"Ya maaf, gua tadi kebelet pipis, makanya belum sempat ngambil. Lagipula makasih yah, udah mau ngambilin..."
"Hmm...", aku hanya berdeham kecil.

" Cha, mau nemenin ga ke toilet...", Kenzie tiba-tiba memegang lenganku dan berusaha menarikku.
"Eh, iya iya...",
" Dasar cewek. Emang harus ya, ke kamar mandi bareng-bareng pake dianter segala, apa jangan-jangan kalian di kamar mandi...", Syawal mengoceh.
"Enak aja, emang kenapa kalau cewek suka begitu...", aku kesal sendiri, sambil berjalan menjauh keluar kelas.

***
" Cha, kamu ulang tahun ya, hari ini", Najla menanyaiku saat pelajaran dimulai.
"Ho'oh", aku tetap mencatat tulisan dipapan tulis.
" Kok, diam aja sih, gak bilang-bilang...", Najla menepuk lenganku.
"Masa iya, harus aku umumin besar-besaran di kelas. Woy, aku ulang tahun...,ya kan, mana mungkin...", aku berceloteh.
" Ya gak gitu juga sih, tapi selamat ya, Cha", dia menyalamiku.
"Iya...",
" Yang lain pada gak tau ya, kalau kamu ulang tahun...",
"Ya, mana tau, kenal akrab aja kita beluman.    Tapi, gak usah diumumin juga, Naj...",
" Iya enggak kok!",
"Ga penting juga orang lain tau",
" Iya iyaaa",
"Udah catat lagi sana...",
" Ho'oh",

Juni. Awal kami mengenal satu sama lain, awal cerita ini dimulai, awal keakraban kami dikelas, awal semua terjadi.

Tanpa titik.

*****************************************

ATTENTION !!

(Biasa aja)
Assalamu'alaikum mente-mente readers...
Aku belum perkenalan di pages sebelumnya, kenalkan aku Maulida Sindy Annisa (tak kenal maka tak cinta) Pfft....
Panggil aja MAUL, NISA, ICA, FERGUSO...
Semua boleh.
Tulisanku terbit setiap KAMIS..
(Kata kalian...  KAMIS atau MINGGU)
Mungkin ini aja pemberitahuan untuk mente-mente readers...

Et, et, et, et...
Aya hiji deui...
Kalau ada kekurangan, typo, kesalahan dalam penulisan karyaku...
Tegur, sapa, beritahu dan tolong sarankan aku...
Karena menolong orang lain itu mulia.

(Oke intro nya kepanjangan) SEKIAN.

wassalamu'alaikum.

Arti TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang