Tidak terasa sudah seminggu Rena menjalani hari-harinya sebagai anak SMP. Sejauh ini kehidupannya tidak banyak berubah dengan dirinya sewaktu masih SD. Hanya tugas yang menumpuk seperti piramid lah yang membedakannya.
"Ren, lo mau ikut ekskul apa?" tanya Jasmin.
"Ekskul? Loh, emang udah disuruh milih ya?"
"Woy, kemana aja, neng? Itu formulir pendaftarannya ada di depan. Di meja guru." jawab Jasmin sambil menahan ee. Eh, menahan sabar maksudnya.
"Oo.. bilang dong. Kan gue gak tau..." balas Rena sambil berjalan ke meja guru untuk mengambil formulir.
Sekembalinya Rena ke tempat duduknya, ia pun langsung membaca formulir pendaftaran ekskul itu sambil mengira-ngira ekskul apa yang cocok untuknya.
"Ikut vocal group aja, yuk?" ajak Jasmin.
"Ha Ha Ha. Lo mau ngelawak apa gimana? Males ah, suara gue aneh."
"Bukannya orangnya ya?"
"Maksud lo?"
"Nggak... itu ada orang di depan aneh banget."
"Yang mana?" tanya Rena kebingungan karena menurut dirinya tidak ada yang aneh.
"Yang i....tu." jari telunjuk Jasmin mengarah ke depan hidung Rena.
"Gue maksud lo?" Rena langsung melotot sampai ia rasa matanya nyaris keluar. Namun apa daya, karena matanya yang agak sipit, pelototannya malah gak keliatan sama sekali. Malah hanya alisnya lah yang mengangkat semakin tinggi.
"Eh, salah berhenti. I.... tu maksud gue. Hehehe." lanjut Jasmin sambil membelokkan jari telunjuknya ke belakang Rena.
"Ha ha ha. Aduh, duh. Lawakan lo lucu bangeddddd sumpah. Gewe jadi gak bisa ketawa nich." balas Rena sambil memegang perutnya pura-pura ketawa.
"Hah? Lo gak bisa ketawa?! Wah! Gawat tuh! Jangan-jangan kotak ketawa lo putus! Cepetan periksa ke dokter!" Jasmin panik sedangkan Rena hanya melongo.
"Ilmu dari mana tuh? Baru denger gue ada kotak ketawa segala. Kalo kotak ngeden ada gak?" tanya Rena dengan muka polosnya.
"Gak tau, deh. Gue belum dikasih tau sama sumbernya." balas Jasmin dengan muka yang masih agak panik.
"Emang sumbernya dari mana?" tanya Rena penasaran.
"Spongebob."
"Hah?"
"Spongebob!" jawab Jasmin dengan suara yang lebih keras.
"....."
"Jas, lo dodol apa dodol. Masa yang begituan percaya aja." kata Rena sebal dengan sahabat barunya yang kelewat dodol itu.
"Gue? dodol."
"Ooh.. Pantesan. Tumben lo nyadar."
"Hah? Eh! Gue manusia! Ya kali dodol. Pinter banget lo! Nanya kok gak berbobot."
"Ehh.. baru connect ini anak. Gue sih nanya berbibit ya, bukan berbobot."
"Loh? Gaje lu, ah."
"Biarin ah."
"...."
"...."
Setelah diam beberapa menit, tiba-tiba muncul cengiran di wajah keduanya.
"Ren, lo mikirin apa yang gue pikirin gak?"
"Iya." jawab Rena masih dengan cengiran di wajahnya.
"Emang apa?"
"Hmmm.. kita ikut ekskul PMR aja! Nah, kan nanti nolongin orang gitu kan. Terus nanti kita tanya deh ke pelatihnya. Kotak ketawa sama kotak ngeden itu ada apa nggak?"
"Pinter lo, Ren! Aaaaa gue seneng! Akhirnya otak lo nyambung jugaaaaa."
«««»»»
Haiiii! Akhirnya update jugaaa heheheh. Maafkan ya, kalo rada gaje atau gimana. Sedikit bocoran, ini masih awal kok. Maklum kalo masih bocah gitu. Kan namanya juga anak kelas 7 :3 Nanti bakal aku kasih kok, saat dia udah mulai naksir orang. Mungkin beberapa part mendatang. Hehehe. Btw, semangat UTSnya ya! Fighting! Vomments-nya, boleh? :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Junior High School Story
Teen FictionRena Arvana. Cewek polos yang baru saja beranjak remaja. Banyak kejadian baru yang dialaminya di masa SMP ini. Termasuk peristiwa itu yang mengubah hidupnya seperti sekarang ini...