Three

24 3 0
                                    

"Minji, aku pulang duluan ya? Kau pulang sendiri saja bisa kan? aku ada janji dengan Taejun sepulang sekolah ini, maaf tak bisa menemanimu"

"Ck, Aku tak apa Seojung, aku bisa pulang sendiri"

"Baiklah, sampai jumpa besok! Bye!"

"Bye"

Aku menyeret langkah malasku untuk jalan kaki lagi menuju rumah. Tapi aku lapar, dan rasanya tidak punya energi untuk berjalan pulang, apalagi dibawah suhu sedingin ini.

"Hey ketua kelas!"

Gunho menepuk pundakku, tak dipungkiri lagi aku terkejut karenanya.

"Kau ini!"

"Kau mau kemana? pulang?"

"Iya, tapi aku lapar"

"Ya berarti kau harus makan. Bagaimana kalau kita ke supermarket di seberang sana? Aku ingin berbelanja bahan makanan dan kau bisa makan ramen disana. "

"Eung..."

"Ayolah"

Belum sempat bibir ini bergerak untuk menjawab, Gunho sudah menarik pergelangan tanganku untuk menyebrang jalan menuju supermarket disana.

"Baiklah, kita sudah sampai"

Lelaki itu menyunggingkan senyum manisnya padaku, menunjukkan rasa puasnya bisa membawaku kemari.

Tetapi tanganku masih bertaut dengan tangan miliknya.

Dan ia tidak kelihatan memiliki rencana untuk melepasnya segera.

Akupun menghentikan langkahku dan sengaja menatap manik mata miliknya menandakan ia untuk segera melepas genggamannya.

"Minji, kenapa?"

Aku menggoyangkan tanganku. Memberinya kode.

"Ah! Maaf..."

Genggamannya lepas dan ia mulai salah tingkah, ia pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Tidak apa apa, ayo masuk"

Aku berjalan didepannya. Tersenyum. Entah tersenyum untuk apa. Lucu rasanya melihat ia menjadi salah tingkah. Atau merasa puas telah membuatnya menjadi salah tingkah.

🍃🍃🍃

"Kau belanja sebanyak ini?"

Gunho masih sibuk memasukkan beberapa barang ke dalam troli belanjanya sambil mengangguk membenarkan pertanyaanku.

"Ibumu menyuruhmu belanja semua ini?"

Ia masih sibuk memilih barang sambil menyilangkan kedua tangannya, tapi kali ini ia menggelengkan kepalanya.

"Jadi? siapa yang menyuruhmu belanja sebanyak ini?"

"Diriku sendiri"

Aku hanya menghembuskan napas tak percaya kepada lelaki di depanku ini.

"Aku tinggal sendiri"

Aku menoleh kearahnya dengan pandangan tidak percaya.

Ia orang asing dinegeri ini, ia masih bersekolah dan ia sendirian?

"Kau serius? orang tua mu?"

"Kalau yang kau maksud itu adalah Ibuku, tentu saja ia di negara asalku"

"Maaf, tapi Ayahmu?"

"Tidak ada seseorang yang bisa aku sebut Ayah"

Seketika matanya mengisyaratkan sekilas rasa sedih yang ia pendam selama ini. Dan aku merasa bertanggung jawab atas semua perbincangan ini.

"Umm... mian tapiㅡ"

"Ayo, aku sudah selesai. Kau mau makan ramen tidak?"

🌼🌼🌼

Aku menyeruput ramenku dengan tidak semangat, sepertinya rasa laparku sudah tergantikan dengan rasa bersalah dan tidak enak hati pada Gunho. Pasalnya anak ini tidak ikut makan bersamaku, dan memilih duduk diam saja di hadapanku sekarang.

"Gunho..."

"Hm?"

"Aku minta maaf"

"Untuk apa? pertanyaan pertanyaanmu? aku tidak merasa kau bersalah, obrolan kita tadi memang mengingatkanku pada masalah pribadiku, tapi itu tidak masalah lagipula kau kan orang asing yang belum tahu privasiku"

Ia mencoba membuatku tidak gelisah, tapi itu malah membuatku semakin khawatir padanya. Manik matanya menunduk lurus kebawah dan malah aku yang jadi salah tingkah.

"Wang Jyunhao, sekali lagi aku minta maaf dan aku minta kau untuk tersenyum lagi, kau tidak keberatan kan?"

Ia mendongakkan kepalanya dan tersenyum.

Sangat, sangat manis dan adiktif bagi otakku.

Ia menaruh tangannya dikepalaku, mengacak pelan rambutku dengan senyum manisnya yang masih terpasang di wajah tampannya.

"Sama sekali tidak keberatan, Park Minji"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sky Still BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang