01

1.7K 210 53
                                    

MARCO menaruh cangkir kopinya. Kemudian dia menutup koran dan membalikkan peralatan makan. Dia menatap Ace yang sibuk mencuci piring sebelum berdiri, lalu memasang dasinya dengan benar.

"Ace." Panggil Marco lembut. Dan panggilannya hanya dibalas gumaman pelan pria muda di depannya ini. "Aku berangkat, yoi."

"Ya. Hati-hati, Marco-san."

Bola mata Ace membulat terkejut saat melihat Marco berdiri di sebelahnya, dengan senyuman teduh khas pria itu. Ace hampir memecahkan piring yang dia cuci, kalau saja dia tidak cepat mengambilnya dan kembali menenangkan diri. Jujur saja, ditatap sedekat ini, Ace sangat gugup. Gugup karena merasa terintimidasi, bukan karena dia memiliki 'rasa' kepada pria berkepala nanas ini. "Apa?" tanya Ace serak.

"Ace, kau bisa panggil aku Marco. Kita sudah bersama selama tiga tahun lebih, apa kau masih merasa harus memanggil namaku dengan panggilan formal?"

Wajah Ace memerah samar dengan detak jantung menggila. Kenapa tiba-tiba...? tanya Ace dalam hati.

Melihat reaksi Ace, Marco tersenyum tipis dan menarik diri seperti sediakala. "Apa aku terlalu banyak meminta?"

Ace menatap Marco dalam diam.

***

"Good morning, Nami-swan~~!!"

Nami yang baru masuk ke pekarangan kampus menoleh, diikuti Usopp yang berjalan di sampingnya. Gadis itu menyelipkan anak rambutnya dan tersenyum cerah. "Selamat pagi, Sanji-kun! Zoro juga, selamat pagi!" Nami melirik laki-laki surai hijau yang berjalan di belakang Sanji sambil menguap. Astaga, bahkan masih sangat pagi untuk mengantuk, gerutu Nami dalam hati.

"Oi, oi, Zoro-kun. Apa yang kaulakukan semalaman sampai sempat menguap pagi ini? Kau bercanda? Ini belum jam delapan, oi! Kau mencemari indahnya pagi ini."

Nami menyeringai dan mengucapkan terima kasih atas ujaran Usopp, sedang Zoro menggaruk kepalanya. Dan dengan cuek, dia membalas, "berisik." Lalu Zoro berjalan mendahului ketiga temannya.

Perempatan imagener muncul di pipi Sanji. Anak eskul karate itu melayangkan tendangan andalan yang dia pakai saat mengalahkan musuh beberapa hari lalu ke pipi Zoro. Untungnya Zoro yang selalu berlatih kendo dengan keras bersama Mihawk, senior-nya, mempunyai refleks bagus untuk menghindari tendangan Sanji. Kini mata Zoro terbuka lebar. "Apa yang mau kaulakukan, karate bodoh!"

"Hah?" Sanji mendecak. "Berani-beraninya kau mengabaikan ucapan Nami-san, kendo marimo!"

"Baka ga omae! Sudah jelas yang barusan berujar adalah Usopp!"

"Hah?! Nami-san berbicara di dalam hatinya, dasar marimo!"

Nami bingung mau mengapresiasi ucapan Sanji barusan atau apa. Karena memang kenyataannya dia barusan membicarakan kelakuan Zoro di dalam hatinya. Dia menoleh ke arah Usopp yang serius melihat perdebatan bodoh antara Sanji dan Zoro.

"Usopp! Sebaiknya kita tinggalkan saja mereka. Ini tidak akan berakhir dengan cepat." Bisik Nami. Dia berbalik badan untuk memimpin jalan.

Usopp menghela napas pendek. "Zoro dan Sanji mulai lagi. Haaahh, apa mereka tidak lelah berdebat terus setiap kali bertemu?"

***

Nami dan Usopp tersenyum cerah sebagai respons atas sapaan pagi dari teman-teman mereka. Mereka baru sampai di gedung jurusan beberapa menit lalu. Yah, seperti biasa, di koridor mereka bertemu dengan beberapa penggemar. Nami dan Usopp lumayan populer di kampus. Nami yang punya kemampuan navigasi dan menggambar peta yang mengagumkan, masuk dalam jajaran teratas sebagai wanita paling ideal untuk diajak kencan, dan malah memilih jurusan yang tidak ada sangkut paut dengannya. Meski dia terkenal pula sebagai mata duitan, tetap saja banyak laki-laki yang mengejar-ngejarnya. Sedang Usopp sendiri yang terkenal membuat sesuatu unik-terutama saat bersama Franky dari jurusan sebelah-dan bisa menghibur semua orang yang sedang bersedih. Namun, dalam hatinya hanya ada Kaya yang berasal dari jurusan kedokteran.

Zoro dan Sanji pun sama masuk dalam jajaran mahasiswa paling populer, terutama karena mereka mengikuti eskul yang digilai para wanita di kampus ini. Zoro masuk ke dalam eskul kendo dan Sanji masuk ke dalam eskul karate. Sayangnya, mereka sudah punya pasangan. Setelah kematian Kuina, teman perempuan masa kecil Zoro, Perona datang menghiburnya. Yah, meski kebanyakannya, Perona hanya adu mulut dengan Zoro, tapi semua orang tahu dia sangat peduli kepada Zoro. Mereka bertemu saat SMA, di mana saat itu Perona menemani Mihawk berlatih kendo. Sejak saat itu, Zoro dan Perona menjadi dekat, meskipun Zoro terus bermusuhan dengan Mihawk dalam kendo. Padahal semua orang menyukai Tashigi, anggota dewan kampus, lumayan sering bersama Zoro karena menangani perangai bandel Zoro. Sayangnya dia tidak terlalu cocok menjadi kandidat di hati Zoro, beginilah pendapat semua fangirl laki-laki bernama lengkap Roronoa Zoro.

Sementara Sanji yang suka menggoda perempuan ke mana-mana, sudah bertunangan dengan Charlotte Pudding. Meski begitu, dia yang sang cassanova masih saja suka melihat banyak perempuan. Alasan inilah yang membuatnya terus merasa dipanas-panasi Roronoa Zoro yang selalu dekat dengan perempuan, padahal Zoro sangat membosankan. Sebut saja Robin dan Hiyori yang juga populer di tempat ini, selalu terlihat dekat dengan Zoro.

Berbicara populer, Monkey D. Luffy yang dijuluki raja harem di kampus ini punya pesona kuat untuk menjerat perempuan. Sayangnya, dia sama seperti Zoro, tidak peka untuk hal-hal seperti ini.

Usopp menghela napas malas melihat sahabat monyetnya sudah malas-malasan di tempat duduknya pagi ini. Dia baru sampai di tempatnya setelah meninggalkan Nami di dua bangku sebelumnya karena gadis itu berbicara perkara kecantikan dengan teman mereka.

"Oi, Luffy! Ada apa?" Usopp menaruh tasnya di meja setelah menepuk pundak Luffy, agak keras. "Kau kehilangan dagingmu pagi ini? Ayam-ayammu yang memakannya? Jangan khawatirkan itu! Akan kutraktir kau sepuasnya di kantin siang ini!" Alis Usopp naik-turun bersamaan dengan hidungnya yang kembang kempis.

Luffy menatap Usopp, kepalanya masih di meja. "Bagaimana Ace bisa tahu dengan mudah soal pertunjukkan drama yang akan kita tonton akhir pekan ini?"

Perempatan imagener langsung muncul di kepala Usopp. Dia baru mau menjawab saat Nami tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya sambil bersedekap kesal. "Kau ini... Bukankah kemarin sore kita baru mampir ke apartemen kakakmu dan menceritakan tiket itu, Luffy?"

Luffy langsung mengangkat kepala. "Benarkah itu?"

Nami menghela napas. Memilih tidak menanggapi Luffy. Melihat ekspresi sahabat jeruknya, Usopp menyahut, "tentu saja, bodoh! Kita bahkan menumpang makan di sana! Kauingat? Kau menambah porsimu terus menerus sampai Ace harus pergi terlebih dahulu ke minimarket! Bakayarou!"

"Tapi, Luffy," Usopp dan Luffy menatap Nami yang sedang berpangku dagu. "Kakakmu sangat beruntung, ya. Dia memiliki Marco-san. Marco-san memang lucu, tapi sepertinya dia sangat dewasa dan sangat mencintai kakakmu."

Luffy terkekeh senang sampai matanya menyempit manis.

"Oh, iya, Luffy, omong-omong soal pertunjukkan drama akhir pekan ini," Nami mengangkat sebelah bahunya, "sepertinya aku tidak bisa ikut nonton."

"Aku juga."

Alis Luffy turun drastis. "Kenapa?"

***


Jangan tanyain Price. Draft-nya hilang, jadi bikin baru dan baru sampai 500-an words astaga. Semoga bisa menyusul update-nya!

What Is Love - HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang