DI dunia ini, siapa yang memasak dengan ekspresi serius? Hanya ada satu orang yang Marco kenal. Dan orang itu adalah Ace—pujaan hatinya. Umumnya orang memasak sambil bersenandung, bukankah begitu?
Marco bersandar di kusen pintu dapur sambil melipat dua tangannya di depan dada. Dia geli melihat ekspresi Ace-nya memasak. Berapa kalipun Marco melihat pemandangan sederhana ini, ia selalu tergelitik. Ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Bahkan, dia yang mantan dokter saja tak bisa menerjemahkan gejala apa ini. Cinta? Marco 34 tahun yang saat itu berpikir menyanggah pemikirannya sendiri. Cinta tidak mungkin sesederhana ini bukan? Yah, perasaan hangat dia rasakan saat pertama kali melihat Ace.
Ace yang berani. Ace yang tegas. Ace yang sangat-sangat tegar.
Marco tersenyum tipis. Dan lagi-lagi, dia tenggelam dalam fantasi karangannya. Hari di mana dia sepenuhnya memiliki Ace. Hari di mana Ace akan mencintainya. Marco akan sabar menunggu datangnya hari itu.
Dan tiga menit kemudian, dia tersentak. Marco melihat jam tangannya yang mahal. Dia segera berbalik badan karena pekerjaannya sudah menunggu. Hari ini, Marco memutuskan untuk pulang lebih awal. Alasannya sederhana. Karena kolega baiknya yakni Thatch dan Jozu datang ke kantornya. Demi apapun, Marco sedang tak ingin bertemu dua manusia itu. Dia menyerahkan semua urusan di kantor kepada Whitey Bay, sekretarisnya.
Marco memang sedikit membawa pekerjaannya ke rumah, dia tidak mau terlalu memberatkan Nona Whitey. Dengan itu, Marco naik ke lantai atas, meninggalkan Ace yang masih asyik memasak.
Yah, Ace sibuk membuat kue. Jarang dia membuat makanan manis. Alasan untuk hal itu ada dua. Pertama karena Ace sendiri tak menyukai makanan manis, kedua karena Ace tidak mau gula darah Marco naik. Selain untuk melihat harga, alasan Ace berlama-lama di supermarket adalah memikirkan bahan makanan murah yang bisa mencukupi kebutuhan gizi Marco. Yah, meskipun Ace tidak mencintai pria 'yoi' itu, dia tidak mau berlaku jahat dengan memberi racun atau membeli makanan tidak sehat untuk Marco. Tentunya dia tidak mau dituduh macam-macam kalau sesuatu terjadi pada Marco di sini.
Beralih dari Ace yang sibuk mengaduk telur sambil melihat buku resep sesekali, di sofa ruang tamu yang tidak jauh dari dapur, Luffy merengut bosan. Dia datang ke apartemen ini tiga puluh menit lalu untuk bercerita kepada Ace. Tapi, sebelum bercerita, perutnya malah berbunyi minta diisi. Saat Ace menanyakan apa yang ingin Luffy makan, tentu Luffy menjawabkan dengan satu kata. Daging. Dan sayangnya, mereka sedang tidak ada daging di sini dan Ace tidak mau keluar—dia tidak mau meninggalkan Luffy berduaan dengan Marco di tempat ini. Meskipun Marco terlihat tulus dengan semua tindakannya, itu tidak berarti kewaspadaan Ace untuknya menghilang. Malah dia semakin waspada. Luffy pun menjawab kalau dia ingin memakan kue. Beberapa waktu lalu saat dia dan dua sahabatnya berkeliling kota, Luffy melihat kue yang sangat enak dari luar kaca etalase. Sayang sekali mereka tidak sempat mencicipi karena hari sudah sore dan kafe itu tutup.
***
Manik hitam Luffy berkilau-kilau melihat kue di depannya. Dia memotong kue tersebut tanpa ragu, lalu memakannya. Dengan mulut penuh, dia sempat memuji betapa enaknya masakan buatan sang kakak.
Sementara Ace hanya menyeruput kopinya dengan nyaman. Sesekali dia tersenyum tipis. Sudah lama sekali rasanya dia tidak melihat Luffy rakus memakan makanan. Padahal, baru beberapa hari lalu Luffy berserta Usopp dan Nami singgah ke sini. Mungkin efek dia tidak terlalu sering melihat adiknya, makanya Ace merasa 'sudah lama sekali' meski dia baru bertemu Luffy. Sebelum menikah, Ace sampai muak melihat Luffy di setiap sudut rumah kecil mereka. Waktu ternyata cepat berlalu. Kan?
Sendawa Luffy membuat Ace membuka maniknya—yang entah sejak kapan terpejam. Dia menurunkan mug kopinya dan menatap adik kecilnya—yang gemuk kekenyangan. Ace senang karena Luffy menyukai kue buatannya, meski apapun yang Ace berikan, Luffy akan tetap menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Is Love - Hiatus
FanfictionMONKEY D. LUFFY, mahasiswa di kampus ternama di pusat kota. Karakternya yang ceria, supel, dan apa adanya, membuat banyak orang mau berteman dengannya. Tapi, yang benar-benar dekat dengannya hanya Nami dan Usopp, dia sudah mengenal dua orang itu sej...