GunJingyu

1K 58 5
                                    

Suara ketukan membuyarkan lamunannya. Pria itu meletakkan pigura berisi foto seorang wanita cantik yang sedang memegang piala.

"Dr. Att?", Kepala seorang wanita menyembul dari balik pintu sambil mencari keberadaan sang dokter.

"Silahkan masuk suster Jane. Apakah ada pasien lagi untukku?", Gun Atthaphan nama dokter itu. Ia merapihkan jas nya dan membenarkan letak kacamatanya yang sempat melorot di hidung mancungnya.

"Tidak dok, jam praktek Anda sudah berakhir 10 menit yang lalu.", Suster itu masuk dan mendekati meja sang dokter.

"Oh baiklah. Apakah Dr. Krist sudah tiba?", Gun bertanya sambil merapihkan mejanya.

"Beliau akan praktek di jam 3 dok."

Gun melirik jam dan mengangguk. Satu jam lagi sampai pukul 3.

"Anu.. Dok.. Ada seorang pasien wanita di unit IGD yang terus mencari Anda."

"Siapa?", Gun mengernyitkan keningnya.

"Itu.. Ny. Jingyu.."

Gun menghela nafas.

"Katakan pada unit IGD untuk membawanya ke ruang VVIP dan panggil Dr. Jumpol atau Dr. Puimek ke sana.", Dokter itu memberikan arahan kepada suster barunya sebelum melangkah pergi.

Dokter itu melangkahkan kakinya di sepanjang koridor rumah sakit. Tangannya sibuk memeriksa handphone nya, khawatir apabila ada yang mencarinya selama jam praktek tadi. Walaupun pasien hari ini tidak seramai biasanya, namun Gun adalah seorang dokter yang tidak akan menyentuh handphone sama sekali selama jam prakteknya masih berlangsung.

Benar saja, 21 missed call dan 64 whatsapp message. Gun menggigit bibirnya, dia mempersiapkan hati menerima amukan dari orang yang sudah berkali - kali menghubunginya tadi.

Sambil menghela nafas dan mengucapkan doa di dalam hati, Gun memutar kenop pintu ruang rawat bertuliskan VVIP 01. Ia mendorong pintu itu perlahan sampai menampilkan seorang pasien wanita yang sedang diperiksa oleh seorang dokter wanita. Di sebelah mereka berdiri suster Namtarn. Ketiganya menoleh saat mendengar langkah kaki Gun mendekat.

"Gun~", Pasien wanita itu mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Tangan kanannya terangkat, meminta sang dokter untuk menyambutnya.

Gun menyambut uluran tangan Jingyu dan menghela nafas pelan. Ia kemudian duduk di atas ranjang dan dengan otomatis Jingyu menyandarkan kepalanya ke dada sang dokter.

"Jam praktekmu sudah selesai?", Tanya Jingyu yang dijawab anggukan kepala dari Gun.

"Lalu kenapa nggak periksa aku di IGD?",

"Apakah kau masih anak - anak?", Bukan menjawab, Gun malah balik bertanya kepada Jingyu.

"Tapi aku nggak mau diperiksa Dr. Leo!"

"Dr. Leo itu dokter terbaik di IGD, kau tau?", Gun mencubit hidung Jinggyu dengan gemas dan membuat si empunya cemberut.

"Oh Puim, bagaimana kondisi Jing?", Gun bertanya kepada dokter wanita yang sedang menuliskan sesuatu pada kertas yang dibawa oleh suster Namtarn.

Dr. Puimek, dokter yang tadi memeriksa Jingyu menepuk pundak Gun dan tersenyum kepada pasangan itu.

"Dia hanya kelelahan. Biarkan Jing beristirahat, Att."

"Ah oke. Terima kasih Puim."

Dr. Puim tersenyum sekali lagi sebelum berlalu diikuti oleh suster Namtarn, meninggalkan kedua pasangan tersebut di dalam ruangan.

Jing segera memeluk pinggang sang dokter dengan erat. Kepalanya terbenam di dada bidang Gun. Matanya terpejam dan alisnya berkerut, menandakan bahwa wanitanya sedang memikirkan sesuatu dengan serius.

COMPOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang