Part 1 Telpon dari teman lama

53.3K 1.3K 9
                                    

Pagi ini, Yasmin sudah disibukkan dengan tugas di rumah untuk membantu uminya. Karena sebentar lagi kakaknya dari luar kota akan berkunjung bersama keluarganya. Sudah lama kakaknya tidak pulang ke kampung halamannya. Kakaknya, Melati sudah menikah dan ikut suaminya tinggal di Bangka. Sementara adik bungsunya Dahlia, masih kuliah semester empat di salah satu universitas swasta.

"Yas, kapan kamu mau nyusul kakak mu berumah tangga?" tanya Lusi, umi Yasmin.

"Nanti, Mi. Aku mau cari kerja dulu dan membahagiakan, Umi. Lagipula, aku kan belum lama lulus kuliah" jawab Yasmin.

"Sudah banyak lamaran yang ku masukkan ke beberapa perusahaan, tapi belum ada satu pun panggilan. Apa karena penampilanku, ya?" pikir Yasmin.

Ya, Yasmin adalah seorang gadis yang sederhana dengan jilbab syar'inya. Dia yakin dan percaya bahwa rezeki dari Allah tidak melihat penampilan manusia. Rezekinya juga tidak akan tertukar.

"Kok, melamun. Sudah cepat bereskan piringnya" tegur umi Lusi tersenyum.

"Iya, Mi" Yasmin hanya tersenyum kikuk lalu menyelesaikan pekerjaannya.

"Huft, umi selalu menanyakan kapan aku menikah. Padahal umurku juga baru 24 tahun. Aku belum kepikiran mau nikah. Lagian juga mau nikah dengan siapa?. Pacaran juga nggak" batin Yasmin.

Suara nada dering ponsel berbunyi di atas meja. Yasmin melihat ponselnya yang berbunyi.

"Siapa, ya, yang menelpon?. Apa salah satu perusahaan yang sudah aku masukkan lamaran kemarin, ya?" gumamnya sambil berjalan menuju meja untuk mengambil ponselnya.

"Assalamualaikum" sapa Yasmin mengangkat panggilan telpon.

"Waalaikumsalam. Apa ini benar nomor Yasmin Aprillia?" tanya suara seorang perempuan di seberang sana.

"Iya, betul. Ada apa, ya, Mba?. Mba ini siapa kalau boleh saya tahu?" ujar Yasmin balik bertanya. Karena nomor yang menelponnya adalah nomor yang tidak dia kenal.

"Ya, Allah, Yasmin!!. Kamu sudah tidak kenal dengan suaraku lagi?" seru perempuan tersebut.

"Eh, nih cewek kok balik bertanya. Siapa, ya?. Aku jadi bingung sendiri" batin Yasmin. Dia diam seribu bahasa sambil mengingat-ingat suara siapakah itu, tapi nihil. Yasmin benar-benar tidak ingat siapa perempuan itu.

"Yasmin, kamu sudah memasukkan lamaran kerja di Golden Corp, kan?" tanya perempuan itu lagi.

"Iya betul, Mba" jawab Yasmin. Dia masih bingung sambil menebak-nebak. Siapa cewek yang sedang berbicara dengannya itu?.

"Yasmin, kebetulan sekali. Sepertinya kamu benar-benar tidak ingat aku lagi. Aku Ririn, teman sebangku kamu waktu di SMA" ingat perempuan itu.

"Masya Allah!!. Ririn?. Ririn Fitria, ya?" seru Yasmin tidak percaya hingga dia mengulang lagi nama teman SMA-nya itu .

Setahu dia, itu nama temannya sewaktu di SMA. Tidak ada nama yang sama dengan nama itu. Tidak Yasmin sangka bisa berkomunikasi lagi dengan Ririn setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu. Setelah tamat SMA, mereka memang berpisah ketika melanjutkan pendidikan di universitas. Ririn melanjutkan kuliahnya di provinsi lain. Sementara Yasmin tetap di kota yang sama.

"Iya, Yas. Ini aku, Ririn Fitria" teriak Ririn senang karena ternyata Yasmin masih ingat dengannya.

"Yas, aku lihat lamaran kamu di kantor atasanku, makanya aku langsung menghubungi kamu" ujar Ririn sumringah. Dia baru saja membaca CV milik Yasmin di mejanya.

"Iya, Rin. Aku coba masukkan saja, siapa tau rezeki. Kira-kira ada lowongan untuk aku nggak?" tanya Yasmin berharap. Siapa tahu dia diterima di perusahaan besar itu.

"Kalau lowongan sesuai dengan jurusan kamu sih nggak ada, Yas. Tapi CEO perusahaan kami lagi membutuhkan sekretaris. Kamu mau nggak menjadi sekretaris?. Pekerjaannya nggak sulit, tapi menyita waktu juga" tawar Ririn sambil tertawa kecil.

"Memang sih, aku lulusan sarjana Akuntansi. Tapi nggak apa juga kali, ya, dicoba tawaran Ririn" batin Yasmin sambil memikirkan tawaran Ririn.

"Kalau kamu mau, besok langsung datang saja ke kantor. Kalau kamu diterima, nanti aku akan mengajari kamu, kan aku juga sekretaris" tawar Ririn dengan senang hati. Kalau Yasmin diterima di tempat yang sama bakalan jadi reuni, dan persahabatan mereka akan tetap berlanjut.

"Ok, Rin. Insya Allah, besok aku datang. Makasih, ya, Rin. Kamu udah memberitahu informasi ini. Semoga saja aku bisa diterima" ujar Yasmin menerima tawaran dari Ririn.

Yasmin akan mencoba tawaran Ririn. Siapa tahu rezekinya bekerja di tempat yang sama dengan Ririn.

"Sampai bertemu besok, Yas. Aku udah kangen banget sama kamu. Assalamualaikum" tutup Ririn sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam" balas Yasmin juga tersenyum bahagia.

'Ya Allah, semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan ini,' batin Yasmin berdoa.

Umi Lusi heran melihat Yasmin tampak senyam-senyum sendiri sambil melihat ponselnya.

"Ada apa, Yas?. Kayaknya senang sekali?" tanya umi Lusi.

"Barusan temen SMA aku telpon, Mi. Katanya ada lowongan di tempatnya bekerja sebagai sekretaris" jawab Yasmin.

"Lho, itu kan bukan jurusan kamu, Yas. Apa nggak susah nanti kerjanya?" tanya Umi khawatir jika Yasmin menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya.

"Nggak apa, Mi. Aku coba dulu, siapa tahu cocok. Kalau nggak cocok kan bisa resign, Mi" jawab Yasmin santai, yang penting kan dia berusaha dulu. Masalah berhasil atau tidaknya dia serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Tugasnya hanyalah berusaha, berdoa dan tawakal.

Yasmin menyimpan nomor kontak Ririn. Gadis itu kemudian masuk ke kamar untuk mencari pakaian yang akan dia kenakan besok.

"Hmm. Kalau ke perusahaan, bagusnya pakai baju apa, ya?" gumam Yasmin sambil membuka lemari pakaiannya.

Yasmin kemudian mencari rok hitam, kemeja serta blazer yang pernah dia pakai ketika praktek kerja lapangan (PKL) sewaktu kuliah dulu. Sehari-harinya, Yasmin selalu mengenakan gamis atau baju tunik. Pakaian formal seperti itu, dia hanya punya sedikit.

"Ehem. Mau ke mana, Kak?. Udah menyiapkan  pakaian begitu" tegur Dahlia mengintip Yasmin dari balik pintu kamarnya yang tidak tertutup.

"Ya, Allah, Lia. Buat Kakak kaget saja!" toleh Yasmin ke arah pintu kamar. "Baru pulang?" lanjut Yasmin bertanya.

Dahlia hanya mengangguk lalu masuk ke dalam kamar kakaknya. Gadis itu duduk di tepi ranjang sambil melihat pakaian yang Yasmin letakkan di atas ranjang.

"Mau ke mana, Kak?" ulang Dahlia bertanya kepada Yasmin.

"Besok Kakak mau datang ke perusahaan Golden Corp. Kata teman Kakak, CEO-nya lagi butuh sekretaris. Jadi Kakak mau mencobanya" jelas Yasmin.

"Sekretaris CEO?" ucap Dahlia tidak percaya. "Masa Kakak mau jadi sekretaris?. Bukannya sekretaris bos itu image-nya nggak bagus" sambung Dahlia.

"Nggak semua pekerjaan sebagai sekretaris itu jelek. Yang jelek itu oknumnya, bukan pekerjaannya" jelas Yasmin ikut duduk di samping Dahlia.

"Kak, dengar-dengar nih, banyak sekretaris yang bakal jadian dengan bosnya. Ada yang menjadi istri sah atau selingkuhannya. Cari pekerjaan lain saja, Kak" ujar Dahlia khawatir.

"Kalau bosnya masih muda dan single, nggak apa juga kali" ucap Yasmin bercanda sambil tertawa kecil.

Dahlia pun ikut tertawa. Dia yakin kakaknya bisa menjaga diri di mana pun dia bekerja.

My Bos is My Husband (Dikontrak Mangatoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang