4. TUKANG OJEK

17 4 0
                                    

"Itu motor gue. Kenapa?"

Ve menoleh kearah samping kakaknya. Ve seperti pernah melihat orang ini, tapi di- ah iya Ve ingat. Dia adalah orang yang Ve tabrak tadi siang.

Ve langsung menghampiri orang tersebut.

"Lo harus tanggung jawab!"

Rendra mengerutkan dahinya. Apa yang harus ditanggung jawabkan. "Lho, emang gue ngehamilin lo?"

Ve yang mendengar itu langsung menjitak kepala Rendra. Rendra yang mendapatkan jitakan itu pun meringis kesakitan. Karena, jitakan Ve benar-benar sakit.

"Kalau ngomong tuh disaring dulu!"
"Lo harus ganti rugi, karena udah nyebabin handphone gue kayak gini!"
Ve menunjukkan handphone nya yang sudah tak berbentuk.

"Lho urusannya ama gue apa?" Rendra semakin bingung, karena Ve menjelaskan kesalahannya setengah-setengah. "Sekarang lo jelasin semuanya. Jangan setengah-setengah."

Ve menarik nafas dalam-dalam.
"Pertama, lo 'kan yang waktu itu nyipratin genangan air ke baju gue? Ke--"

"Jadi dia yang nyebabin lo kayak gembel dek?" Arya bertanya disela-sela Ve sedang menjelaskan.

"Berisik lo kampret! Diem atau bulu kaki lo gue cabut!" ancam Ve yang membuat Arya bergidik ngeri. Arya langsung mengusap bulu kakinya.

"Kedua, lo yang nabrak gue di lorong sampe hape gue retak. Masih untung itu gue belum minta ganti rugi." Ve tetap menjelaskan sedetail-detailnya. Rendra pun hanya bersidekap dada dan memerhatikan dengan wajah datar.

"Ketiga, ini yang lebih parah. Motor lo yang sialan itu udah buat hape gue ga berbentuk. Liat nih!" Ve menyodorkan handphone nya yang sudah mati. Hanya layar hitam dan retak-retakan yang menghiasi handphone tersebut.

"Terus gue harus tanggung jawab apa?"

"Lo harus ganti hape gue. Trus lo juga harus nganter dan jemput gue."

Rendra membulatkan matanya. Mengantar? Bahkan, Mamahnya saja dia ogah untuk mengantarnya ke pasar. Dasar anak durhaka!

"Gila ngapain juga gue nganterin lo?"

"Kalo engga, gue bakal ngasih tau temen-temen kalau lo suka tidur pakai boneka!" Ve kini mengancamnya. Akibat dari bingung harus mengancam apa, akhirnya Ve terpaksa mengancam hal konyol yang sudah pasti Rendra tidak melakukannya. Mana mungkin cowok segagah dan tampan seperti Rendra suka tidur dengan boneka.

Tunggu apa tadi? Tampan? Ve sudah gila. Cowok menyebalkan seperti Rendra masih dibilang tampan.

Ve menggeleng-gelengkan kepalanya dan memukul kepalanya itu.
Engga engga! Batin Ve.

"Lo lagi dangdutan ya dek? Geleng-geleng kepala gitu. Ikutan dong. Jep ajep ajep ajep ajep," Arya ikutan menggelengkan kepala.

"Gila lo kambing!"

"Mana mungkin temen-temen pada percaya," Rendra tetap bersikukuh untuk tidak mengantar Ve seperti tukang ojek.

"Ya-ya po-pokoknya l-lo harus nganter dan jemput g-gue!" Ve menabok bibirnya. Kenapa Ve jadi gugup seperti ini.

"Gue dateng ke rumah lo jam 6 lewat 15 menit. Lo ga siap, gue ga mau jadi tukang ojek lo," Rendra melenggang pergi tanpa berpamitan. Ve pun dibuat tidak percaya. Akhirnya, Ve sekarang punya tukang ojek gratis. Ve meloncat-loncat saat berjalan ke kamarnya.

"Ini semuanya yang pada gila atau gue yang udah gila ya?" Arya bergumam lalu memasuki kamarnya.

***

FEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang