Teruntuk Nur Annisa,
di Maros Baru, Sulsel.Hey, Annisa. Semoga kamu selalu baik.
Annisa, di antara dekap fajar sampai senja memeluk---dan sebaliknya, tak jarang aku bertanya-tanya. Antara lain, mengapa setiap orang memiliki masalah?
Sebagian orang saat hatinya sakit, disayat-sayatlah lengan atau tubuh mereka. Sebagian orang saat muak dengan siapa atau apa di rumah, memilih lari sejauh mungkin. Sebagian orang saat bercinta jarak jauh, jadi penggila dan ahli sekali dalam puisi. Sebagian orang didera resah untuk hidup, tatkala belum berani menyatakan cinta kepada pujaan hati dan hanya diam-diam mengagumi. Beberapa orang saat melihat kekasihnya menderita, mengaharap agar digantikannya saja, andai bisa. Banyak orang merasa dikhianati dongeng indah keluarga, sebab tidak pernah merasakan kasih sayang ibu-ayah, apalagi harmonisnya keluarga sederhana.
Itu hanya sekelumit contoh masalah, Annisa. Kehidupan bilang, masih tak terhingga jika aku ingin menyebutkannya. Kenapa setiap yang diciptakan, punya masalah, Annisa?
Mencoba menuliskan masalah orang-orang yang kutahu---kalau tak cukup kenal, membuatku senyum malu. Ternyata bukan hanya aku atau kamu, Annisa, yang bermasalah dalam hidup ini. Maka terlalu egois jika merasa diri sendiri adalah yang paling menderita atau tersakiti.
Hey, Annisa ..., kamu masih membaca? Bagaimana kita sikapi masalah-masalah itu, Annisa? Siapa sebenarnya yang berhak bahagia?
Iyakah bahwa yang berhak bahagia adalah seorang lelaki yang menunggui perempuannya yang tak kunjung siuman selama berpuluh jam, tanpa makan? Atau dia yang menjadi muallaf supaya bisa bersatu dengan perempuannya? Apa yang berhak bahagia itu, remaja yang bekerja paruh waktu, kemudian menyumbangkan sebagian gajinya kepada anak-anak panti dan teman-teman jalanan? Apakah orang-orang dari pelbagai penjuru daerah yang bergabung dalam studi, persahabatan, dan saling peduli, yang berhak bahagia? Atau dia yang sudah pergi, yang berpesan agar kamu menjaga diri, usaha untuk selalu sehat ..., ah, dia pasti bahagia di sana, Annisa.
Semua orang punya hak bahagia, Annisa. Aku yakin itu. Entah bahagia itu kamu, aku, atau orang lain dapatkan secara cuma-cuma dari-Nya, atau harus bersusah dulu baru akhirnya bahagia.
Hak bahagia .... Ah, itu selalu berhubungan dengan kewajiban, bukan? Apakah pelanggar kewajiban---tidak membiarkan atau mengusahakan orang lain bahagia, dia punya hak berbahagia, Annisa? Aku telah tahu bahwa kamu lebih memilih sakit demi bahagianya orang-orang tercintamu, Annisa.
Ah, Annisa, aku bukan siapamu. Aku hanya sangat beruntung, mendapat kesempatan mendengar kebaikan-kebaikanmu. Kamu masih membaca, Annisa?
Sebenarnya, aku hanya ingin bilang. Bahwa di saat terpurukmu, ingat dan kenanglah, Annisa. Barangkali ada sosok-sosok tua yang sangat berperan dalam proses rumit pertumbuhanmu. Barangkali ada lelaki yang sedia dan setia mengusakan kebahagiaanmu. Barangkali ada teman-teman dan rumah yang bisa kamu anggap sebagai keluarga kedua, atau berapa pun itu. Barangkali kamu masih ingat ucapamu, ingin menjadi ibu yang seribu kali lebih baik dari ibu yang melahirkamu. Barangkali dan barangkali tersebut, semoga cukup membuatmu lebih kokoh bertahan melewati masa sebelum bahagiamu. Maka kenang semua itu, sebagai pengendali dan sumber kuatmu.
Maaf, Nur Annisa.
Jatim, 18 Mei 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Event Surat Jujur
De TodoKumpulan surat jujur member Kuy, Write! Indonesia. Selamat membaca. Selamat menyelami renjana yang berusaha mereka ungkapkan. Nama pengirim dirahasiakan