Hingga tak sadar aku terlelap.
"Mbak?"
Aku merasakan ada yang mengguncang guncang bahuku. Dan ada suara yang memanggil ku. Sedikit mata ku terbuka perlahan
Dan pemandangan yang kudapatkan aku masih berada di taman ini, sorot senja sudah meredup. Berapa lama aku terlelap disini, padalah tadi masih kudapati sore yang remang
Setelah mengumpulkan nyawa, aku mencopot earphone ku dan menoleh.Aku terkejut, di sampingku ada seorang anak laki-laki sedang tersenyum
"Maaf ya mbak, saya tadi mbangunin mbak" , katanya sambil menatap ke arah ku
Aku masih terdiam
"Soalnya taman udah sepi, ini juga udah sore banget. Saya kira mbak lagi nunggu orang tapi saya lihat nggak ada yang dateng, terus saya samperin embak aja"
Aku masih belum berani berkata-kata karena dia orang asing. Dan Aku masih berkelut dengan pikiran ku
"Mbak, ndhak apa kan?" Tanya nya lagi
Akhirnya aku menoleh.
Kulihat dia sedang memegang bungkusan kantong plastik kecil yang aku tak tahu isinya apa.Aku menatap kantong plastik itu. Ah lapar, mungkin karena aku tadi belum makan siang.
Aku masih ingin disini, suasanya tenang. Dan seperti menyatu dengan alam. Entah aku masih malas untuk kembali ke rumah dan mungkin aku sudah berkelut dengan buku-buku ku.
Ya, selain itu mungkin aktivitas lainnya bisa dihitung berapa kali aku melakukannya, biarlah bude mungkin sedang menungguku.
"Mbak?"
Aku sedikit tersentak.
"Iya mas nggak apa, maaf ya mas" , jawabku
"Saya yang minta maaf mba udah ganggu mbak nya" , jawabnya sambil tersenyum
Aku hanya mengangguk
Aku mengambil Hp dan melihat jam
17.00
Selama itu kah aku disini. Aku ingin mencari makanan karena aku lapar, di taman ini sepertinya sepi dari para penjual kaki limaAku bingung, apakah aku harus meminta laki-laki di samping ku ini untuk menunjukkan dimana penjual makanan atau mungkin aku pulang sekarang dan makan malam di rumah.
Dia masih duduk di samping ku sambil menatap ke depan, aku agak tak nyaman sebenarnya saat dia duduk di samping ku.
Baiklah, aku akan mencoba untuk bertanya padanya
"Mmas, maaf mau tanya di dekat sini penjual makanan itu di mana ya?" Tanya ku agak sedikit ragu.
Dia menoleh"disini nggak ada yang dekat mbak, soalnya taman ini emang di jaga dari penjual kaki lima" jawabnya
Aku mengangguk. Bingung"Mbak?" Dia memanggil ku
Aku menoleh
"Kalau mbak nya mau saya ada martabak" dia menawari ku dengan semangat.
Dan tersenyum
Tak ada salahnya kan, mungkin disini aku bisa belajar membuka diri. Karena ini bukanlah ibukota.Mungkin aku akan mudah berbaur dengan masyarakat sekitar
Dia membuka bungkusan plastik, dan ya ada martabak coklat. Masih hangat sepertinya."Silahkan mbak" tawar nya
Aku mengangguk, ragu. Aku mengambil satu potong dan memakannya. Ya, tidak terlalu buruk. Aku lega, semoga kemungkinan buruk tak menghantui"Mbak nya kenapa belum pulang?" Tanya nya
Aku berhenti mengunyah martabak
"Eh, maaf mbak saya nggak maksud pengen tau urusan mba. Emm silahkan di lanjut makannya mba" dia tersenyum
"Nggak apa mas, makasih ya" jawabku
Dan akhirnya kuputuskan untuk bertanya"Kalau Mas sendiri?"
Dia menatap ke depan"Nggak papa mbak, saya nggak suka lama-lama di rumah" jawabnya
Aku menoleh
Aku memang tak berhak tahu apapun alasannya."Saya Nathan mbak, kalau mbak nya?" Tanya nya
Sudah tiga kali. Dika,Diva, dan mungkin Nathan. Yang Memperkenalkan dirinya dengan ku. Tuhan baik sangat baik padaku, kadang aku memang tidak pernah melihat apapun itu, aku bersyukur. Mungkin benar pelangi sesudah hujan tak pasti namun mentari sesudah hujan bukanlah alibi.
"Rasya" jawabku
"Mba Masih SMA?" Tanya nya lagi
Aku menganggukEntah mengapa aku merasa berbeda. Walaupun dia orang asing mungkin, tapi aku tak merasa terlalu khawatir dengan semua ini. Kalau di lihat dia sepertinya seumuran dengan ku
"Mas juga masih SMA?"
"Saya enggak mba" jawabnya
Tidak dalam artian apapun itu aku berusaha untuk ber positif dalam menyimpulkan nya
Dia tersenyum.
Aku pun bangkit dari duduk ku dan berniat untuk pulang."Mba mau pulang?" Tanya nya lagi
Aku mengangguk"Makasih mas martabak nya" aku tersenyum
"Sama-sama mba,emm saya antar pulang gimana?"
Aku berhenti berjalan
"Nggak Usah mas, saya tahu jalan nya kok.""Ini udah malam mba, mungkin saya bisa diajak ngobrol waktu di jalan nanti" jawabnya sambil tersenyum
Aku diam dan akhirnya mengangguk"Mbak nya bukan orang Jogja asli ya?" Dia yang memulai pembicaraan saat kita berjalan.
Aku berjalan di depannya
Aku mengangguk
"iya, saya pindah disini masuk SMA ini"Dia ber Oh ria
Angin malam sejuk, tidak terlalu bising. Lampu jalanan yang indah"Mbak suka yang hijau-hijau ya?"
Aku menoleh menatap nya"Hijau?"
"Mbak, suka ke taman mungkin?" Tebaknya
Aku terkekeh "iya"
Tak terasa dia mengantar ku sampai pertigaan jalan masuk ke dalam desa
Walaupun hanya banyak keheningan di antara kita tetapi dia sesekali bertanya kepada ku."Sampai sini saja, makasih mas"
Dia sedikit kaget karena aku berkata tiba-tiba"Eh, oh iya mbak maaf nggak fokus. Iya sama-sama"
"Panggil aja Rasya. Kayaknya kita seumuran juga" jawabku
Dia mengangguk"Saya pamit dulu ,Rrasya?"
Aku tersenyum "iya , makasih mas. Maaf ngerepotin dan hati-hati"
Dia tersenyum lagi"Mbak, jangan bosan-bosan main ke taman lagi ya. Oiya Saya pamit,selamat malam"