Part : 3

11 3 0
                                    

Author pov

Sekarang sudah pukul 5 sore. Alden menepati janjinya mengajak lia ke lapangan kosong yang bagi lia sangat mengganggu itu. Kini alden dan lia tengah berjalan menuju lapangan yang tak jauh dari tempat tinggal mereka.

"Cepat sedikit jalannya lia" ucap alden dengan sifat semangatnya.

Lia hanya memutar bola mata malas dan tetap saja berjalan lambat. Entah kenapa, lia selalu tak bersemangat jika bersama alden. Bagi lia, alden itu anak yang menjengkelkan, berisik, dam sangat mengganggu. Karna tak sabar, alden segera menarik tangan lia agar berjalan lebih cepat. Ia sudah tak sabar menuju lapangan itu.

"Kau makan apa sih? Kenapa selalu bersemangat?" Ucap lia kesal sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan alden.

"Aku makan api" ucapnya lalu terkekeh pelan. Ia tetap berlari kecil dengan menggenggam tangan lia.

Langkah mereka terhenti. Kini mereka sudah berada dilapangan kosong itu. Lia merinding lagi. Segera ia merapatkan tubuhnya pada alden. Berbeda dengan lia, alden malah tampak senang, dan matanya berbinar melihat lapangan kosong yang hanya ditanami satu pohon itu.

"Ayo lia, kita kesana" ucap alden dengan menunjuk satu-satunya pohon yang ada di lapangan itu.

Lia tampak menelan ludahnya kasar. Ia mengumpulkan keberanian yang ada pada dirinya. Kemudian berjalan bersama alden mendekat kearah pohon. Pohon itu tampak sangat kelam dipenglihatan lia.

"Dia siapa?" Tanya lia saat melihat seorang anak remaja berumur sekitar lima belas tahun duduk didahan yang cukup besar dipohon itu. Wajah anak remaja itu sangat pujat, dan terdapat bekas luka pada wajahnya.

"Sudah ku duga, kau juga bisa melihat 'dia' " ucap alden dengan senyum manisnya.

Lia dan alden kembali menoleh ke dahan yang tadi ada anak remaja, namun, kemana anak itu? Lia heran, padahal baru sebentar ia mengalihkan pandangannya dari dahan itu. Sedangkan alden, ia tampak santai menanggapi hal itu.

"Hello" tiba-tiba sebuah suara yang agak berat yang asal suaranya sudah berada dibelakang lia.

Lia menoleh kearah anak remaja yang baginya sangat tinggi. Alden pun ikut menoleh. Remaja yang tadinya di dahan pohon, kini sudah berada dihadapan mereka berdua. Alden tersenyum melihat remaja itu. Sedangkan lia menatap heran.

"Kakak siapa?" Tanya lia bingung. Alden hanya diam menatap lia.

"Aku sekarang adalah temanmu." Ucapnya dengam tersenyum yang bagi lia mengerikan. Ada bekas luka sayatan dibibir kakak itu, pikir lia.

"Lia bertanya, nama kakak siapa" ucap alden dengan tatapan sedikit kesal karna ia tak menjawab pertanyaan lia dengan benar. Namun, anak remaja berwajah khas anak belanda itu, mengabaikan ucapan alden. Matanya yang coklat menatap lia dengan lama.

"Bisa kakak beritahu nama kakak siapa?" Tanya lia lebih sopan.Si anak remaja itupun menundukkan kepala nya dan mendekatkan wajahnya kepada lia.

"Dehaan andrianus" ucapnya lalu tersenyum mengerikan. Perlahan ia kembali berdiri tegap.

*****

Lia pov

Aku kini tengah berjalan menuju rumah bersama alden. Tidak, bukan hanya bersama alden, juga bersama kak dehaan. Ada yang berbeda dengan kak dehaan ini. Aku tau, dia bukanlah manusia. Dia......hantu.

"Lia, aku pulang dulu. Daah..!" Suara Alden mengejutkan ku dari lamunan ku. Aku hanya mengangguk menanggapinya.

Alden kemudian masuk kedalam rumahnya. Aku hanya melanjutkan jalanku. Rumahku dan rumah alden hanya terpisah satu rumah kosong. Tak lama akupun masuk kedalam rumahku.

"Aku pulang" ucapku dan memasuki rumah. Tapi, kak dehaan juga masuk kedalam rumah mengekoriku.

"Kakak kenapa ikut masuk. Inikan rumahku" ucapku dengan mendongakkan kepalaku. Karna memang kak dehaan ini sangat tinggi dibanding denganku.

"Mulai hari ini, aku adalah temanmu lia....!" Ucapnya berbisik kepadaku.

Part kali ini pendek aja ya, soalnya, part ini menceritakan bagaimana si lia ketemu sama teman hantunya.

Dehaan Andrianus

Dehaan Andrianus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dehaan dan lia

Tbc vote dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc vote dan komen

NEGENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang