7. Gosip tak sedap

11.1K 784 3
                                    

Hari ini di kantor ada dua manusia yang hatinya sedang berbunga-bunga. Zaidan dan Zhafira. Walaupun begitu mereka di kantor tetap profesional.

“Gmana nih perkembangannya, kok ka Arin ga tau ya” goda Arin mendekati Zhafira.

“Ih ka Arin apaan sih” Zhafira tersipu malu.

“Udah sejauh mana ya kelanjutannya cowok yang minta nomor kontak seorang Zhafira yang cuek dan ga peduli tentang cowok itu” lanjut Arin.

Zhafira baru mengerti ternyata Zaidan mendapatkan nomor kontaknya dari  Arin, kenapa dia baru menyadarinya.

“Katanya mau serius ka, jadi Zha suruh aja langsung menemui orang tua Zha”

“Ish to the point banget ni anak”

“Zha ga mau pacaran ka” Ya Arin tau Zhafira memegang prinsip pacaran setelah nikah.

“Kamu kapan mau dikenalin Zaidan ke orang tuanya”

“Ga tau” Zhafira  menganggkat bahunya.

“Zha, Zaidan itu banyak yang naksir lho. Kamu harus percaya sama dia. Kalau cewek-cewek di luar sana pada tau kalau Zaidan suka sama kamu. Ihh pasti pada patah hati berjamaah” Arin tertawa.

“Ah..ka Arin lebay” tepis Zhafira.

Dia tahu Zaidan emang tampan dilihat dari sudut manapun dia ga bisa pungkiri pria itu memang perfect. Badan tinggi atletis, kalau lagi berjalan bak foto model. Hah cewek mana yang ga berkedip melihatnya kalau lagi lewat.

“Zha, siap-siap stok vitamin cemburu ya” goda Arin lagi.

“Ihh kak Arin” ingin rasanya melempar ka Arin dengan setumpuk dokumen di dekatnya. Tapi ups dia masih waras Arin itu atasannya. Arin tertawa meninggalkan Zhafira. Sementara itu Zhafira berjalan menuju toilet.

“Siapa ya perempuan berjilbab yang selalu bersama pak Zaidan itu” Tanya perempuan berambut sebahu merapikan make upnya di depan kaca kamar mandi.

“Ga tau, cantik juga enggak pede banget ya deketin Pak Zaidan” lanjut perempuan disebelahnya betulin jilbab pendeknya.

“Ngga malu apa sama jilbab panjangnya. Ih jilbab aja panjang tapi kelakuan ga beda dengan kita. Ya ngga” lanjut perempuan berambut pendek.

“He..eh” yang satunya lagi mengiyakan.

Zhafira yang sedari tadi di dalam toilet mendengarkan percakapan dua perempuan tersebut dan terpaksa mengurung diri di dalam toilet.

Zhafira hanya mengurut dada yang terasa sesak bahwa perempuan yang dimaksud mereka adalah dirinya. Setelah kedua perempuan tersebut keluar dari kamar mandi, Zhafira pun keluar dari toilet.

Tak terasa air matanya menetes mengingat pendapat orang terhadapnya. Padahal sedikitpun dia tidak ada niat sama sekali untuk mendekati Zaidan, semua pertemuan mereka di kantor hanya kebetulan saja. Zhafira segera menghapus airmatanya dan kembali berjalan menuju kantor.

Zhafira POV

Sesampai di rumah aku langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur. Masih terasa sakit mendengar gunjingan orang terhadapku. Aku menangis.

Ya Allah,aku tidak mau ini menjadi fitnah. Aku harus bagaimana. Ketika di kantin Kak Zaidan selalu menghampiriku walaupun kami tidak banyak bicara, ternyata menjadi gosip murahan bagi pegawai lain. Aku mengambil gawaiku dan mengirim sms ke kak Zaidan untuk menghilangkan fitnah ini.

“Assalamualaikum. Kak Zaidan sebelumnya Zha minta maaf, tolong kalau di kantin tidak usah duduk satu meja dengan Zha dan tidak usah lagi mengantar Zha pulang kerja. Zha lebih baik naik ojek saja. Wassalamualaikum." Send.

Lama belum ada balasan. Belum ada kejelasan kapan dia mau menemui orang tuaku. Katanya serius tapi udah satu minggu sejak di cafe itu ga ada kabar juga. Apa aku hanya dipermainkan saja.

Aku tidak mau menjadi fitnah, disini posisinya aku yang dirugikan seolah-olah aku yang mengejarnya. Huh enak saja, meskipun dia ganteng aku juga masih punya harga diri.

Tiba-tiba gawaiku berbunyi ku lihat di layar tertulis nama Zaidan. Ku jauhkan gawaiku dari tempat tidur. Aku males bicara dengannya. Entah kenapa perasaanku jadi kacau begini.

Zaidan POV

Selesai mandi rasanya seger banget. Sepertinya tadi aku mendengar ada bunyi sms. Ku ambil gawaiku. Betapa terkejutnya aku membaca sms dari Zhafira.

“Assalamualaikum. Ka Zaidan sebelumnya Zha minta maaf, tolong kalau di kantin tidak usah duduk satu meja dengan Zha dan tidak usah lagi mengantar Zha pulang kerja. Zha lebih baik naik ojek saja. Wassalamualaikum"

Ya Tuhan apa maksudnya!! Kenapa tiba-tiba dia sms seperti ini. Langsung saja ku telpon untuk meminta penjelasan darinya. Tapi ngga diangkat juga.

Aarrrgh ku hempas gawaiku di atas tempat tidur.  Sudah berapa kali ku coba telpon tapi ngga diangkat juga. Sebenarnya apa salahku sampai kamu harus sms seperti itu Zha.

To Zhafira
“Zha,tolong angkat telpon kakak. Apa maksud kamu sms seperti itu”
Send.

Sampai keesokan hari pun sms dari ku juga tidak dibalasnya. Aku memegang kepalaku frustasi. Di kantor pun kosentrasiku buyar memikirkan sikap Zhafira akhir-akhir ini. Kelihatan banget kalau di kantor dia menghindariku. Gimana tidak, ketika aku ada di dalam lift dan melihatku, dia ngga jadi masuk dan memilih lewat tangga darurat. 

Di  kantin pun ngga pernah terlihat lagi. Kata kak Arin dia bawa bekal dari rumah. Tuh keliatan bangetkan kalau lagi menghindar ngga mau ketemu. Anak kost sok bontot segala, lagian ngga mungkin juga kan mau ngirit.

Emang bener kata orang sikap cewek tuh susah ditebak apa maunya kalau ngga ditanya langsung. Dia ngga tau apa kalau aku kangen banget ingin ketemu...aku memajamkan mata karena kepalaku mulai pusing. Mencoba cari jalan keluar. Karena akhir tahun begini kerjaan numpuk dan ditambah masalah ini rasanya kepala mau pecah.

Continue

PNS in Love √ (Complete) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang