13. Indahnya pacaran setelah menikah

13.1K 788 5
                                    

Waktu cuti bentar lagi selesai, Zaidan mengajak Zhafira ke rumah temannya Edo yang baru punya baby sekalian makan di luar, Zaidan sudah menyiapkan mobilnya.

“Kalian mau kemana?” tanya mama Zaidan melihat anaknya udah rapi begitu.

“Mau lihat anak Edo ma, kemaren istrinya baru lahiran”

“Oya, cewek apa cowok” tanya mama.

“Cowok, ma. Oya sekalian mau beli kado dulu”

Zaidan melihat istrinya sudah turun dari tangga memakai gamis dan jilbab berwarna orange soft, manis sekali udah kayak jeruk aja ingin dimakan.

“Maaf ya kak udah lama nunggu” ujar Zafira tersenyum.

“Harus biasa ini kayaknya, soalnya yang ditunggu tuan putri” ledek Zaidan.

Zhafira cemberut mendengar komentar suaminya. Mama mertuanya hanya tersenyum geli.

“Ma, kami pergi dulu ya. Assalamualaikum” pamit Zaidan dan Zhafira.

“Waalaikumsalam”

“Silahkan tuan putri dari kerajaan antah berantah” goda Zaidan lagi membukakan mobil untuk istrinya.

Zhafira hanya menekuk wajahnya sebel digoda oleh suaminya sambil masuk  ke dalam mobil.

“Kok cemberut aja Yang?” Zaidan menjalankan mobilnya sambil melirik istrinya.

Zhafira baru tau kalau suaminya suka berguyon juga, tapi entah kenapa dia kesal aja dengan Zaidan hari ini.

“Aduh kayaknya bakalan hujan nih, soalnya dari tadi ada yang ngga senyum-senyum” dilihatnya Zhafira mengulum senyum mendengar kalimat Zaidan yang lebai cuaca panas begini masa mau hujan.

“Nah gitu dong senyum” Zaidan mencolek dagu Zhafira.

“Kita mau kemana kak?” tanya Zhafira melihat Zaidan memarkir mobilnya di Grande swalayan.

“Mau cari kado dulu untuk anak Edo, nanti adek yang pilih ya. Anaknya cowok”

Zhafira mengangguk setuju.
------------------

Setelah mendapatkan kado yang bagus untuk anak Edo, Zaidan langsung meluncur ke rumah sahabatnya. Istri dan anak Edo sudah ada di rumah karena melahirkan dengan normal.

“Dan, sorry banget ga hadir di resepsimu. Istriku lagi sakit-sakitnya nunggu lahiran” ujar Edo sedih karena ngga bisa menghadiri pernikahan sahabatnya.

“Ngga apa Do, yang penting kadonya sampe haha” canda Zaidan.

Ya Edo hanya menitip amplop saja yang lumayan besar untuk sahabat SMAnya itu.

“Eh, kamu udah buat adek bayi kan?” goda Edo menyikut lengan Zaidan.

“Udah lah, tiap malam buat” ledek Zaidan.

“Hahahaha” tawa edo lepas. Zhafira dan Elin istri Edo menoleh ke arah suami mereka.

“Sssst” Elin meletakkan jari telunjuknya di bibir melihat suaminya tertawa terbahak-bahak.

“Namanya siapa mba?” tanya Zhafira gemes melihat anak Edo yang chubby banget. Gimana ga Chubby beratnya aja 3,7kg.

“Zein Ahmad Farez, tante” jawab Elin.

“Mereka ngobrolin apa ya mba sampe heboh kayak gitu?”selidik Zhafira.

“Biasalah Zha, kalau sahabat lama baru ketemu. Ya gitu deh..heboh” jelas Elin geleng-geleng.

Setelah cukup lama bersilaturahmi, Zaidan dan Zhafira pamit. “Makasih tante zha dan Om Zaidan kadonya” ucap Elin.

“Iya mba sama-sama,kami pamit pulang ya mba”

“Sering-sering main kesini Dan”  Edo menjabat tangan Zaidan.

“Ngga, ah ntar aku kesini lo lagi sibuk gantiin pampers” ledek Zaidan terkekeh.

“Sialan lo” Edo menonjok lengan Zaidan. Zhafira dan Elin tersenyum geli melihat suami mereka.
----------------

“Anak kak Edo lucu banget ya kak?” gumam Zhafira di dalam mobil.

“He..eh..kamu mau?” lirik Zaidan.

“Ya maulah punya anak chubby banget kayak baby Zein” Zhafira tersenyum gemes mengingat wajah chubby baby Zein.

“Kalau gitu ntar malem kita buat ya” Zaidan berbisik mendekatkan bibirnya ke telinga Zhafira.

“Ihh...genit banget” teriak Zhafira mendorong Zaidan.

“Eh dek, jangan dorong kayak gitu, kakak lagi nyetir ini” sungut Zaidan.

“Abis kakak kok ngomong kayak gitu sih” ujar Zhafira merona.

“Ngomong kayak gimana dek” Zaidan bingung. “Kalau ngomong sama istri sendiri kayak gitu kan halal dek, beda kalau kakak bukan ngomong sama istri sendiri, baru pake teriak kayak adek tadi”

“Ups, lupa kalau kita udah nikah ya kak” Zhafira menutup mulutnya.

Zaidan mengusap gemes kepala Zhafira yang tertutup jilbab.

“Zha keinget naik mobil kaka setelah pulang dari cafe Kayla” lanjut Zhafira tersenyum malu.

Zaidan menarik tangan Zhafira dan menggenggamnya erat. Zhafira merasakan tangannya hangat dalam genggaman suaminya.

“Sekarang kita pacaran Yang, tapi udah halal pegangan kayak gini” ucap Zaidan.“Kita makan di Papi Frank dulu dek, baru pulang” ajak  Zaidan memarkir mobilnya di depan Cafe Papi Frank.

“Lho, ngga makan di rumah aja kak. Nanti mama marah masakannya ngga dimakan” ingat Zhafira.

“Kakak udah ngabari mama kok dek kalau kita makan di luar” Zaidan mencubit pipi istrinya gemes.

“Apaan sih ka, malu dilihat orang”

“Ngapain malu istri sendiri juga” balas Zaidan cuek mengajak Zhafira masuk.

Mereka mengambil posisi meja dekat jendela kaca sehingga bisa melihat pemandangan di luar.

“Dek, kamu  ingat ga pertama kali kita ketemu” Zaidan menggenggam tangan Zhafira mesra. Zhafira menopang dagu dengan tangan kanannya tersenyum manis.

“Kapan ya? waktu di Mushola bukan, yang dikenalin ka Arin” ingat Zhafira.

“Mmm..bukan itu” Zaidan menggeleng kepalanya. “Waktu naik lift, adek mau nekan tombol lantai 3 kakak juga. hampir tangan kita bersentuhan. Ingat ngga?”

“Oh..iya...tapi...Zha ngga tau kalau itu kak Zaidan” Zhafira nyengir.

“Gimana mau tau kalau adek nunduk aja dari masuk sampai keluar lift. Padahal ada cowok tampan seantero pemkot lagi disampingnya” Zaidan cemberut. Zhafira terkekeh melihat suaminya manyun.

“Kalau inget kejadian itu, sumpah kak Zha deg-degan banget waktu itu. Karena di dalam lift berdua aja dengan cowok. Makanya Zha nunduk aja sambil bedoa, semoga tuh cowok ngga gangguin Zha” ujar Zha tertawa kecil.

“Ooo jadi adek kira kakak suka godain cewek yaa” Zaidan mencubit lembut hidung istrinya.

“Udah kak buruan makannya, bentar lagi masuk waktu Dzuhur” Zhafira masih tersenyum mengingat kejadian pertemuan pertama mereka di lift.

Continue

PNS in Love √ (Complete) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang