prologue.

23 3 4
                                    

Matanya menatap kosong, namun juga pekat. Begitulah cara gadis beriris mata coklat itu menatap televisi di hadapannya yang memutar acara Generasi Bakat.

Enggan mengingat, enggan memahami perasaannya, membuatnya menekan tombol off pada remote TV-nya sambil mengalihkan pandangan pada jendela besar disamping kanannya.

Perlahan, air mata membasahi pipinya, disusul dengan isak tangis yang ditahan untuk lolos dari mulutnya yang bergetar.

Namun, semakin ditahan rasanya semakin dalam, semakin sakit, semakin teringat. Isak tangis yang tak bisa lagi ditahan, mulai lolos satu persatu dari mulutnya. Jari-jari tangannya mulai mengepal, semakin lama semakin kuat kepalannya. Begitu juga juga isak tangisnya.

Hingga sampai dititik dimana ia tak tahan lagi, ia melepas paksa alat bantu dengarnya dan melemparnya ke sembarang arah dengan pekikannya.

Sang Ibu, yang menyadari bahwa anak gadisnya mengisak tangis, langsung berlari dan memeluknya. Ibunya yang tahu betul bagaimana perasan anak gadisnya, tak berani mengucap kata selain "Tenang, Natta," Ia hanya mendekap erat anaknya yang terisak semakin kencang, tentunya dengan pipi yang basah karna air mata.

Renatta Zoya. Sebuah nama yang kehilangan mimpinya karna pilihan kecil yang "ceroboh" satu tahun yang lalu. Sebuah nama yang telah 8 tahun lamanya menyusun mimpi besar untuk hidupnya. Sebuah nama juga, yang sedang dibawa bangkit menaiki "melody tertinggi" oleh pemanisnya.

Bagai kehilangan semangat hidup, keceriannya seketika tertutup kegelapan yang ada pada dirinya. Kini, ia terlihat..

Suram.

Namun sekali lagi, pemanisnya siap untuk menjadi pembawa cahaya yang selalu berdiri disamping gadisnya. Gadis yang dipertahankan untuk selalu berada di "melody tertinggi".

: : :

Enam bulan berlalu, kecerian yang hilang mulai kembali pada pemiliknya. Bukan tanpa alasan, mereka kembali karna sekolah barunya yang mengantar mereka. Namun,

PRANGGG!!!

Sebuah bola yang berasal dari lapangan yang berada di samping rumahnya itu memecahkan kesunyian damai sore itu bagi Renatta.

Renatta tidak berteriak melotot karna kaget setengah mati dan menutup mulutnya dengan rapat. Kekeselan mulai terundang datang pada diri Renatta.

Namun, belum sempat ia mengaung dengan amarahnya keluar jendela, mamanya sudah mendahuluinya. Ia kalah cepat dengan yang namanya "amarah emak."

"ASTAGFIRULLAH, NAON ETA TEH??!!!" ("ASTAGFIRULLAH, APA ITU??!!!") teriak Mama Renatta bersamaan dengan Renatta yang meringis menahan tawa. Mama Renatta dan Reihan, Adiknya Renatta, langsung berlari ke lantai atas untuk melihat apa yang terjadi, dan mereka berdua mendapati Renatta dengan amarahnya yang hampir meledak.

Tanpa aba aba, mama Renatta langsung melihat keluar dan mendapati 4 orang anak laki laki seumuran Renatta. Disusul dengan Renatta dan Reihan dengan perasaan penasaran. Penasaran terhadap bagaimana muka-muka pembuat onar itu saat diberi "raungan amarah nyonya Mega."

Kaca jendelanya memang tidak pecah, namun Mama terus memarahi keempat anak laki-laki itu. Dua diantara anak laki laki itu berteriak dan menunjuk sambil menyebut nama Dhefan, nama anak laki-laki yang menendang bolanya tadi. Dengan garang Renatta menatap anak laki laki bernama Dhefan itu.

Keempat anak anak itu terus meminta maaf pada Mama Renatta walaupun hanya Dhefan yang salah.

Renatta dan Reihan ingin tertawa karna melihat mereka terus diamuk oleh Mamanya. Mama Renatta sudah puas memarahi keempat anak laki laki itu dan kembali ke lantai bawah untuk melanjutkan aktivitasnya. Reihan juga kembali ke bawah, tapi tak lupa dengan ucapan kasihnya,

"Bye babiku, aku balik ya."

Tak ingin memperpanjang masalah, Renatta tak membalasnya dengan omongan tapi dengan pengusiran dari kamarnya.

Sekali lagi, Renatta melihat ke luar jendela untuk memastikan, apakah anak anak yang tadi masih bermain disana atau tidak. Dan Renatta pun mendapati keempat anak anak itu sedang bermain bola dengan cerianya seolah tadi tidak terjadi apa apa.

Namun, tak hanya itu yang Renatta dapat. Renatta juga mendapati seorang anak laki laki menatap dirinya dan meminta maaf untuk sekali lagi, tak lupa dengan senyumannya.

"Maaf ya,"

Anak laki laki itu bernama Leon. Leon Geordado, yang ternyata cucu dari pemilik sekolah Renatta yang sekarang. Yang tentunya ia mengetahui itu setelah melakukan penelitian serius dengan sahabat karibnya, Bella Brianna.

an.
Haii! Jangan lupa vote dan comment ya! Sebenernya ini cerita kedua aku, cuman yang kesatu aku unpublish hehe
Semoga suka ya ceritanya!

See u!🌻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

seventeen melodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang