003

48 6 0
                                    

Tertunduk sambil memeluk foto sang Umma itu yg sekarang Sehun lakukan saat berada di pemakaman sendirian tanpa seorangpun yg berusaha menenangkanya.

Bercak bercak air mata yg telah kering menandakan semalaman Sehun terus menangis sampai menimbulkan warna hitam di kelopak matanya.

"Umma... Apa kau sudah bahagia di sana? Apa Umma dan Appa sudah bertemu?."

"Ah mungkin kalian sedang tertawa bahagia di sana, Umma Appa kenapa tak mengajak Sehun juga?."

"Kenapa kalian tak membagi rasa sakit kalian agar kita bisa pergi bersama..."

"Sekarang apa yg harus aku lakukan? Hiks hiks aku memang manusia tak berguna..."

Sejak tadi Sehun terus berbicara sendiri sambil sesekali terisak walaupun tak ada lagi air mata yang keluar.

Bahkan saat hari hampir menjelang malam ia masih setia menemani Ummanya.

"Sehun..." panggil seorang wanita paruh baya yg berpakaian serba putih.

"Umma apa itu Umma? Umma bukankah kau..."

"Sehun pulang lah nak jangan di sini ,di sini udaranya dingin."

"Umma benarkah itu kau bukankah kau sudah..."

"Meninggal? Yg meninggal itu cuma ragaku tapi sebenarnya Umma masih hidup dan akan selalu di samping Sehun."

"Umma hiks hiks tapi kenapa Umma pergi secepat ini."

"Supaya kau tidak terus menerus terjebak karena merawat Umma, sekarang Sehun harus mencari kehidupan yg lebih baik buat Umma bangga karena memiliki anak seperti Sehun Ne~."

"Hem aku akan berusaha membuat bangga Umma dan Appa."

"Sekarang telah tiba waktunya Umma pergi Sehun."

"Umma~ umma mau kemana jangan pergi Umma~."

"Umma akan selalu ada di dalam hatimu Nak."

.
.
.

"UMMA~ " Sehun bangun dengan nafas yg terengah engah dan juga kerigat dingin yg mengalis di pelipisnya.

"Nak kau sudah sadar..." tanya seorang lelaki paruh baya sambil menyodorkan segelas air ke Sehun.

"Minumlah air ini , sekarang katakan kenapa kau seperti ketakutan begitu hem.."

"Trimakasih [meminum air] aku bermimpi buruk, paman aku dimana sekarang?." mengedarkan pandanganya ke ruangan berdinding kayu itu.

"Kau sedang berada di rumahku tadi saat aku lewat aku menemukanmu pingsan di pemakaman  , memang kau sedang menunggu makam siapa nak?."

"Ummaku...hiks hiks paman aku sudah tidak punya siapa² di dunia ini ."

"Jangan menangis aku juga hidup sendiri, sekarang katakan siapa namamu nak."

"Namaku Sehun.. Oh Sehun."

"Jadi Sehun dimana rumahmu biar aku antar kau pulang, atau kau mau menginap saja lagi pula ini sudah malam."

"Tidak usah biar aku pulang sendiri saja paman, sekali lagi terima kasih.."

"Berkunjunglah kalau kau sempat ne~."

"Akan aku usahakan, sekali lagi terima kasih telah menolongku paman sampai jumpa." Sehun membungkuk memberi hormat kepada paman.

Jam yg melingkar di tangan Sehun telah menunjukan pukul 9 malam,
Dengan cepat ia menuju ke halte untuk menunggu Bus malam.

"Kenapa tidak ada bus yg lewat padahal ini sudah waktunya...

• Open your heart • 🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang