"Jodoh emang nggak kemana, tapi saingan dimana-mana."
-Alvaro Kalandra-
***
Dengan kasar, Aksa melepas genggaman tangan Alvaro pada Della. Menatap tajam Alvaro, kemudian menarik tangan Della dan pergi dari sana.
Della yang tidak paham dengan apa yang terjadi, hanya diam mengikuti gerakan Aksa yang memakaikannya helm dan menyuruhnya naik keatas motor. Aksa menyalahkan motornya, menjalankan tanpa mengucap apapun.
"Sa, kamu kok tadi kasar banget sih sama dia." Della menatap Aksa dari kaca spion motor.
"Dia kakak kelas loh Sa, kamu gak takut?" lanjut Della.
Aksa melirik sekilas pantulan Della pada kaca spion, menjawab "Enggak." Dengan nada ketus khas dirinya.
"Padahal kalo kamu gak marah-marah kaya tadi, dia bisa jadi teman pertama aku di Sekolah." Della memajukan sedikit bibirnya.
Aksa menatap pantulan Della sebentar, lalu menepikan motornya di depan sebuah gang kecil. Membuat Della refleks turun dari motornya diikuti Aksa. Kemudian Aksa berjalan mendahului Della masuk ke dalam gang kecil tersebut.
Della yang tidak tahu kemana Aksa akan membawanya, mengikuti dengan menyeimbangi langkah panjang Aksa. Banyak pertanyaan muncul di kepalanya. Namun, Della memilih tidak bertanya karena Della yakin Aksa akan mengabaikan pertanyaannya.
Della mengedarkan pandangannya. Gang ini sangat sepi, ditambah hari yang mulai gelap membuat Gang kecil yang hanya di sinari lampu remang-remang ini terlihat sedikit menyeramkan. Della berusaha bersikap setenang mungkin. Karena ia tahu, Aksa juga pasti sedang menahan rasa takutannya.
Della menghela nafas lega saat keduanya sampai di ujung gang. Kemudian ia tersenyum lebar setelah menyadari kemana Aksa membawanya pergi.
"Huaaaa.. Jadi kamu ajak aku ke pasar malam Sa?" Della melompat-lompat kecil seperti anak kecil yang diberi mainan. Hal yang membuat Aksa jadi gemas sendiri melihatnya.
Tak ingin berlama-lama, Aksa menarik tangan Della dengan pelan. Membawanya masuk ke dalam pasar malam tersebut.
Mengajak Della sama dengan mengajak anak kecil. Aksa harus siap jika sewaktu-waktu Della minta dibelikan permen kapas, es krim, atau boneka beruang yang besar.
Benar saja, belum lama mereka berkeliling, Della menarik-narik ujung kausnya sambil menunjuk gerobak kecil berwarna biru yang menjual es krim.
Setelah membeli es krim, Della mengajak Aksa untuk memasuki Rumah Hantu. Hal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Aksa. Meskipun Aksa terbilang nakal dan jago berkelahi, tapi Aksa paling takut dengan hal-hal yang berbau mistis.
Aksa lebih memilih lompat ke jurang lalu mati daripada harus melihat hantu.
Setelah berputar-putar dan berdebat untuk mencari wahana, mereka memutuskan untuk tidak bermain wahana apapun. Akhirnya Della mengajak Aksa ke salah satu kedai soto ayam.
"Del ini rame banget, cari yang lain aja." Aksa melihat meja kedai yang penuh.
"Itu Sa, ada bangku kosong." Della menunjuk salah satu meja yang diisi seorang laki-laki dan perempuan di ujung kedai.
Mata Aksa beralih ke meja yang ditunjuk "Itu ada orangnya Del."
"Tapi itu masih muat buat kita berdua Sa."
"Gak baik ganggu orang pacaran Del."
Setelah berdebat sebentar, akhirnya Aksa menuruti permintaan Della. Mereka memesan soto kemudian berjalan ke meja kosong tadi.
"Permisi mbak mas, kita boleh duduk disini gak?" ucap Della.
Kedua orang tersebut menoleh.
"Adella?"
***
Alvaro membuka pintu kamarnya. Cowok itu melempar tasnya ke tempat tidur dan berjalan mendekati meja belajar. Alvaro menghembuskan napas sambil mendudukan tubuh di kursi belajarnya.
Kedua tangannya terlipat dengan rapi di belakang kepala. Alvaro menatap langit melalui jendela kamarnya.
"Mau sampai kapan Sa?"
Alvaro terdiam, memejamkan mata untuk menjernihkan pikirannya. Namun, suara ketukan pintu berhasil memecahkan lamunannya. Cowok itu membuka mata dan menegakkan tubuh dengan segera.
"Varo!" seru seseorang.
"Iya, Bel? Enggak dikunci," sahut Alvaro.
Pintu kamar terbuka. Muncullah seorang cewek cantik dari balik pintu. Cewek itu tersenyum seraya mendekati Alvaro. Bella menatap kakak sepupunya yang terlihat lemas saat ini.
"Lo kenapa? enggak biasanya." Tanya Bella seraya duduk di sisi tempat tidur Alvaro.
Alvaro menggeleng, "Enggak pa-pa."
"Temenin gue mau nggak?"
Alvaro mengerutkan dahi, "Kemana?"
"Nyari soto, dari kemarin gue ngidam soto nih."
***
"Gila, setelah sekian lama akhirnya gua makan soto juga." Ucap Bella sambil tersenyum lebar.
"Dasar norak!" Cibir Alvaro.
Bella menjulurkan lidahnya, "Biarin!" kemudian lanjut memakan sotonya.
"Permisi mbak mas, kita boleh duduk disini gak?"
Bella menoleh. Alvaro yang duduk membelakangi pun berbalik, kemudian mengerutkan dahi.
"Adella?"
"Kak Alvaro? Kakak ngapain disini?" Tanya Della.
"Nemenin sepupu gue makan." Alvaro menggeser badannya, "Duduk Del."
Mata Aksa yang melihat interaksi dua orang itu menajam.
"Lo gamau duduk juga Sa?" Tanya Alvaro sedikit mendongak.
Bukannya menjawab Aksa malah mengalihkan pandangan pada Della.
"Ayo Del kita pulang aja." ajak Aksa, menarik tangan Della pelan.
Della membulatkan mata, memohon pada Aksa. "Nanti dulu ya Sa, aku udah lapar mau makan."
Mengalah, Aksa duduk di samping Bella yang dari tadi terlihat diam dan kaku. Seakan habis melihat setan.
Sedangkan Della sudah larut dalam percakapannya bersama Alvaro.
Niat Aksa mengajak Della untuk mengalihkan perhatiannya terhadap Alvaro gagal. Tidak disangka mereka malah bertemu disini.
***
hampir lupa punya cerita wattpad:v
(21/06/2019)
KAMU SEDANG MEMBACA
;thank u
Teen FictionAdella Faranisa, nama yang cantik bukan? *** [WARNING!] *Bahasa non-baku! *Typo bertebaran!