III

23.4K 2.5K 127
                                    

Rae langsung mundur dan menutup pintu kembali.
"Maaf.. Aku tidak tahu suara air terjunnya akan membangunkanmu. Aku akan menutup pintunya"
Katanya merasa bersalah.

"Tutup juga gorden dan tirainya" geram Izanagi.

Rae menoleh ke luar lalu pada Izanagi.
"Tapi sudah pagi dan terang. Untuk apa lagi memakai tirainya?" tanya Rae.
"Lagipula tak ada bedanya bagimu jika tirainya ditutup atau dibuka"
Geram Rae yang langsung terdiam dan menyesal bicara sekurang ajar itu pada Izanagi, mau sekesal apapun Rae padanya.

Tapi rasa sesal Rae langsung lenyap begitu Izanagi mengambil jam digital diatas tolet yang berada di sebelah ranjangnya lalu melempar ke arah Rae.
Untunglah benda itu jatuh ke lantai sebelum sempat mengenai Rae.
Mungkin kalau Izanagi bisa melihat, lemparannya akan tepat mengenai wajah Rae.
Napas Rae langsung sesak dan matanya berkaca-kaca akibat kaget dan marah.

"Jangan pernah bertanya atau membantah kata-kataku lagi. Kau hidup dirumah ini menjadi pelayanku. Lakukan saja tugasmu dan sekarang aku bilang tutup tirainya" geram Izanagi yang melompat turun dari kasur dan membuat Rae terpekik kecil.

Izanagi yang awalnya sudah berjalan dua langkah ikut terdiam mendengar pekik Rae.
"Apalagi sekarang?" geramnya pada Rae.

"Celanamu.. Mana celanamu?" pekik Rae yang memilih memejamkan matanya dibanding melihat torpedo Izanagi yang tidak terlindung dan sedang berdiri tegak mencari sinyal.

Izanagi terdengar menghela napas, menekan amarahnya.
"Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku tidur dengan memakai celana.
Yah kecuali saat di rumah sakit dulunya, tentu" gumannya yang memilih mengabaikan Rae yang mengeluarkan suara-suara seperti tikus terjepit.

Izanagi masuk ke kamar mandi sebelum Rae bisa memikirkan satu katapun yang akan diucapkannya.
Begitu dia bisa bergerak, Rae melakukan perintah Izanagi untuk menutup pintu dan tirai itu kembali meski hatinya sungguh keberatan melakukan hal tersebut.

Rae memilih keluar kamar menuju ke dapur, meminta Agar sarapan Izanagi diantar ke kamar.
Setelahnya dia kembali ke kamar dan menyiapkan baju yang akan dipakai Izanagi, mencocokan jas, kemeja dan dasi yang menurutnya cocok untuk Izanagi.

Rae sudah membaca buku petunjuk yang menerangkan kegiatan Izanagi dipagi hari dan apa yang harus dilakukannya untuk mempermudah Izanagi bersiap-siap ke kantor.

Ketika salah satu pelayan masuk dengan trolley makanan, Rae membantunya menata makanan tersebut diatas meja, langsung tahu kalau dia juga akan sarapan bersama Izanagi.

Rae berdiri menunggu Izanagi yang keluar dari kamar mandi sepuluh menit kemudian dengan tubuh berbalut mantel handuk dan rambut lembab yang acak-acakan.
Mata Rae terus mengamati Izanagi yang terlihat lebih tampan dengan penampilan alami dan terlihat tidak kaku.

Izanagi langsung menuju ranjang, dimana Rae sudah menyiapkan semuanya, dari pakaian dalam hingga dasi, sesuai instruksi.
Tangan Izanagi meraba pilihan Rae, mengambil celana dalam dan duduk dipinggir Kasur.

Lalu tiba-tiba saja Izanagi terdiam dan menelengkan kepalanya.
"Rae.. " panggilnya yang tak tahu di mana Rae berdiri.

Rae melangkah dan Izanagi langsung menoleh ke arahnya.

"Kenapa kau berdiri diam disana, apa kau tidak tahu tugasmu. Apa Hugo tidak mengatakan apa yang harus kau lakukan?" geram Izanagi yang membuat Rae bingung.

Tidak ada dibuku petunjuk yang mengatakan kalau Rae harus membantu Izanagi berpakaian.
Hugo juga tidak bilang hal ini, apa dia lupa?

"Rae.. Kenapa kau masih di sana?" bentak Izanagi yang langsung membuat Rae bergegas mendekatinya.

 (Repost) A blind loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang