9. Ever

4.1K 602 17
                                    

Setidaknya suasana di apartemen menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mereka berdua kini hanyalah sebagai dua orang asing yang memilih hidup di bawah atap yang sama. Menyedihkan? Tidak juga. Sekat tak kasat mata di antara mereka masihlah ada. Buktinya tidak ada kedekatan yang berarti di antara mereka bahkan ketika seminggu sudah berlalu.

Namun, masih sama setiap paginya. Jungkook yang membuatkan sarapan untuk dirinya dan Taehyung. Tetapi ketika sarapan pun tidak ada percakapan yang berarti. Mereka tenggelam dalam rutinitas masing-masing. Tanpa mereka saling tahu perasaan saatu sama lain.

Tak ada yang tahu bahwa setiap malam ada seseorang yang menahan rindu dalam gelapnya kamar. Menatap foto yang sama pada meja nakas. Foto yang sebenarnya tak sanggup dia singkirkan begitu saja. Taehyung tidak bisa mengelak pada perasaannya sendiri saat ini. Tidak bisa mengenyahkan bayangan akan kenangannya bersama Jungkook dulu. Begitu susah dan menyakitkan.

"Jim, aku benar-benar tidak bisa bertahan lagi," ungkap Taehyung kepada lawan bicaranya di seberang sana.

'Maksudmu?' Jimin membalas dengan nada bingung.

Helaan napas terdengar sebelum suara balasan tersampaikan. "Aku sungguhan merindukannya, Jim. Ini sangatlah tidak nyaman. Kau tahu, setiap hari kami bertemu tapi rasanya selalu sama—seperti orang asing yang dipaksa tinggal bersama."

'Benarkah? Mengapa kau tidak mengajaknya berbicara? Bukankah kau selalu punya topik untuk dibicarakan?'

"Rasanya kali ini seluruh kemampuanku hilang, Jimin-ah. Aku harus apa?"

Hening melanda beberapa saat dari seberang. Taehyung menatap langit-langit kamarnya dengan separuh minat. Kini di benaknya, apa yang sedang Jungkook lakukan di kamarnya sendiri? Ah, pasti sedang mengerjakan tugas seperti biasa? Ya, kekasih—mantan kekasihnya itu memang terbilang rajin,

'Kau hanya butuh waktu, Taehyung. Tolong sabar, okay? Biarkan waktu yang bergerak dan ketika kau melihat kesempatan barulah berbuat apa yang harus kau perbuat.'

"Haruskah begitu?"

'Kau tidak takut jika sebenarnya Jungkook trauma padamu?'

"Astaga—apa maksudmu? Jangan sam—"

'Makanya, jangan begitu terburu-buru. Kita tidak tahu apakah Jungkook sudah memaafkanmu atau belum, bukan? Jangan terlalu percaya diri.'

"O-oke."

--

"Aku benar-benar nyaris gila dengan semua remedial ini! Bagaimana bisa kau lolos dengan mudah, Kookie?" Bambam terlihat begitu frustasi akan semua tugasnya.

Berbeda dengan Jungkook yang terlihat lebih baik. Tengah meminum ice coffee-nya yang terlihat segar dan nikmat.

"Kau hanya kurang berusaha, sungguh. Aku pun berjuang mati-matian, tidur hanya beberapa jam demi mendapat nilai B! Dan kau bilang aku lolos dengan mudah?" Jungkook menatap tidak percaya pada teman dekatnya.

"Oke, maafkan aku. Kau benar. Jadi, sekarang kau bisa bebaskan?"

Mendengar itu Jungkook tersenyum senang. Akhirnya dia bisa bermalas-malasan di apartemennya. Menonton film malam sepertinya rencana yang bagus! Kini Jungkook sudah menyusun rencana singkat untuk mengisi malamnya nanti. Cemilan, selimut, dan acara film malam! Membayangkannya saja sudah membuat suasana hatinya semakin baik.

"Ya! Jangan membuatku iri denganmu, Kookie!"

"Hehe, maafkan aku. Aku hanya berusaha menyenangkan diriku sendiri!"

--

Ketika hari pas berganti malam. Jungkook baru tiba di apartemen karena harus menemani Bambam dengan tugas remedinya. Melepas sepatu dan menaruhnya di rak sepatu. Jungkook baru berjalan menuju kamarnya, sekilas melirik ke ruang santai: ada Taehyung yang sedang sibuk di meja depan teve yang memang cukup luas.

zurück : we try again [TAEKOOK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang