Ohayou

42 1 1
                                    

Aku berlari menaiki 40 anak tangga menuju ke kelasku yang baru. Aku berdiri di depan pintu kelas yang terbuka lebar, hening, tak ada orang di sana.

Kupikir aku terlambat, karena biasanya aku turun kesekolah 10 menit lebih cepat dibandingkan dengan hari ini, mungkin ini efek libur panjang kemarin.

Ku tatap satu persatu meja kursi di kelas ini. Dari 35 meja dan kursi, aku memilih tempat duduk di kursi paling tengah sebelah kanan, nomor tiga dari belakang. Alasannya klise, karena meja dan kursi yang aku pilih ini cukup bersih dari meja-meja yang lain yang hampir penuh dengan coretan tip-ex dan rumus matematika bertinta hitam yang di tulis kecil-kecil. Entahlah aku tidak mengenal rumus itu sebelumnya.

Meja dan kursi yang tidak tersusun rapi, banyak robekan kertas yang berserakan di lantai, papan tulis yang penuh dengan tanda tangan dan nama-nama Instagram, kurasa ini ulah para senpai yang sebelumnya berada di kelas ini.

Ku dengar, bahkan para sensei sering absen karena kelas ini terkenal dengan sebutan "Pasar Ikan".

Aku selalu paling awal datang ke sekolah bahkan kadang mendahului penjaga kunci gerbang sekolah. Ini tidak ada kaitannya dengan jarak sekolah tujuh kilometer dari rumahku.

Bagiku itu bukan masalah, aku selalu bersemangat dan ceria menyambut matahari pagi. Tapi berbeda dengan cuaca mendung pagi ini, sebentar lagi bumi akan menangis.

Di kelas sebelumnya, aku mendapatkan peringkat dua dan menjadi seksi kebersihan. Tapi, aku tidak punya teman dekat, hanya mengingat wajahnya saja tanpa tau siapa namanya.

Yang lebih menyebalkannya lagi, ada dua nama di daftar murid di kelas baruku ini (satu kelas denganku sebelumnya).

Dan aku pernah mendengar dari ketua kelas-dari kelas sebelumnya-, bahwa mereka (yang akan sekelas denganku) : Yang satu itu over ekstrovert alias (cacing kepanasan) dan satunya lagi seperti memiliki gangguan psikologis.

Aku menghela napas sembari mengusap dada. Terlintas dipikiranku untuk pindah sekolah saja. Karena aku pikir, kelas ini akan lebih membosankan dari kelas membosankan sebelumnya.

Tapi, sudahlah ini memang nasib dan hidup yang harus ku jalani. Bagaimanapun juga aku harus menerima kenyataan pahit ini dengan senyum dan hati yang lapang. Mungkin saja akan ada suatu keajaiban yang membuatku betah di kelas ini nantinya.

Ku mulai melangkah dengan mengambil sapu di samping lemari kayu tua yang berada di tempat duduk paling belakang sebelah kiri.

Aku penasaran dengan isi lemari berbahan kayu ulin yang terlihat kuno dan usang ini. Ku buka perlahan pintu lemari dan krek..krek..kreeeek..., ternyata tidak terkunci.

Tidak ada yang menarik. Hanya penuh dengan alat-alat kegiatan penelitian ilmiah berbahan kaca, tapi sebagian sudah banyak yang pecah, sebagian lagi masih utuh dan menjadi sarang laba-laba. Ku tutup kembali pintu lemari itu dengan rapat.

"Aku harus cepat, sebelum ada murid lain yang melihat mantan seksi kebersihan ini menggunakan kekuatan super gercep-nya. Dulu, saat dia menjabat sebagai seksi kebersihan, kelasnya mendapat gelar kelas paling bersih dan rapi di antara 18 kelas yang mengikuti lomba penilaian kelas terbersih di sekolah." Ku coba untuk menyemangati diriku dengan mengingat kejadian itu, yang menurutku membanggakan.

Aku bahkan mengatur timer di jam tanganku untuk melatih kekuatanku yang sangat berjasa ini.

00 J : 04 M : 34 D

Ting! Meja kursi tersusun rapi, sampah-sampah kertas sudah dimusnahkan, tak ada debu sedikitpun di lantai, dan target terakhir adalah membersihkan papan tulis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Savior AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang