"Araa, ini ada Rara dibawah" teriak ibu dari bawah, malas rasanya harus beranjak dari kasur ini. Tapi tidak sopan juga kalo harus kembali berteriak menyuruh Rara untuk langsung ke atas.
Alhasil egoku aku hempas sejauh-jauhnya, aku beranjak dari kasur dan langsung menuju kebawah. Rara berada diruang tamu, dia langsung melihat kearahku ketika aku datang. Wajahnya merah, begitupun dengan matanya. Langsung aku menghampirinya, rara mendekap tubuhku sangat erat. Badannya bergetar, seperti sedang menyimpan luka yang sangat dalam. Ku usap punggung tubuhnya, kukira itu bisa membuat dia lebih tenang.
Cukup lama, ibu pun datang dengan membawa secangkir teh dan beberapa cemilan diatas nampan.
"kenapa" bisik ibu dari jauh dengan wajah bingung.
"aku juga gatau" aku hanya menggerakan bibirku tanpa mengeluarkan suara, karena posisi Rara masih mendekap tubuhku.
"Rara, itu ada ibuku" dia langsung melepas dekapannya, menghampiri ibu dan mencium tangannya. Aku mengambil nampan yang dibawa ibu dan menyimpannya diatas meja.
Ibu mengusap rambutnya lembut, berjalan menuju sofa mengajak Rara untuk sama-sama duduk "kamu kenapa sayang?" Rara hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum ketika ditanya ibu. Mungkin Rara malu untuk bercerita.
"Yaudah gapapa,ibu ngerti kok kamu masih belum siap buat cerita"
"Mending kalian ngobrolnya kamar Ara aja ya, biar nyaman juga" saran ibu
"iya yuk" aku langsung mengajak Rara untuk pergi keatas.
"Selamat datang diruangan ternyaman Syafira Putri Sahira Salma" Kataku sambil melentangkan tangan didepan pintu kamar. Rara hanya tersenyum simpul. Tak apa, memang itu tak lucu.
"Silahkan masuk Rania Rahmanisa" mempersilahkan Rara masuk, dia langsung duduk dipinggir ranjang ternyamanku.
Kusebut kamar pribadiku sebagai ruangan ternyaman. Sangat nyaman, nyaman untuk rebahan, belajar, makan, ngemil, nonton, baca, stalk orang, tidur, galau, nangis, ah pokoknya aku gabisa lepas dari ruangan bercat pink putih ini. Dan sebelum kalian masuk ke kamarku, didepan pintu ada tulisan hiasan "Ruangan Ternyaman Syafira Putri". Hanya hiasan, biasa anak perempuankan.
Rania yang suka disebut Rara ini kawanku, sesekolah, sekelas, sebangku juga. Kita baru kenal satu semester, tapi kita udah deket banget. Mungkin karena memang kita sama-sama nyaman. Rara ini pendiam kalo lagi sendirian, tapi bisa gila kalo lagi sama aku. Tapi kali ini kayanya dia tak akan segila biasanya.
"Lo kenapa?"
Ditanya seperti itu, Rara malah bengong dengan tatapannya yang kosong. Tak berbicara sepatah katapun, lama kelamaan aku jadi ketakutan sendiri kalo Rara terus seperti itu.
"Woii Raa! Jangan bengong teruss! Nanti lo kesambet" aku menepuk pundaknya
"Gapapa lo nangis aja disini, keluarin semuanya. Mau nangis sambil rebahan juga gapapa, kaya yang baru aja kekamar gue lo. Jangan bengong-bengong bae, nanti lo kesambet, kalo kesambet gue juga kan yang takutt, kan lo tau sendiri gue pe-" pembicaraanku terpotong karena terdengar ada yang mengetok pintu kamar. Coba kita dengar sekali lagi.
Tokk.. tokk.. tok.. tokk..
tak berhenti-berhenti mengetok pintu, ini pasti aa. Aku langsung membuka pintu. Dan yap benar sekali itu adalah aa yang sedang membawa nampan dibawah tadi."lama banget lu buka pintunya kucrit, ini nih nampan lo ketinggalan dibawah" nampannya langsung kubawa sigap dengan diringi cengiran.
"malah nyengir lo" aa menepuk pipiku sekilas.
"Siapa tu didalem? Bau-baunya sih Rara ya?" katanya sambil menebak-nebak.
"Kalo Rara emang kenapa?! Udah sana pergi, main game lagi aja sana. Gausah ganggu anak perawan!" mendorong badan aa menjauh dari pintu, lalu menutup pintu rapat-rapat tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Syafira ( Ara )
Novela Juvenil"Panggil gue Iza ajaa, jangan Faiza biar keliatan deket" "Yaudah lo juga panggil gue Ara aja, gausah Syafira terlalu panjang" __________ Terimakasih pada kalian yang sudah mau mampir dan membaca. Yang belum mau membaca tidak apa-apa saya tidak memak...